Anatomi, fisiologi dan patofisiologi sistem pernapasan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu organisme atau mahluk hidup memiliki
bermacam-macam sistem jaringan atau organ dalam tubuhnya, dimana sistem
tersebut memiliki fungsi dan peranan serta manfaat tertentu bagi mahluk
hidup. Salah satu sistem yang ada pada suatu organisme yakni sistem
pernapasan. Sistem pernapasan ini sendiri memiliki fungsi dan peranan yang
sangat struktural dan terkoordinir.
Dalam ilmu histologi, sistem pernapasan
akan dibahas secara detail bahkan sampai anatominya, sehingga kita bisa
mengetahui organ dan saluran apa saja yang ikut berperanan dalam menyalurkan
oksigen (O2) yang kita hirup.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian
pernapasan dan bagaimana mekanisme pernapasan itu?
2. Apakah
sajakah saluran pada sistem pernapasan itu?
3.
Apa sajakah gangguan pada sistem
pernapasan?
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui saluran-saluran pada sistem pernapasan.
- Untuk mengetahui mekanisme pernapasan.
- Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang berhubungan dengans sistem pernapasan.
BAB II
2.1 Pengertian
Pernapasan
Definisi Pernapasan :
·
Pernapasan
adalah proses keluar dan masuknya udara ke dalam & keluar paru
·
Pernapasan
adalah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas dalam jaringan atau
“pernafasan dalam” dan yang terjadi di dalam paru-paru yaitu “pernapasan luar”
Manusia membutuhkan suply
oksigen secara terus-menerus untuk proses respirasi sel, dan membuang kelebihan
karbondioksida sebagai limbah beracun produk dari proses tersebut. Pertukaran
gas antara oksigen dengan karbondioksida dilakukan agar proses respirasi sel
terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini
berasal dari atmosfer, yang menyediakan kandungan gas oksigen sebanyak 21% dari
seluruh gas yang ada. Oksigen masuk kedalam tubuh melalui perantaraan alat
pernapasan yang berada di luar. Pada manusia, alveolus yang terdapat di
paru-paru berfungsi sebagai permukaan untuk tempat pertukaran gas.
Proses pembakaran zat
makanan secara singkat ditunjukan pada baga berikut:
Zat Makanan(gula) + Oksigen à kabon doiksida + uap
air + energ
2.2 Fungsi dan Struktur Sistem Respirasi
Respirasi adalah pertukaran
gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan
karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari
tubuh melalui paru.
1. Berdasarkan anatomi:
Saluran nafas bagian atas :
rongga hidung, faring dan laring
Saluran nafas bagian bawah; trachea, bronchi,
bronchioli dan percabangannya sampai alveoli
2. Berdasar fungsionalnya:
Area konduksi: sepanjang
saluran nafas berakhir sampai bronchioli terminalis, tempat lewatnya udara
pernapasan, membersihkan, melembabkan & menyamakan udara dg suhu tubuh
hidung, faring, trakhea, bronkus, bronkiolus terminalis.
Area fungsional atau
respirasi: mulai bronchioli respiratory sampai alveoli, proses pertukaran udara
dengan darah.
2.2.1
Struktur
Sistem respirasi terdiri dari:
1. Saluran nafas bagian atas
Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh
dihangatkan, disarung dan dilembabkan.
2. Saluran nafas bagian bawah
Bagian ini menghantarkan
udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli
3. Alveoli
Terjadi pertukaran gas
anatara O2 dan CO2
4. Sirkulasi paru
Pembuluh darah arteri
menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena meninggalkan paru.
5. Paru
terdiri dari :
1) Saluran nafas bagian bawah
2) Alveoli
3) Sirkulasi paru
6. Rongga Pleura
Terbentuk dari dua selaput serosa,
yang meluputi dinding dalam rongga dada yang disebut pleura parietalis,
dan yang meliputi paru atau pleura veseralis
7. Rongga dan Dinding Dada
Merupakan pompa muskuloskeletal
yang mengatur pertukaran gas dalam proses respirasi
2.3 Alat – Alat Pernapasan
2.3.1 Hidung
- Nares Anterior
Nares anterior adalah
saluran – saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam
bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) Hidung. Vestibulum ini dilapisi
epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat
sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu
bermuara ke dalam rongga hidung.
- Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi
selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, bersambung dengan lapisan
faring dan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang yang masuk ke dalam
rongga hidung. Hidung Berfungsi: penyaring, pelembab, dan penghangat udara yang
dihirup. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri
dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang
lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral
cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale.
Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke
cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini
dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk
oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit
yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius,
pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf
khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis
os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah
ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus
ini berfungsi : memperingan tulang tengkorak, memproduksi mukosa serosa dan
memberikan resonansi suara. Sinus ini juga dilapisi oleh membrana mukosa yang
bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
a. Lubang hidung
b. Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
c. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang
diantara concha superior dan media dan diantara concha media dan inferior
d. Sinus frontalis, diantara concha media dan
superior
e. Ductus nasolacrimalis, dibawah concha
inferior. Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui
appertura nasalis posterior.
