Selasa, 27 Oktober 2015

Sistem Respirasi

Anatomi, fisiologi dan patofisiologi sistem pernapasan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Suatu organisme atau mahluk hidup memiliki bermacam-macam sistem jaringan atau organ dalam tubuhnya, dimana sistem tersebut memiliki fungsi dan peranan serta manfaat tertentu bagi mahluk hidup.  Salah satu sistem yang ada pada suatu organisme yakni sistem pernapasan. Sistem pernapasan ini sendiri memiliki fungsi dan peranan yang sangat struktural dan terkoordinir.
Dalam ilmu histologi, sistem pernapasan akan dibahas secara detail bahkan sampai anatominya, sehingga kita bisa mengetahui organ dan saluran apa saja yang ikut berperanan dalam menyalurkan oksigen (O2) yang kita hirup.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian pernapasan dan bagaimana mekanisme pernapasan itu?
2.      Apakah sajakah saluran pada sistem pernapasan itu?
3.      Apa sajakah gangguan pada sistem pernapasan?
1.3  Tujuan
  1. Untuk mengetahui saluran-saluran pada sistem pernapasan.
  2. Untuk mengetahui mekanisme pernapasan.
  3. Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang berhubungan dengans sistem pernapasan.
BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Pernapasan
Definisi Pernapasan :
·        Pernapasan adalah proses keluar dan masuknya udara ke dalam & keluar paru
·        Pernapasan adalah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas dalam jaringan atau “pernafasan dalam” dan yang terjadi di dalam paru-paru yaitu “pernapasan luar”
Manusia membutuhkan suply oksigen secara terus-menerus untuk proses respirasi sel, dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai limbah beracun produk dari proses tersebut. Pertukaran gas antara oksigen dengan karbondioksida dilakukan agar proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini berasal dari atmosfer, yang menyediakan kandungan gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang ada. Oksigen masuk kedalam tubuh melalui perantaraan alat pernapasan yang berada di luar. Pada manusia, alveolus yang terdapat di paru-paru berfungsi sebagai permukaan untuk tempat pertukaran gas.
Proses pembakaran zat makanan secara singkat ditunjukan pada baga berikut:
Zat Makanan(gula) + Oksigen à kabon doiksida + uap air + energ
2.2 Fungsi dan Struktur Sistem Respirasi
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
1.      Berdasarkan anatomi:
Saluran nafas bagian atas : rongga hidung, faring dan laring
Saluran nafas bagian bawah; trachea, bronchi, bronchioli dan percabangannya sampai alveoli
2.      Berdasar fungsionalnya:
Area konduksi: sepanjang saluran nafas berakhir sampai bronchioli terminalis, tempat lewatnya udara pernapasan, membersihkan, melembabkan & menyamakan udara dg suhu tubuh hidung, faring, trakhea, bronkus, bronkiolus terminalis.
Area fungsional atau respirasi: mulai bronchioli respiratory sampai alveoli, proses pertukaran udara dengan darah.
2.2.1        Struktur
Sistem respirasi terdiri dari:
1.      Saluran nafas bagian atas
Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung dan dilembabkan.
2.      Saluran nafas bagian bawah
Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli
3.      Alveoli
Terjadi pertukaran gas anatara O2 dan CO2
4.      Sirkulasi paru
Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena meninggalkan paru.
5.      Paru
terdiri dari :
1)      Saluran nafas bagian bawah
2)      Alveoli
3)      Sirkulasi paru
6.      Rongga Pleura
Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga dada yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura   veseralis
7.       Rongga dan Dinding Dada
Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam proses respirasi
2.3 Alat – Alat Pernapasan
2.3.1 Hidung
  1. Nares Anterior
Nares anterior adalah saluran – saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) Hidung. Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung.
  1. Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang yang masuk ke dalam rongga hidung. Hidung Berfungsi: penyaring, pelembab, dan penghangat udara yang dihirup. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini berfungsi : memperingan tulang tengkorak, memproduksi mukosa serosa dan memberikan resonansi suara. Sinus ini juga dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
a.       Lubang hidung
b.      Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
c.       Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara concha media dan inferior
d.      Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
e.       Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
2.3.2        Saluran Pernapasan
  1. Faring
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring) dibelakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring-laringeal)
  1. Laring
Laring (tenggorokan) terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya.
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneas yang dikenal sebagai jakun, yaitu disebelah depan leher. Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, berbentuk seperti cincin mohor dengan mohor cincinnya disebelah belakang ( ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid yang menjulang disebelah belakang krikoid., kanan dan kiri tulang rawan kuneiform, dan tulang rawan kornikulata yang sangat kecil.
Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu menelan. Laring dilapisi jenis selaput lendir yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel epitelium berlapis.
Pita Suara terletak disebelah dalam laring, berjakan dari tulang rawan tiroid di sebelah depan sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan atau dikendurkan. Dengan demikian lebar sela-sela anatara pita-pita atau rima glotis berubah-ubah sewaktu bernapas dan berbicara.
Suara dihasilkan karena getaran pita yang disebabkan udara yang melalui glotis. Berbagai otot yang terkait pada laring mengendalikan suara, dan juga menutup lubang atas laring sewaktu menelan.
  1. Trakea
Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini bercabanf menjadi dua bronkus (bronki). Trakea tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea; selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju keatas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut masuk bersama dengan pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi mempertahankan agar trakea tetap terbuka; karena itu, disebelah belakngnya tidak bersambung, yyaitu di tempat trakea menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari tulang belakang.
Trakea servikalis yang berjalan melalui leher disilang oleh istmus kelenjar tiroid, yaitu belahan kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea. Trakea torasika berjalan melintasi mediastenum (lihat gambar 5), di belakang sternum, menyentuh arteri inominata dan arkus aorta. Usofagus terletak dibelakang trakea.
  1. Kedua bronkus
yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri; sedikit lebih tinggi daripada arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas; cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat dibawah arteri, disebut bronkus lobus bawah.(lihat gambar 3)
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing daripada yang kanan, dan berjalan dibawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
2.3.3        Rongga Toraks
Batas-Batas yang membentuk rongga di dalam toraks :
1.      Sternum dan tulang rawan iga-iga di depan,
2.      Kedua belas ruas tulang punggung beserta cakram antar ruas ( diskus intervertebralis) yang terbuat dari tulang rawan di belakang.
3.      Iga-Iga beserta otot interkostal disamping
4.      Diafragma di bawah
5.      Dasar leher di atas,
Isi
Sebelah kanan dan kiri rongga dada terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungkus pleuranya. Pleura ini membungkus setiap belah, dan memebentuk batas lateral pada mediastinum
Mediastinum adalah ruang di dalam rongga dada diantara kedua paru-paru. Isinya jantung dan pembuluh-pembuluh dara besar, usofagus, duktus torasika, aorta descendens, vena kava superior, saraf vagus dan frenikus dan sejumlah besar kelenjar limfe.
2.3.4        Paru – Paru
Paru-Paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum . Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampak paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
  1. Lobus paru-paru (belahan paru-paru ).
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin bercabang. Semakin menjadi tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, elastis, berpori, dan seperti spons. Di dalam air, paru-paru mengapung karena udara yang ada di dalamnya.
  1. Bronkus Pulmonaris
Trakea terbelah mejadi dua bronkus utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru (lihat gambar 3). Dalam perjalanannya menjelajahi paru-paru, bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan beranting banyak. Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa dengan yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa berotot yang mengandung bahan tulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan bersilia.
Bronkus Terminalis masuk ke dalam saluran yang disebut vestibula. Dan disini membran pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara – suatu jaringan pembuluh darah kepiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.
  1. Pembuluh Darah dalam Paru-Paru
Arteri Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru; cabang-cabangnya menyentuh  saluran-saluran bronkial, bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus; arteriol itu membelah-belah dan membentuk kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara.
Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-sel darah merah membuat baris tunggal. Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan difusi, yang merupakan fungsi pernapasan.
Kapiler paru-paru bersatu lagi sampai menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua vena pulminaris meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri jantung untuk didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta.
Pembuluh darah yang dilukis sebagai arteria bronkialis membawa darah berisi oksigen langsung dari aorta toraksika ke paru-paru guna memberi makan dan menghantarkan oksigen ke dalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk pleksus kapiler yang tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam vena pulmonaris dan darahnya kemudian dibawa masuk ke dalam vena pulmonaris. Sisa darah itudiantarkan dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang dapat mencapai vena kava superior. Maka dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan darah ganda.
  1. Hiilus (Tampuk)Paru-Paru dibentuk struktur berikut
1)      Arteri Pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru-paru untuk diisi oksigen
2)      Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru – paru ke jantung
3)      Bronkus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkial, merupakan jalan udara utama.
4)      Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan menghantarkan darah arteri ke jaringan paru – paru.
5)      Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari paru – paru ke vena kava superior.
6)      Pebuluh limfe, yang masuk – keluar paru – paru, sangat banyak,
7)      Persarafan. Paru- paru mendapat pelayanan dari saraf vagus dan saraf simpati.
8)      Kelenjar limfe . semua pembuluh limfe yang menjelajahi struktur paru – paru dapat menyalurkan ke dalam kelenjar yang ada di tampak paru – paru.
9)      Pleura. Setiap paru –paru dilapisi membran serosa rangkap dua, yaitu pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru – paru, masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian memisahkan lobus satu dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah tampuk paru – paru dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher ialah pleura servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran suprapleuralis (fasia Sibson) dan di atas membran ini terletak arteri subklavia.
Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas bergerak. Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya menjadi jelas.
2.4  Fisiologi Pernapasan
Fungsi paru – paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru – paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
      Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan eksterna :
  1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
  2. Arus darah melalui paru – paru