2.3.2
Saluran Pernapasan
- Faring
adalah pipa berotot yang
berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada
ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring) dibelakang mulut (orofaring)
dan dibelakang laring (faring-laringeal)
- Laring
Laring (tenggorokan)
terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari kolumna
vertebra. Berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk
ke dalam trakea dibawahnya.
Laring terdiri atas kepingan
tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang
rawan tiroid, dan disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneas yang dikenal
sebagai jakun, yaitu disebelah depan leher. Laring terdiri atas dua lempeng
atau lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan
berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, berbentuk seperti
cincin mohor dengan mohor cincinnya disebelah belakang ( ini adalah tulang
rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya
ialah kedua tulang rawan aritenoid yang menjulang disebelah belakang krikoid.,
kanan dan kiri tulang rawan kuneiform, dan tulang rawan kornikulata yang sangat
kecil.
Terkait di puncak tulang
rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang rawan dan membantu
menutup laring sewaktu menelan. Laring dilapisi jenis selaput lendir yang sama
dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi
sel epitelium berlapis.
Pita Suara terletak
disebelah dalam laring, berjakan dari tulang rawan tiroid di sebelah depan
sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai
otot laringeal, pita suara ditegangkan atau dikendurkan. Dengan demikian lebar
sela-sela anatara pita-pita atau rima glotis berubah-ubah sewaktu bernapas dan
berbicara.
Suara dihasilkan karena
getaran pita yang disebabkan udara yang melalui glotis. Berbagai otot yang
terkait pada laring mengendalikan suara, dan juga menutup lubang atas laring
sewaktu menelan.
- Trakea
Trakea atau batang
teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis
kelima dan ditempat ini bercabanf menjadi dua bronkus (bronki). Trakea tersusun
atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap berupa cincin tulang rawan
yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di
sebelah belakang trakea; selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea
dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir.
Silia ini bergerak menuju keatas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu
dan butir-butir halus lainnya yang turut masuk bersama dengan pernapasan dapat
dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi mempertahankan agar trakea tetap terbuka;
karena itu, disebelah belakngnya tidak bersambung, yyaitu di tempat trakea
menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari tulang belakang.
Trakea servikalis yang
berjalan melalui leher disilang oleh istmus kelenjar tiroid, yaitu belahan
kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea. Trakea torasika berjalan melintasi mediastenum
(lihat gambar 5), di belakang sternum, menyentuh arteri inominata dan arkus
aorta. Usofagus terletak dibelakang trakea.
- Kedua bronkus
yang terbentuk dari belahan
dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima mempunyai
struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus
itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan
lebih pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri; sedikit lebih tinggi daripada
arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus
atas; cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat dibawah arteri, disebut
bronkus lobus bawah.(lihat gambar 3)
Bronkus kiri lebih panjang
dan lebih langsing daripada yang kanan, dan berjalan dibawah arteri pulmonalis
sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
2.3.3
Rongga Toraks
Batas-Batas
yang membentuk rongga di dalam toraks :
1. Sternum dan tulang rawan iga-iga di depan,
2. Kedua belas ruas tulang punggung beserta
cakram antar ruas ( diskus intervertebralis) yang terbuat dari tulang rawan di
belakang.
3. Iga-Iga beserta otot interkostal disamping
4. Diafragma di bawah
5. Dasar leher di atas,
Isi
Sebelah kanan dan kiri
rongga dada terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungkus pleuranya. Pleura ini membungkus setiap belah, dan
memebentuk batas lateral pada mediastinum
Mediastinum adalah ruang di
dalam rongga dada diantara kedua paru-paru. Isinya jantung dan pembuluh-pembuluh dara besar,
usofagus, duktus torasika, aorta descendens, vena kava superior, saraf vagus
dan frenikus dan sejumlah besar kelenjar limfe.
2.3.4
Paru – Paru
Paru-Paru ada dua, merupakan
alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan
dan kiri dan tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan
struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum . Paru-paru adalah organ
yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih
tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas
landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang
menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampak paru-paru, sisi belakang
yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi
depan jantung.
- Lobus paru-paru (belahan paru-paru ).
Paru-paru dibagi menjadi
beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus
dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa
bronkial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin bercabang. Semakin
menjadi tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, elastis,
berpori, dan seperti spons. Di
dalam air, paru-paru mengapung karena udara yang ada di dalamnya.
- Bronkus Pulmonaris
Trakea terbelah mejadi dua
bronkus utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru (lihat gambar
3). Dalam perjalanannya menjelajahi paru-paru, bronkus-bronkus pulmonaris bercabang
dan beranting banyak. Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa dengan
yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa berotot yang mengandung bahan tulang
rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin berkurang
tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan
bersilia.
Bronkus Terminalis masuk ke
dalam saluran yang disebut vestibula. Dan disini membran pelapisnya mulai
berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang
pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara – suatu
jaringan pembuluh darah kepiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun
terjadi.
- Pembuluh Darah dalam Paru-Paru
Arteri Pulmonalis membawa
darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung ke
paru-paru; cabang-cabangnya menyentuh
saluran-saluran bronkial, bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi
arteriol halus; arteriol itu membelah-belah dan membentuk kapiler dan kapiler
itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara.
Kapiler halus itu hanya
dapat memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-sel darah merah membuat
baris tunggal. Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam
alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas
berlangsung dengan difusi, yang merupakan fungsi pernapasan.
Kapiler paru-paru bersatu
lagi sampai menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua vena pulminaris
meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri
jantung untuk didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta.
Pembuluh darah yang dilukis
sebagai arteria bronkialis membawa darah berisi oksigen langsung dari aorta
toraksika ke paru-paru guna memberi makan dan menghantarkan oksigen ke dalam
jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk pleksus
kapiler yang tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang akhir
arteri pulmonaris, tetapi beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam vena
pulmonaris dan darahnya kemudian dibawa masuk ke dalam vena pulmonaris. Sisa
darah itudiantarkan dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang
dapat mencapai vena kava superior. Maka dengan demikian paru-paru mempunyai
persediaan darah ganda.
- Hiilus (Tampuk)Paru-Paru dibentuk struktur berikut
1) Arteri Pulmonalis, yang mengembalikan
darah tanpa oksigen ke dalam paru-paru untuk diisi oksigen
2) Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah
berisi oksigen dari paru – paru ke jantung
3) Bronkus yang bercabang dan beranting
membentuk pohon bronkial, merupakan jalan udara utama.
4) Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan
menghantarkan darah arteri ke jaringan paru – paru.
5) Vena bronkialis, mengembalikan sebagian
darah dari paru – paru ke vena kava superior.
6) Pebuluh limfe, yang masuk – keluar paru –
paru, sangat banyak,
7) Persarafan. Paru- paru mendapat pelayanan
dari saraf vagus dan saraf simpati.
8) Kelenjar limfe . semua pembuluh limfe yang
menjelajahi struktur paru – paru dapat menyalurkan ke dalam kelenjar yang ada
di tampak paru – paru.
9) Pleura. Setiap paru –paru dilapisi membran
serosa rangkap dua, yaitu pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru – paru,
masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian memisahkan lobus satu dari yang
lain. Membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah tampuk paru – paru dan
membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura
yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragma
ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher ialah pleura
servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran
suprapleuralis (fasia Sibson) dan di atas membran ini terletak arteri
subklavia.
Di antara kedua lapisan
pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki permukaannya dan
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas
bergerak. Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat
bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata,
tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu
dan ruang di antaranya menjadi jelas.
2.4 Fisiologi
Pernapasan
Fungsi paru – paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon
dioksida.Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen
dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui
trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di
dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu membran
alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran
ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari
sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru –
paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95
persen jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli
dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung
dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan
pulmoner atau pernapasan eksterna :
- Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
- Arus darah melalui paru – paru
- Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh
- Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi drpd oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan
paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru – paru membawa
terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat
dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini
merangsang pusat pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan dalamnya
pernapasan. Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak
O2.
Pernapasan jaringan atau
pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen
(oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana
darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin
untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya,
yaitu karbon dioksida.
Perubahan – perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam
alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau
pernapasan jarigan.
Udara (atmosfer) yang di hirup:
Nitrogen
..................................................................... 79 %
Oksigen ......................................................................
20 %
Karbon dioksida
........................................................ 0-0,4 %
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan
kelembapan atmosfer
Udara yang diembuskan:
nitrogen.......................................................................
79 %
Oksigen.......................................................................
16 %
Karbon dioksida
........................................................ 4-0,4 %
Daya muat udara oleh
paru-paru. Besar daya muat
udara oleh paru – paru ialah 4.500 ml sampai 5000 ml atau 41/2 sampai 5
literudara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya atau 500 ml
adalah udara pasang surut (tidal air), yaitu yang di hirup masuk dan diembuskan
keluar pada pernapasan biasa dengan tenang.
Kapasitas vital. Volume
udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas
paling kuat disebut kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan alat
spirometer. Pada seoranng laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang
perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru, penyakit jantung (yang menimbulkan
kongesti paru-paru) dan kelemahan otot pernapasan.
2.5 Fisiologi
Pernapasan
Mekanisme pernafasan diatur dan di kendalikan dua faktor utama,(a)
pengendalian oleh saraf, dan (b). Kimiawi. Beberapa faktor tertentu
merangsang pusat pernafasan yang terletak di dalam mendula oblongata, dan kalau
dirangsang, pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan saraf spinalis ke
otot pernafasan yaitu otot diafragama dan otot interkostalis.
1.
Pengendalaian
oleh saraf
Pusat pernafasan ialah suatu
pusat otomatik di dalam medula oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke
otot pernapasan. Melalui beberapa radiks saraf servikalis impuls ini di
antarrkan ke diafragma oleh saraf frenikus: Dibagian yang lebih rendah pada
sumsum belakang ,impulsnya berjalan dari daerah toraks melalui saraf
interkostalis untuk merangsang otot interkostalis. Impuls ini menimbulkan
kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostal yang berkecepatan
kira-kira lima belas setiap menit.