  3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh
  4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi drpd oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru – paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.
Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon dioksida.
Perubahan – perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan jarigan.
Udara (atmosfer) yang di hirup:
Nitrogen ..................................................................... 79 %
Oksigen ...................................................................... 20 %
Karbon dioksida ........................................................ 0-0,4 %
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer
Udara yang diembuskan:
nitrogen....................................................................... 79 %
Oksigen....................................................................... 16 %
Karbon dioksida ........................................................ 4-0,4 %
Daya muat udara oleh paru-paru. Besar daya muat udara oleh paru – paru ialah 4.500 ml sampai 5000 ml atau 41/2 sampai 5 literudara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya atau 500 ml adalah udara pasang surut (tidal air), yaitu yang di hirup masuk dan diembuskan keluar pada pernapasan biasa dengan tenang.
Kapasitas vital. Volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas paling kuat disebut kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seoranng laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit  paru-paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan kelemahan otot pernapasan.
2.5  Fisiologi Pernapasan
Mekanisme pernafasan diatur dan di kendalikan dua faktor utama,(a) pengendalian oleh saraf,   dan (b). Kimiawi. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernafasan yang terletak di dalam mendula oblongata, dan kalau dirangsang, pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan saraf spinalis ke otot pernafasan yaitu otot diafragama dan otot interkostalis.
1.      Pengendalaian oleh saraf
Pusat pernafasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radiks saraf servikalis impuls ini di antarrkan ke diafragma oleh saraf frenikus: Dibagian yang lebih rendah pada sumsum belakang ,impulsnya berjalan dari daerah toraks melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot interkostalis. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostal yang berkecepatan kira-kira lima belas setiap menit.
Impuls aferen yang dirangsang pemekaran gelembung udara diantarkan saraf vagus ke pusat pernapasan di dalam medula.
2.      Pengendalian secara kimiawi
Faktor kimiawi ini adalah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuensi, kecepatan,& kedalaman gerakan pernapasan. Pusat pernapasan di dalam sumsum sangat peka pada reaksi: kadar alkali daah harus dipertahankan.    Karbon dioksida adalah produksi asam dari metabolisme, dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan.
Kedua pengendalian, baik melalui saraf maupun secara kimiawi, adalah penting. Tanpa salah satunya orang tak dapat bernapas terus. Dalam hal paralisa otot pernapasan ( interkostal dan diafragma) digunakan ventilasi paru-paru atau suatu alat pernapasan buatan yang lainnya untuk melanjutkan pernapasan, sebab dada harus bergerak supaya udara dapat dikeluarmasukkan paru-paru.
Faktor tertentu lainnya menyebabkan penambahan kecepatan dan kedalaman pernapasan. Gerakan badan yang kuat yang memakai banyak oksigen dalam otot untuk memberi energi yang diperlukan dalam pekerjaan akan menimbulkan kenaikan pada jumlah karbon dioksida di dalam darah dan akibatnya pembesan ventilasi paru-paru.
Emosi, rasa sakit,dan takut,misalnya, menyebabkan impuls yang merangsang pusat pernapasan dan menimbulkan penghirupan udara secara kuat-hal yang kita ketahui semua.
Impuls aferen dari kulit mengasilkan efek serupa—bila badan di celup dalam air dingin atau menerima guyuran air dingin, penarikan pernapasan kuat menyusul.
Pengendalian secara sadar atas gerakan pernapasan mungkin, tetapi tidak dapat dijalankan lama karena gerakannya otomatik. Suatu usaha untuk menahan napas dalam waktu lama akan gagal karena pertambahan karbon dioksida yang melebihi normal di dalam darah akan menimbulkan rasa tak enak.
2.6  Kecepatan Pernapasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Kalau bernapas secara normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi, dan kemudian ada istirahat sebentar. Inspirasi-ekspirasi-istirahat. Pada bayi yang sakit urutan ini ada kalanya terbalik dan urutannya menjadi : inspirasi-istirahat-ekspirasi. Hal ini disebut pernapasan terbalik.
 Kecepatan normal setiap menit:
        Bayi baru ............................................................ 30-40
        Dua belas bulan .................................................. 30
        Dari dua sampai lima tahun  .............................. 24
        Orang dewasa..................................................... 10-20
2.7  Gerakan Pernapasan
Ada dua saat terjadi pernapasan:
1.      Inspirasi atau menarik napas
Adalah proses aktif yang diselengarakan kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikel. Penaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan kontraksi otot interkostalis , meluaskan rongga dada kedua sisi dan dari belakang ke depan. Paru-paru yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara. Otot interkostal eksterna diberi peran sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.
2.      Ekspirasi
Udara dipaksa keluar oleh pengenduran otot dan karena paru-paru kempis kembali yang disebabkan sifat elastis paru-paru itu. Gerakan ini adalah proses pasif.
Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen  juga dibawa bergerak, dan alae nasi (cuping atau sayap hidung) dapat kembang kempis.
2.8  Kebutuhan Tubuh Akan Oksigen
Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut, oksigen dapat diatur menurut keperluan . Orang tergantung pada oksigen untuk hidupnya; kalau tidak mendapatkannya selama lebih dari empat menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan biasanya pasien meninggal. Keadaan genting timbul bila misalnya sorang anak menudungi kepala dan mukannya  dengan kantung pelastik dan menjadi mati lemas. Tetapi  penyediaan oksigen hanya berkurang, pasien menjadi kacau pikiran—ia menderita anoksia serebralis. Hal ini terjadi pada orang bekerja dalam ruang sempit, tertutup, seperti dalam ruang kapal, di dalam tank, dan ruang ketel uap; oksigenyang ada mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi oksigen untuk pernapasan atau tidak dipindahkan ke udara yang normal, mereka akan meninggal karena anoksemia atau disingkat anoksia.
Bila oksigen di dalam darah tidak mencukupi, warna merahnya hilang dan menjadi kebiru-biruan dan ia disebut menderita sianosis.
Orang yang berusaha bunuh diri dengan memasukkan kepalanya ke dalam oven gas, bukan saja terkena anoksia, tetapi jaga menghirup karbon monoksida yang bersifat racun dan yang segera bergabung dengan hemoglobin sel darah, menyingkirkan isi normal oksigen. Dalam hal ini bibir tidak kebiru-biruan , melainkan merah ceri yang khas. Pengobatan yang diperlukan ialah pengisapan dan pemberian oksigen dalam konsentrasi sampai lima kali jumlah oksigen udara atmosfir atau lima atmosfir.
2.9  Patofisiologi Sistem Pernapasan
Beberapa kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia antara lain sebagai berikut:
1.      Asma
Asma ditandai dengan kontraksi yang kaku dari bronkiolus yang menyebabkan kesukaran bernapas. Asma biasanya disebabkan oleh hipersensitivas bronkiolus (disebut asma bronkiale) terhadap benda-benda asing di udara. penyebab penyakit ini juga dapat terjadi dikarenakan faktor psikis dan penyakit menurun.
2.      Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis merupakan penyakit spesifik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosae. Bakteri ini dapat menyerang semua organ tubuh, tetapi yang paling sering adalah paru-paru dan tulang. Penyakit ini menyebabkan proses difusi oksigen yang terganggu karena adanya bintik-bintik kecil pada dinding alveolus.
Keadaan ini menyebabkan :
1)      Peningkatan kerja sebagian otot pernapasan yang berfungsi untuk pertukaran udara paru-paru
2)      Mengurangi kapasitas vital dan kapasitas pernapasan
3)      Mengurangi luas permukaan membran pernapasan, yang akan meningkatkan ketebalan membran pernapasan sehingga menimbulkan penurunan kapasitas difusi paru-paru
3.      Faringitis
Faringitis merupakan peradangan pada faring sehingga timbul rasa nyeri pada waktu menelan makanan ataupun kerongkongan terasa kering. Gangguan ini disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus dan dapat juga disebabkan terlalu banyak merokok. Bakteri yang biasa menyerang penyakit ini adalah Streptococcus pharyngitis.
4.      Bronkitis
Penyakit bronkitis karena peradangan pada bronkus (saluran yang membawa udara menuju paru-paru). Penyebabnya bisa karena infeksi kuman, bakteri atau virus. Penyebab lainnya adalah asap rokok, debu, atau polutan udara.
5.      Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru-paru dimana alveolus biasanya terinfeksi oleh cairan dan eritrosit berlebihan. Infeksi disebarkan oleh bakteri dari satu alveolus ke alveolus lain hingga dapat meluas ke seluruh lobus bahkan seluruh paru-paru. Umumnya disebabkan oleh bakteri streptokokus (Streptococcus), Diplococcus pneumoniae, dan bakteri Mycoplasma pneumoniae.
6.      Emfisema paru – paru
Emfisema disebabkan karena hilangnya elastisitas alveolus. Alveolus sendiri adalah gelembung-gelembung yang terdapat dalam paru-paru. Pada penderita emfisema, volume paru-paru lebih besar dibandingkan dengan orang yang sehat karena karbondioksida yang seharusnya dikeluarkan dari paru-paru terperangkap didalamnya. Asap rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paru-paru ini.
7.      Dipteri
Dipteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphterial yang dapat menimbulkan penyumbatan pada rongga faring (faringitis) maupun laring (laringitis) oleh lendir yang dihasilkan oleh bakteri tersebut.
8.      Asfiksi
Asfiksi adalah gangguan dalam pengangkutan oksigen ke jaringan yang disebabkan terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh darah, ataupun jaringan tubuh. Misalnya alveolus yang terisi air karena seseorang tenggelam. Gangguan yang lain adalah keracunan karbon monoksida yang disebabkan karena hemoglobin lebih mengikat karbon monoksida sehingga pengangkutan oksigen dalam darah berkurang.
9.      Kanker paru – paru
Penyakit ini merupakan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali di dalam jaringan paru-paru. Kanker ini mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru dan menjalar ke seluruh bagian tubuh. Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% kasus pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar resiko untuk menderita kanker paru-paru. Tetapi tidak menutup kemungkinan perokok pasif pun mengalami penyakit ini. Penyebab lain yang memicu penyakit ini adalah penderita menghirup debu asbes, kromium, produk petroleum, dan radiasi ionisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Saluran pernapasan pada manusia diantaranya hidung, saluran pernapasan (farink, larink, trakea, bronkus) dan paru-paru.
Gerakan pernapasan ada 2 yaitu inspirasi dan ekspirasi. Saat Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang diselengarakan kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikel. Penaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan kontraksi otot interkostalis , meluaskan rongga dada kedua sisi dan dari belakang ke depan. Paru-paru yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara. Otot interkostal eksterna diberi peran sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.
Sedangkan saat Ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengenduran otot dan karena paru-paru kempis kembali yang disebabkan sifat elastis paru-paru itu. Gerakan ini adalah proses pasif.
Gangguan pada sistem pernapasan diantaranya : Asma, Tubeculosa, Bronkitis, Dieptri, Asfiksia, Enfisema paru, Pneumonia dan kanker paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA
http://biologigonz.blogspot.com/2009/12/gangguan-sistem-respirasi.html
(Diakses tanggal : 31 Maret 2012)
http://kamaruddinkhimenkbima.blogspot.com/2011/02/makalah-sistem-pernapasan.html (diakses tanggal : 1 April 2012)
Pearce, Evelyn C.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