Impuls aferen yang dirangsang pemekaran gelembung udara diantarkan
saraf vagus ke pusat pernapasan di dalam medula.
2.
Pengendalian secara kimiawi
Faktor kimiawi ini adalah
faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuensi, kecepatan,&
kedalaman gerakan pernapasan. Pusat pernapasan di dalam sumsum sangat peka pada
reaksi: kadar alkali daah harus dipertahankan. Karbon dioksida adalah produksi asam dari
metabolisme, dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk
mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan.
Kedua pengendalian, baik
melalui saraf maupun secara kimiawi, adalah penting. Tanpa salah satunya orang
tak dapat bernapas terus. Dalam hal paralisa otot pernapasan ( interkostal dan
diafragma) digunakan ventilasi paru-paru atau suatu alat pernapasan buatan yang
lainnya untuk melanjutkan pernapasan, sebab dada harus bergerak supaya udara
dapat dikeluarmasukkan paru-paru.
Faktor tertentu lainnya
menyebabkan penambahan kecepatan dan kedalaman pernapasan. Gerakan badan yang
kuat yang memakai banyak oksigen dalam otot untuk memberi energi yang
diperlukan dalam pekerjaan akan menimbulkan kenaikan pada jumlah karbon
dioksida di dalam darah dan akibatnya pembesan ventilasi paru-paru.
Emosi, rasa sakit,dan
takut,misalnya, menyebabkan impuls yang merangsang pusat pernapasan dan
menimbulkan penghirupan udara secara kuat-hal yang kita ketahui semua.
Impuls aferen dari kulit
mengasilkan efek serupa—bila badan di celup dalam air dingin atau menerima
guyuran air dingin, penarikan pernapasan kuat menyusul.
Pengendalian secara sadar
atas gerakan pernapasan mungkin, tetapi tidak dapat dijalankan lama karena
gerakannya otomatik. Suatu usaha untuk menahan napas dalam waktu lama akan gagal
karena pertambahan karbon dioksida yang melebihi normal di dalam darah akan
menimbulkan rasa tak enak.
2.6
Kecepatan Pernapasan
Pada wanita lebih tinggi
dari pada pria. Kalau bernapas secara normal, ekspirasi akan menyusul
inspirasi, dan kemudian ada istirahat sebentar. Inspirasi-ekspirasi-istirahat.
Pada bayi yang sakit urutan ini ada kalanya terbalik dan urutannya menjadi :
inspirasi-istirahat-ekspirasi. Hal ini disebut pernapasan terbalik.
Kecepatan
normal setiap menit:
Bayi baru ............................................................
30-40
Dua belas bulan
.................................................. 30
Dari dua sampai lima
tahun .............................. 24
Orang
dewasa..................................................... 10-20
2.7
Gerakan Pernapasan
Ada dua saat terjadi pernapasan:
1. Inspirasi atau menarik napas
Adalah proses aktif yang
diselengarakan kerja otot. Kontraksi
diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikel.
Penaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan kontraksi otot interkostalis ,
meluaskan rongga dada kedua sisi dan dari belakang ke depan. Paru-paru yang
bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara
ditarik masuk ke dalam saluran udara. Otot interkostal eksterna diberi peran
sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.
2. Ekspirasi
Udara dipaksa keluar oleh
pengenduran otot dan karena paru-paru kempis kembali yang disebabkan sifat
elastis paru-paru itu. Gerakan
ini adalah proses pasif.
Ketika pernapasan sangat
kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan
sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak, dan alae nasi (cuping
atau sayap hidung) dapat kembang kempis.
2.8
Kebutuhan Tubuh Akan Oksigen
Dalam banyak keadaan,
termasuk yang telah disebut, oksigen dapat diatur menurut keperluan . Orang tergantung pada oksigen untuk
hidupnya; kalau tidak mendapatkannya selama lebih dari empat menit akan
mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan biasanya pasien
meninggal. Keadaan genting timbul bila misalnya sorang anak menudungi kepala
dan mukannya dengan kantung pelastik dan
menjadi mati lemas. Tetapi penyediaan
oksigen hanya berkurang, pasien menjadi kacau pikiran—ia menderita anoksia
serebralis. Hal ini terjadi pada orang bekerja dalam ruang sempit, tertutup,
seperti dalam ruang kapal, di dalam tank, dan ruang ketel uap; oksigenyang ada
mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi oksigen untuk pernapasan atau
tidak dipindahkan ke udara yang normal, mereka akan meninggal karena anoksemia
atau disingkat anoksia.
Bila oksigen di dalam darah
tidak mencukupi, warna merahnya hilang dan menjadi kebiru-biruan dan ia disebut
menderita sianosis.
Orang yang berusaha bunuh
diri dengan memasukkan kepalanya ke dalam oven gas, bukan saja terkena anoksia,
tetapi jaga menghirup karbon monoksida yang bersifat racun dan yang segera
bergabung dengan hemoglobin sel darah, menyingkirkan isi normal oksigen. Dalam hal ini bibir tidak kebiru-biruan ,
melainkan merah ceri yang khas. Pengobatan yang diperlukan ialah pengisapan dan
pemberian oksigen dalam konsentrasi sampai lima kali jumlah oksigen udara
atmosfir atau lima atmosfir.
2.9
Patofisiologi Sistem Pernapasan
Beberapa kelainan dan penyakit pada sistem
pernapasan manusia antara lain sebagai berikut:
1. Asma
Asma ditandai dengan
kontraksi yang kaku dari bronkiolus yang menyebabkan kesukaran bernapas. Asma biasanya disebabkan oleh
hipersensitivas bronkiolus (disebut asma bronkiale) terhadap benda-benda asing
di udara. penyebab penyakit ini juga dapat terjadi dikarenakan faktor psikis
dan penyakit menurun.
2. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis merupakan
penyakit spesifik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosae. Bakteri ini dapat menyerang semua organ
tubuh, tetapi yang paling sering adalah paru-paru dan tulang. Penyakit ini
menyebabkan proses difusi oksigen yang terganggu karena adanya bintik-bintik
kecil pada dinding alveolus.
Keadaan ini menyebabkan :
1) Peningkatan kerja sebagian otot pernapasan
yang berfungsi untuk pertukaran udara paru-paru
2) Mengurangi kapasitas vital dan kapasitas
pernapasan
3) Mengurangi luas permukaan membran
pernapasan, yang akan meningkatkan ketebalan membran pernapasan sehingga
menimbulkan penurunan kapasitas difusi paru-paru
3. Faringitis
Faringitis merupakan
peradangan pada faring sehingga timbul rasa nyeri pada waktu menelan makanan
ataupun kerongkongan terasa kering. Gangguan ini disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus dan dapat juga
disebabkan terlalu banyak merokok. Bakteri yang biasa menyerang penyakit ini
adalah Streptococcus pharyngitis.
4. Bronkitis
Penyakit bronkitis karena
peradangan pada bronkus (saluran yang membawa udara menuju paru-paru). Penyebabnya bisa karena infeksi kuman,
bakteri atau virus. Penyebab lainnya adalah asap rokok, debu, atau polutan
udara.
5. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan
paru-paru dimana alveolus biasanya terinfeksi oleh cairan dan eritrosit
berlebihan. Infeksi
disebarkan oleh bakteri dari satu alveolus ke alveolus lain hingga dapat meluas
ke seluruh lobus bahkan seluruh paru-paru. Umumnya disebabkan oleh bakteri
streptokokus (Streptococcus), Diplococcus pneumoniae, dan bakteri Mycoplasma
pneumoniae.
6. Emfisema paru – paru
Emfisema disebabkan karena
hilangnya elastisitas alveolus. Alveolus sendiri adalah gelembung-gelembung yang terdapat dalam paru-paru.
Pada penderita emfisema, volume paru-paru lebih besar dibandingkan dengan orang
yang sehat karena karbondioksida yang seharusnya dikeluarkan dari paru-paru
terperangkap didalamnya. Asap rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin
adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paru-paru ini.
7. Dipteri
Dipteri merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphterial yang dapat
menimbulkan penyumbatan pada rongga faring (faringitis) maupun laring
(laringitis) oleh lendir yang dihasilkan oleh bakteri tersebut.
8. Asfiksi
Asfiksi adalah gangguan
dalam pengangkutan oksigen ke jaringan yang disebabkan terganggunya fungsi
paru-paru, pembuluh darah, ataupun jaringan tubuh. Misalnya alveolus yang terisi air karena seseorang
tenggelam. Gangguan yang lain adalah keracunan karbon monoksida yang disebabkan
karena hemoglobin lebih mengikat karbon monoksida sehingga pengangkutan oksigen
dalam darah berkurang.
9. Kanker paru – paru
Penyakit ini merupakan
pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali di dalam jaringan paru-paru. Kanker ini mempengaruhi pertukaran gas di
paru-paru dan menjalar ke seluruh bagian tubuh. Merokok merupakan penyebab
utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% kasus
pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar resiko untuk
menderita kanker paru-paru. Tetapi tidak menutup kemungkinan perokok pasif pun
mengalami penyakit ini. Penyebab lain yang memicu penyakit ini adalah penderita
menghirup debu asbes, kromium, produk petroleum, dan radiasi ionisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Saluran pernapasan pada
manusia diantaranya hidung, saluran pernapasan (farink, larink, trakea,
bronkus) dan paru-paru.
Gerakan pernapasan ada 2
yaitu inspirasi dan ekspirasi. Saat Inspirasi atau menarik napas adalah proses
aktif yang diselengarakan kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada
dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikel. Penaikan iga-iga dan sternum, yang
ditimbulkan kontraksi otot interkostalis , meluaskan rongga dada kedua sisi dan
dari belakang ke depan. Paru-paru yang bersifat elastis mengembang untuk
mengisi ruang yang membesar itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara.
Otot interkostal eksterna diberi peran sebagai otot tambahan, hanya bila
inspirasi menjadi gerak sadar.