1.1  Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah peradangan akut pada paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus. Bronkopneumonia merupakan penyumbang kematian balita di dunia sekitar 1,6-2,2 juta balita dengan proporsi 19%. Masalah yang sering muncul pada klien dengan Boncopnemonia adalah tidak efektifnya bersihan jalan napas, resiko tonggi terhadap infeksi, klurang pengetahuan, intolerasnsi aktivitas, tidak efektifnya pola napas.
Hasil penelitian diperoleh trend kunjungan penderita bronkopneumonia berdasarkan data tahun 2005-2009 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis Y= 16,6-X. Proporsi berdasarkan sosiodemografi yaitu kelompok umur 2-11 bulan 48,5%, sex ratio168%, dan Kota Medan 71,0%. Bronkopneumonia berat 28,0%, jumlah kunjungan berulang satu kali 94,1%, gizi buruk 4,2%, imunisasi tidak lengkap 82,9%, pendidikan ayah dan ibu SLTA dan Akademi/PT masing –masing 42,9% dan 42,1%, pekerjaan ayah pegawai swasta 39,1%, ibu rumah tangga 45,5%, jumlah anak orang tua tiga 60,0%, anak ke tiga 60,0%, lama rawatan rata-rata 4,70 hari, dan meninggal 4,8%.
Jika broncopnemonia terlambat didiagnosa atau terapi awal yang tidakmemadai pada broncopnemonia dapat menimbulka empisema, rusaknya jalan napas, bronkitis, maka diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Untuk itu, berdasarkan uraian diatas,  kami merasa perlu membahas dan menelaah lebih dalam mengenai penyakit broncopneumonia untuk dapat mengetahui bagaimana melakukan asuhan keperawatan  pada pasien bronkopnemonia dengan  pendekatan proses keperawatan yang benar.
1.2  Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan penyakit  broncopneumonia?
1.3  Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan penyakit broncopneumonia.
1.4  Tujun Khusus
1.4.1 Untuk mengetahui secara keseluruhan mengenai penyakit broncopneumonia
1.4.2 Menambah pengetahuan mengenai berbagai penyakit pada sistem pernafasan salah satunya  broncopneumonia  yang telah terjadi di masyarakat sekitar. 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
            Bronkopneumonia adalah pneumonia yang terdapat di daerah bronkus kanan maupun kiri atau keduanya. Bronkopneumonia (pneumonia lobularis) adalah peradangan pada parenkim paru yang awalnya terjadi di bronkioli terminalis dan juga dapat mengenai alveolus sekitarnya. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer. Bronkopneumonia sering disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