Sedangkan saat Ekspirasi,
udara dipaksa keluar oleh pengenduran otot dan karena paru-paru kempis kembali
yang disebabkan sifat elastis paru-paru itu. Gerakan ini adalah proses pasif.
Gangguan pada sistem
pernapasan diantaranya : Asma, Tubeculosa, Bronkitis, Dieptri, Asfiksia,
Enfisema paru, Pneumonia dan kanker paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA
http://biologigonz.blogspot.com/2009/12/gangguan-sistem-respirasi.html
(Diakses tanggal : 31 Maret 2012)
http://kamaruddinkhimenkbima.blogspot.com/2011/02/makalah-sistem-pernapasan.html
(diakses tanggal : 1 April 2012)
Pearce, Evelyn C.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama1.1 Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah peradangan akut pada paru-paru
yang mengenai satu atau beberapa lobus. Bronkopneumonia merupakan
penyumbang kematian balita di dunia sekitar 1,6-2,2 juta balita dengan
proporsi 19%. Masalah yang sering muncul pada klien dengan Boncopnemonia
adalah tidak efektifnya bersihan jalan napas, resiko tonggi terhadap
infeksi, klurang pengetahuan, intolerasnsi aktivitas, tidak efektifnya
pola napas.
Hasil penelitian diperoleh trend kunjungan penderita bronkopneumonia
berdasarkan data tahun 2005-2009 menunjukkan penurunan dengan persamaan
garis Y= 16,6-X. Proporsi berdasarkan sosiodemografi yaitu kelompok umur
2-11 bulan 48,5%, sex ratio168%, dan Kota Medan 71,0%. Bronkopneumonia
berat 28,0%, jumlah kunjungan berulang satu kali 94,1%, gizi buruk 4,2%,
imunisasi tidak lengkap 82,9%, pendidikan ayah dan ibu SLTA dan
Akademi/PT masing –masing 42,9% dan 42,1%, pekerjaan ayah pegawai swasta
39,1%, ibu rumah tangga 45,5%, jumlah anak orang tua tiga 60,0%, anak
ke tiga 60,0%, lama rawatan rata-rata 4,70 hari, dan meninggal 4,8%.Jika broncopnemonia terlambat didiagnosa atau terapi awal yang tidakmemadai pada broncopnemonia dapat menimbulka empisema, rusaknya jalan napas, bronkitis, maka diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, kami merasa perlu membahas dan menelaah lebih dalam mengenai penyakit broncopneumonia untuk dapat mengetahui bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada pasien bronkopnemonia dengan pendekatan proses keperawatan yang benar.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan penyakit broncopneumonia?
1.3 Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan penyakit broncopneumonia.
1.4 Tujun Khusus
1.4.1 Untuk mengetahui secara keseluruhan mengenai penyakit broncopneumonia
1.4.2 Menambah pengetahuan mengenai berbagai penyakit pada sistem pernafasan salah satunya broncopneumonia yang telah terjadi di masyarakat sekitar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Bronkopneumonia adalah pneumonia yang terdapat di daerah bronkus kanan maupun kiri atau keduanya. Bronkopneumonia (pneumonia lobularis) adalah peradangan pada parenkim paru yang awalnya terjadi di bronkioli terminalis dan juga dapat mengenai alveolus sekitarnya. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer. Bronkopneumonia sering disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
2.2 Klasifikasi Pneumonia
2.2.1 Berdasarkan Sumber Infeksi
a. Pneumonia yg didapat di masyarakat (Community-acquired pneumonia.)
1.) Streptococcus pneumonia merupakan penyebab utama pada orang dewasa
2.) Haemophilus influenzae merupakan penyebab yang sering pada anak-anak
3.) Mycoplasma sering bisa menjadi penyebab keduanya (anak & dewasa)
b. Pneumonia yg didapat di RS (Hospital-acquired pneumonia )
1.) Terutama disebabkan kerena kuman gram negatif
2.) Angka kematiannya > daripada CAP (Community-acquired pneumonia.)
3.) Prognosis ditentukan ada tidaknya penyakit penyerta
c. Pneumonia aspirasi
1.) Sering terjadi pada bayi dan anak-anak
2.) Pada orang dewasa sering disebabkan oleh bakteri anaerob
d. Pneumonia Immunocompromise host
1.) Macam kuman penyebabnya sangat luas, termasuk kuman sebenarnya mempunyai patogenesis yang rendah
2.) Berkembang sangat progresif menyebabkan kematian akibat rendahnya pertahanan tubuh
2.2.2 Berdasarkan Kuman Penyebab
a. Pneumonia bakterial
1.) Sering terjadi pada semua usia
2.) Beberapa mikroba cenderung menyerang individu yang peka, misal; Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphylococcus menyerang pasca influenza
- Pneumonia Atipikal
2.) Sering mengenai anak-anak dan dewasa muda
- Pneumonia yang disebabkan virus
2.) Merupakan penyakit yang serius pada penderita dengan pertahanan tubuh yang lemah
- Pneumonia yang disebabkan oleh jamur atau patogen lainnya
2.) Predileksi terutama pada penderita dengan pertahanan tubuh yang rendah
2.2.3 Berdasarkan Predileksi atau Tempat Infeksi
a. Pneumonia lobaris (lobar pneumonia)
1.) Sering pada pneumonia bakterial
2.) Jarang pada bayi dan orang tua
3.) Pneumonia terjadi pada satu lobus atau segmen, kemungkinan dikarenakan obstruksi bronkus misalnya : aspirasi benda asing pada anak atau proses keganasan pada orang dewasa
b. Bronchopneumonia
1.) Ditandai adanya bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru
2.) Dapat disebabkan bakteri maupun virus
3.) Sering pada bayi dan orang tua
4.) Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c. Pneumonia interstisialis (interstitial pneumonia
1.) Proses terjadi mengenai jaringan interstitium daripada alevoli atau bronki
2.) Merupakan karakteristik (tipikal) infeksi oportunistik (Cytomegalovirus, Pneumocystis carinii)
2.3. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronkopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
2.3.1 Faktor Infeksi
- Pada neonatus : Streptocccus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
- Pada bayi :
Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa, Bordetella pertusis.
- Pada anak-anak :
Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
Bakteri : Pneumococcus, Mycobakterium tuberculosa.
- Pada anak besar – dewasa muda :
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
Bakteri : Pneumococcus, Bordetella Pertusis, M. tuberculosis.
2.3.2 Faktor Non Infeksi
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
- Bronkopneumonia hidrokarbon dapat terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau pemasangan selang NGT ( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
- Bronkopneumonia lipoid dapat terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.
2.4 Faktor Resiko
Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian Bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
- Faktor host (diri)
- Usia
- Status Gizi
- Riwayat penyakit terdahulu
- Faktor Lingkungan
- Rumah
- Kepadatan hunian (crowded)
- Status sosioekonomi
2.5 Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
- Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
- 2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2.6 Manifestasi Klinis
1.) Demam mendadak, disertai menggigil, baik pada awal penyakit atau selama sakit 2.) Batuk, mula-mula mukoid lalu purulen dan bisa terjadi hemoptisis
3.) Nyeri pleuritik, ringan sampai berat, apabila proses menjalar ke pleura (terjadi pleuropneumonia)
4.) Tanda & gejala lain yang tidak spesifik : mialgia, pusing, anoreksia, malaise, diare,
mual & muntah.
2.7 Pemeriksaan
2.7.1 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi / palpasi : sisi hemitoraks yg sakit tertinggal
b. Palpasi / Perkusi / Auskultasi
tanda-tanda konsolidasi : Redup, fremitus raba / suara meningkat, suara napas bronkovesikuler – bronchial, suara bisik, krepitasi
2.7.2 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dahak
1.) Mempunyai banyak keterbatasan
2.) Usahakan bebas dari kontaminan dengan berbagai cara :
- Sputum dicuci dg garam faali, diambil sputum yang mengandung darah dan nanah
- kavum orofaring dibersihkan dulu dengan cara berkumur
- aspirasi trakeal
- memakai bronkosokopi
- pungsi transtorakal
b. Pemeriksaan darah
- Umumnya lekositosis ringan sampai tinggi
- 2. Hitung jenis bergeser ke kiri ( shift to the left)
- LED dapat juga tinggi
- Kultur darah dapat positif 20-25 % pada penderita yang tidak diobati
- Abnormalitas radiologis pada pneumonia disebabkan karena pengisian alveoli oleh cairan radang berupa : opasitas / peningkatan densitas ( konsolidasi ) disertai dengan gambaran air bronchogram
- Bila di dapatkan gejala klinis pneumonia tetapi gambaran radiologis negatif, maka ulangan foto toraks harus diulangi dalam 24-48 jam untuk menegakkan diagnosis.
- Pemeriksaan gas darah
- Hipoksemia & hipokarbia
- Asidosis respiratorik pada stadium lanjut
KARAKTER KLINIS |
PNEUMONIA BAKTERIAL |
PNEUMONIA NON BAKTERIAL (ATIPIKAL) |
Timbulnya gejala |
Mendadak sebagian besar di paru |
Berangsur-angsur, sering bersifat umum selain di paru |
Batuk |
Produktif dengan banyak sputum, purulen/mukopurulen |
Tidak produktif, sputum sedikit |
Pengecatan gram |
Sering ditemukan mikroba |
Non diagnostik, baik pada pengecatan gram maupun kultur |
Leukositosis |
Ada dan tinggi, leukopeni pada kasus yang jelek |
Biasanya tidak ada, atau leukopeni |
Nyeri dada |
Ada, bervariasi dari yang ringan sampai berat |
Jarang |
Foto paru |
Tanda konsolidasi lobar, segen atau bronkopneumonia |
Tidak mengikuti batas anatomis, kelainan interstitial |
2.8 Penatalaksanaan
Pengelolahan pneumonia harus berimbang dan memadai, mencakup :
1. Tindakan umum ( general suportif )
2. Koreksi kelainan tubuh yang ada
3. Pemilihan antibiotik
Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat inap dapat diobati di rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi, yaitu keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae yang resisten terhadap penesilin.