2.2 Klasifikasi Pneumonia
2.2.1 Berdasarkan Sumber Infeksi
a. Pneumonia yg didapat di masyarakat (Community-acquired  pneumonia.)
1.) Streptococcus pneumonia merupakan penyebab utama pada orang dewasa
2.)    Haemophilus influenzae merupakan penyebab yang sering pada anak-anak
3.)    Mycoplasma sering bisa menjadi penyebab keduanya (anak & dewasa)
b. Pneumonia  yg didapat di RS  (Hospital-acquired pneumonia )
1.)    Terutama disebabkan kerena kuman gram negatif
2.)    Angka kematiannya > daripada CAP (Community-acquired  pneumonia.)
3.)    Prognosis ditentukan ada tidaknya penyakit penyerta
c. Pneumonia  aspirasi
1.)    Sering terjadi pada bayi dan anak-anak
2.)     Pada orang dewasa sering disebabkan oleh bakteri anaerob
d. Pneumonia Immunocompromise host
1.)    Macam kuman penyebabnya sangat luas, termasuk kuman sebenarnya mempunyai patogenesis yang rendah
2.)    Berkembang sangat progresif menyebabkan kematian akibat rendahnya pertahanan tubuh

2.2.2 Berdasarkan Kuman Penyebab
a.   Pneumonia bakterial
1.) Sering terjadi pada semua usia
2.) Beberapa mikroba cenderung menyerang individu yang peka,  misal; Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphylococcus menyerang pasca influenza
  1. Pneumonia  Atipikal
1.)    Disebabkan: Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
2.)    Sering mengenai anak-anak dan dewasa muda
  1. Pneumonia yang disebabkan virus
1.) Sering pada bayi dan anak-anak
2.) Merupakan penyakit yang serius pada penderita dengan pertahanan tubuh yang lemah
  1. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur atau patogen lainnya
1.)    Seringkali merupakan infeksi sekunder
2.)    Predileksi terutama pada penderita dengan pertahanan tubuh yang rendah

2.2.3 Berdasarkan Predileksi atau Tempat Infeksi
a. Pneumonia lobaris (lobar pneumonia)
1.)    Sering pada pneumonia bakterial
2.)    Jarang pada bayi dan orang tua
3.)    Pneumonia terjadi pada satu lobus atau segmen, kemungkinan dikarenakan obstruksi bronkus misalnya : aspirasi benda asing pada anak atau proses keganasan pada orang dewasa     
b. Bronchopneumonia
1.)    Ditandai adanya bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru
2.)    Dapat disebabkan bakteri maupun virus
3.)    Sering pada bayi dan orang tua
4.)    Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus 
c. Pneumonia interstisialis (interstitial pneumonia
1.)    Proses terjadi mengenai jaringan interstitium daripada alevoli atau bronki
2.)    Merupakan karakteristik (tipikal) infeksi oportunistik (Cytomegalovirus, Pneumocystis carinii)

2.3. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronkopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang  yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
2.3.1 Faktor Infeksi
            - Pada neonatus : Streptocccus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
            - Pada bayi :
         Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
  Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
                        Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa, Bordetella pertusis.
            - Pada anak-anak :
                        Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP
                        Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
                        Bakteri : Pneumococcus, Mycobakterium tuberculosa.
            - Pada anak besar – dewasa muda :
                        Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
                        Bakteri : Pneumococcus, Bordetella Pertusis, M. tuberculosis.
2.3.2 Faktor Non Infeksi
            Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
  1. Bronkopneumonia hidrokarbon dapat terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau pemasangan selang NGT ( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
  2. Bronkopneumonia lipoid dapat terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

2.4 Faktor Resiko
            Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian Bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
  1. Faktor host (diri)
    1. Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahum. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada balita lebih rentan terkena penyakit bonkopneumonia dibandingkan orang dewasa dikarenakan kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.
  1. Status Gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lain (Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi phatogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang tergangu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi.
  1. Riwayat penyakit terdahulu
Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah parah karena penumpukan sekresi yang berlebih yaitu influenza. Pemasangan selang NGT yang tidak bersih dan tertular berbagai mikrobakteri dapat menyebakan terjadinya bronkopneumonea.
  1. Faktor Lingkungan
    1. Rumah
Rumah merupakan struktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani, dan keadaanan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu (WHO, 1989).
  1. Kepadatan hunian (crowded)
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor resiko penularan pneumonia.
  1. Status sosioekonomi
Kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat.

2.5  Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
  1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
  2. 2.       Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

2.6  Manifestasi Klinis
1.) Demam mendadak, disertai menggigil, baik pada awal penyakit atau selama sakit                                                2.) Batuk, mula-mula mukoid  lalu purulen dan bisa terjadi hemoptisis
3.) Nyeri pleuritik, ringan sampai berat, apabila proses menjalar ke pleura (terjadi pleuropneumonia)                                                                                                          
4.) Tanda & gejala lain yang tidak spesifik : mialgia, pusing, anoreksia, malaise, diare,
   mual & muntah.

2.7 Pemeriksaan
2.7.1 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi / palpasi : sisi hemitoraks yg sakit tertinggal
b. Palpasi / Perkusi / Auskultasi
tanda-tanda konsolidasi  : Redup, fremitus raba / suara meningkat, suara napas bronkovesikuler – bronchial, suara bisik, krepitasi
2.7.2 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dahak
1.)    Mempunyai banyak keterbatasan
2.)     Usahakan bebas dari kontaminan dengan berbagai cara :
  1. Sputum dicuci dg garam faali, diambil sputum yang mengandung darah dan nanah
  2. kavum orofaring  dibersihkan dulu dengan cara berkumur
  3. aspirasi trakeal
  4. memakai bronkosokopi
  5. pungsi transtorakal
3.)    spesimen yg diperoleh lalu dilakukan pengecatan gram dan  kultur

b. Pemeriksaan darah
  1. Umumnya lekositosis ringan sampai tinggi
  2. 2.       Hitung jenis bergeser ke kiri ( shift to the left)
  3.  LED dapat juga tinggi
  4.  Kultur darah dapat positif 20-25 %  pada penderita yang tidak diobati
c. Foto thorax PA/lateral
  1. Abnormalitas radiologis pada pneumonia disebabkan  karena pengisian alveoli oleh cairan radang  berupa :  opasitas / peningkatan densitas ( konsolidasi ) disertai dengan gambaran air bronchogram
  2.  Bila di dapatkan gejala klinis pneumonia tetapi gambaran radiologis negatif, maka ulangan foto toraks  harus diulangi dalam 24-48 jam untuk menegakkan diagnosis.
  3. Pemeriksaan gas darah
    1. Hipoksemia & hipokarbia
    2. Asidosis respiratorik pada stadium lanjut
e.  Tampilan klinis pneumonia dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bacterial dan non bacterial (atipikal)
KARAKTER KLINIS
 PNEUMONIA BAKTERIAL
PNEUMONIA NON BAKTERIAL (ATIPIKAL)
Timbulnya gejala
Mendadak sebagian besar di paru
Berangsur-angsur, sering bersifat umum selain di paru
Batuk
Produktif dengan banyak sputum, purulen/mukopurulen
Tidak produktif, sputum sedikit

Pengecatan gram
Sering ditemukan mikroba

Non diagnostik, baik pada pengecatan gram maupun kultur
Leukositosis
Ada dan tinggi, leukopeni pada kasus yang jelek
Biasanya tidak ada, atau leukopeni

Nyeri dada
Ada, bervariasi dari yang ringan sampai berat
Jarang

Foto paru
Tanda konsolidasi lobar, segen atau bronkopneumonia
Tidak mengikuti batas anatomis, kelainan interstitial


2.8  Penatalaksanaan
Pengelolahan pneumonia harus berimbang dan memadai, mencakup :
1. Tindakan umum ( general suportif )
2. Koreksi kelainan tubuh yang ada
3. Pemilihan antibiotik
Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat inap dapat diobati di rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi, yaitu keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi patogen yang spesifik misalnya  S. pneumoniae yang resisten terhadap penesilin.
A.) Faktor modifikasi adalah keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi dengan kuman patogen yg spesifik. Kuman-kuman tersebut meliputi :
  1. Streptococcus pneumoniae yg resisten terhadap penisilin :
a. Usia  > 65 tahun
b. Mendapat tx betalaktam dlm 3 bulan terakhir
c. Pecandu alkohol                                                              
d. Penyakit gangguan imunitas  (tms tx steroid)                                    
e. Adanya penyakit ko-morbid yang lain                            
f. Kontak dengan anak-anak                         
  1.  Enterik  gram-negative :
    1. Penghuni rumah jompo                              
    2. Adanya dasar  penyakit kardiopulmoner           
    3. Adanya penyakit ko-morbid yang lain                    
    4. Pengobatan antibiotika sebelumnya                         
    5. 3.        Pseudomonas  aeruginosa :
      1. Kerusakan jaringan paru  (bronkiektasis)                   
      2. Terapi kortikosteroid  (>10 mg pednison/hari)           
      3. Pengobatan antibiotik spektrum luas lebih dari 7 hari sebelumnya                                                     
      4. Malnutrisi
B.) Faktor antibiotik diperlukan adanya pendekatan yang logis untuk memperkirakan etiologi dan memberikan pengobatan inisial secara empiris. Pendekatan ini harus mempertimbangkan :
  1. kecenderungan  epidemiologis setempat
  2. usia penderita
  3. penyakit penyerta / komorbid
  4. faktor risiko sosial (alkohol, drug abuse, dll)
  5. temuan kelainan paru (pemeriksaan fisik dan radiologis)
2.8.1 Penatalaksanaan rawat jalan
a. Pengobatan suportif / simtomatik
1.   Istirahat di tempat tidur
2.   Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
  1. Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
  2. Bila perlu dapat diberikan mukolitik  dan ekspektoran
  3. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang dari 4 jam
2.8.2 Penatalaksanaan rawat inap
a. Pengobatan suportif / simtomatik
1. Pemberian terapi oksigen
2. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
3. Pemberian obat simtomatik antara laim antipiretik, mukolitik
  1.  
    1. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang dari 4 jam
2.8.3 Penatalaksanaan rawat inap di ruang rawat intensif
a. Pengobatan suportif / simtomatik
1. Pemberian terapi oksigen
2. Pemasangan infus untuk rehidrasi, koreksi kalori & elektrolit
3. Pemberian obat simtomatik antara lain antipiretik, mukolitik
b. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai bagan ) kurang darti 4 jam
c.  Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.

2.9 Asuhan Keperawatan

No.
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
  • Bersihan jalan nafas tidak efektif  berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Data-data:
Data Subjektif
  • Pasien mengeluh rewel
  • Pasien mengeluh sesak sesak nafas
  • Pasien tidak mau makan
  • Terdengar suara grek-grek
  • orang tua menyatakan kurang paham tentang penyakit yang diderita anaknya
  • anak mencret


Data Objektif
  • Pernafasan cepat dan dangkal
  • pernafasan cuping hidung
  • ronchi dan sianosis
  • batuk berdahak sputum purulen
  • penggunaan otot Bantu nafas
  • bunyi nafas bronchovesikuler
  • muntah malaise
  • penurunan nafsu makan dan berat badan
  • respirasi meningkat
Jalan napas bersih dan efektif setelah hari perawatan, dengan criteria:
a)      Tidak ada dypsnoe, sianosis, ronchi dan suara krek-krek
b)      BGA mormal
pH       = 7,35 – 7,45
H+ = 35–45 nmol/L(nM)
PaO2     = 80–100 mmHg
PaCO2 = 35–45 mmHg
HCO3= 22–26 mmol/L

1)   Mengkaji frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi
2)   mengauskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki.
3)   Memberikan posisi semi fowler.
4)   Memberikan minum hangat sedikit sedikit tapi sering.
5)   Melaksanakan tindakan delegatif : Bronchodilator, mukolitik, untuk mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan.
  • Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
  • Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius
  • Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas
  • Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran.
  • Pemberian obat-obatan pengerncer dahak memudahkan proses evakuasi jalan nafas
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen
Menunjukan fungsi paru yang optimal dengan kriteria sesak hilang, tidak ada sianosis pada kulit, membran mucosa dan kuku.
1)      Mengkaji frekuensi, Kedalaman dan kemudahan pernafasan.
2)      Mengbsevasi warna kulit, membran mucosa dan kuku apakah terdapat sianosis.
3)      Mempertahankan istirahat dan tidur.
4)      Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi

  • Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum
  • Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.
  • Menghemat penggunaan oksigen dengan Istirahat dan tidur
  • Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan dewngan kelemahan umum.

Mampu toleran terhadap aktivitas sesuai kemampuan / kondisi anak.
1)      Membantu aktivitas anak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2)      Menyarankan keluarga untuk membatasi aktivitas anak yang berlebihan yang dapat menimbulkan kelelahan.
3)      Menyarankan untuk melakukan aktivitas secara bertahap.

  • Anak membutuhkan bantuan dalam keadaan sakit untuk memenuhi kebutuhannya
  • Aktifitas yang berlebih akan membutuhkan banyak tenaga dan akan menimbulkan kelelahan pada anak
  • Dengan aktifitas yang dilakukan bertahap diharapkan energi yang dikeluarkan tidak berlebih
4.
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.

Nyeri hilang / berkurang dengan kriteria : Menunjukan penurunan skala nyeri , wajah tampak rileks.
1)      Menentukan karakteristik nyeri misalnya tajam, ditusuk, dll.
2)      Memberikan tindakan kenyamanan
3)      Mengjarkan tekhnik relaksasi, atau latihan nafas.
4)      Memberikan tindakan delegasi pemberian analgetika untuk menurunkan nyeri.

  • Mengetahui tingkat keparahan penyakit
  • Rasa nyaman adalah salah satu cara untuk mengurangi rasa nyeri karena bisa menimbulkan efek relaksasi
  • Dengan nafas yang baik dapat mengurangi rasa nyeri yang diderita
  • Permberian analgetika sangat berperan dalam penurunan tingkat kenyerian
5.



Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap informasi

Pengetahuan orang tua meningkat dengan kriteria  : mampu mengulang kembali penjelasan yang diberikan.
1)      Memberikan penjelasan tentang penyakit anak, pencegahan, penatalaksanaan di rumah sakit atau yang dapat dilakukan dirumah agar oreang tua mengetahui dan mau aktif ikut serta dalam setiap tindakan.
2)      Memotivasi ibu untuk melaksanakan anjuran petugas.

  • Menambah pengetahuan keluarga sehingga dapat membantu dalam proses perawatan anak
  • Peran ibu sangatlah penting dalam proses penyembuhan anak
6.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
Gangguan nutrisi tidak terjadi dengan kriteria makanan yang disediakan dapat dihabiskan.

1)      Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah
2)      Memberikan makan porsi kecil tapi sering.
3)      Menyajikan makanan dalam keadaan hangat.
4)      Menimbang  BB setiap hari

  • Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
  • Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali dan mengurangi efek mual pada anak
  • Makanan hangat dapat meningkatkan rasa nyaman diperut anak
  • Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya responterhadap terapi

7.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan , penurunan pemasukan oral
Tidak terjadi kehilangan volume cairan dengan kriteria : Meningkatnya masukan cairan , tidak ada tanda – tanda kurang volume cairan.
1)      Mengkaji perubahan tanda-tanda vital.
2)      Mengkaji turgor kulit.
3)      Menyatat intake dan out put cairan.
4)      Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

  • Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik
  • Indikator langsung keadekuatan masukan cairan
  • Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian
  • Memperbaiki ststus kesehatan









Tidak ada komentar:

Posting Komentar