A.) Faktor modifikasi adalah keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi dengan kuman patogen yg spesifik. Kuman-kuman tersebut meliputi :
- Streptococcus pneumoniae yg resisten terhadap penisilin :
b. Mendapat tx betalaktam dlm 3 bulan terakhir
c. Pecandu alkohol
d. Penyakit gangguan imunitas (tms tx steroid)
e. Adanya penyakit ko-morbid yang lain
f. Kontak dengan anak-anak
- Enterik gram-negative :
- Penghuni rumah jompo
- Adanya dasar penyakit kardiopulmoner
- Adanya penyakit ko-morbid yang lain
- Pengobatan antibiotika sebelumnya
- 3. Pseudomonas aeruginosa :
- Kerusakan jaringan paru (bronkiektasis)
- Terapi kortikosteroid (>10 mg pednison/hari)
- Pengobatan antibiotik spektrum luas lebih dari 7 hari sebelumnya
- Malnutrisi
- kecenderungan epidemiologis setempat
- usia penderita
- penyakit penyerta / komorbid
- faktor risiko sosial (alkohol, drug abuse, dll)
- temuan kelainan paru (pemeriksaan fisik dan radiologis)
a. Pengobatan suportif / simtomatik
1. Istirahat di tempat tidur
2. Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
- Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang dari 4 jam
a. Pengobatan suportif / simtomatik
1. Pemberian terapi oksigen
2. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
3. Pemberian obat simtomatik antara laim antipiretik, mukolitik
-
- Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang dari 4 jam
a. Pengobatan suportif / simtomatik
1. Pemberian terapi oksigen
2. Pemasangan infus untuk rehidrasi, koreksi kalori & elektrolit
3. Pemberian obat simtomatik antara lain antipiretik, mukolitik
b. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang darti 4 jam
c. Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.
2.9 Asuhan Keperawatan
No. |
Diagnosis Keperawatan |
Perencanaan |
|||||
Tujuan |
Intervensi |
Rasional |
|||||
1. |
Data Subjektif
Data Objektif
|
Jalan napas bersih dan efektif setelah hari perawatan, dengan criteria: a) Tidak ada dypsnoe, sianosis, ronchi dan suara krek-krek b) BGA mormal pH = 7,35 – 7,45 H+ = 35–45 nmol/L(nM) PaO2 = 80–100 mmHg PaCO2 = 35–45 mmHg HCO3−= 22–26 mmol/L |
1) Mengkaji frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi 2) mengauskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki. 3) Memberikan posisi semi fowler. 4) Memberikan minum hangat sedikit sedikit tapi sering. 5) Melaksanakan tindakan delegatif : Bronchodilator, mukolitik, untuk mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan. |
|
|||
2. |
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan
pengiriman oksigen |
Menunjukan fungsi paru yang optimal dengan kriteria sesak hilang, tidak ada sianosis pada kulit, membran mucosa dan kuku. |
1) Mengkaji frekuensi, Kedalaman dan kemudahan pernafasan. 2) Mengbsevasi warna kulit, membran mucosa dan kuku apakah terdapat sianosis. 3) Mempertahankan istirahat dan tidur. 4) Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi |
|
|||
3. |
Intoleransi aktivitas berhubungan dewngan kelemahan umum. |
Mampu toleran terhadap aktivitas sesuai kemampuan / kondisi anak. |
1) Membantu aktivitas anak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 2) Menyarankan keluarga untuk membatasi aktivitas anak yang berlebihan yang dapat menimbulkan kelelahan. 3) Menyarankan untuk melakukan aktivitas secara bertahap. |
|
|||
4. |
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru. |
Nyeri hilang / berkurang dengan kriteria : Menunjukan penurunan skala nyeri , wajah tampak rileks. |
1) Menentukan karakteristik nyeri misalnya tajam, ditusuk, dll. 2) Memberikan tindakan kenyamanan 3) Mengjarkan tekhnik relaksasi, atau latihan nafas. 4) Memberikan tindakan delegasi pemberian analgetika untuk menurunkan nyeri. |
|
|||
5. |
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap informasi |
Pengetahuan orang tua meningkat dengan kriteria : mampu mengulang kembali penjelasan yang diberikan. |
1) Memberikan penjelasan tentang penyakit anak, pencegahan,
penatalaksanaan di rumah sakit atau yang dapat dilakukan dirumah agar
oreang tua mengetahui dan mau aktif ikut serta dalam setiap tindakan. 2) Memotivasi ibu untuk melaksanakan anjuran petugas. |
|
|||
6. |
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi. |
Gangguan nutrisi tidak terjadi dengan kriteria makanan yang disediakan dapat dihabiskan. |
1) Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah 2) Memberikan makan porsi kecil tapi sering. 3) Menyajikan makanan dalam keadaan hangat. 4) Menimbang BB setiap hari |
|
|||
7. |
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan , penurunan pemasukan oral |
Tidak terjadi kehilangan volume cairan dengan kriteria : Meningkatnya
masukan cairan , tidak ada tanda – tanda kurang volume cairan. |
1) Mengkaji perubahan tanda-tanda vital. 2) Mengkaji turgor kulit. 3) Menyatat intake dan out put cairan. 4) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi. |
|
|||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar