ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN
Pengertian kulit
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga lubang-lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
Lapisan kulit
1. Epidermis
• Stratum korneum.
Lapisan ini terdiri dari banyak lapisan tanduk (keratinasi), gepeng, kering, tidak berinti, inti selnya sudah mati, dan megandung zat keratin.
• Stratum lusidum.
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel-sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pipa yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat disebut stratum lusidum.
• Stratum granulosum.
Lapisan ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih seperti kumparan dengan inti ditengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohiali atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi benda asing, kuman dan bahn kimia masuk ke dalam tubuh.
• Stratum spinosum/stratum akantosum.
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan . sel-selnya disebut spinosum karena jika dilihat di bawah mikroskop, sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya polygonal/banyak sudut dari mempunyai tanduk (spina). Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar. Bentuknya tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki. Disebut akantosum sebab sel-selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut ada hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelulair bridges atau jembatan interselular.
• Stratum Basal/Germinativum.
Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak dibagian basal/basis, stratum germinativum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna.
Sel tersebut disusun seperti pagar pagar (palisade) dibagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran disebut membran basalis, sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan batas terbawah dari pada epidermis dengan dermis.
Ternyata batas ini tidak datar tapi bergelombang, pada waktu korium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papilla kori (papilla kulit). Dipihak lain epidermis menonjol kea rah korium, tonjolan ini disebut Rute Ridges atau rete peg = prosessus inter papilaris.
2. Dermis.
Struktur lapisan dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis dilapisi oleh membrane basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tapi batas ini tidak jelas hanya diambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari 2 lapisan:
Bagian atas, Pars Papilaris (stratum papilar).
Bagian bawah, Retikularis (stratum retikularis).
Batas antara pars papilaris dengan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari serabut-serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus.
Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai tugas yang berbeda.
Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit, serabut elastic untuk memberikan kelenturan pada klit, dan retikulus terdapat terutama disekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.
Unsur sel:
Unsur utama sel dermis adalah fibroblast, makrofag, dan terdapat sel lemak yang berkelompok. Disamping itu ada juga sel jaringan ikat bercabang dan berpigmen pada lingkungan epidermis yang banyak mengandung pigmen misalnya areola mammae dan sekitar anus.
Serat otot:
Serat otot polos dijumpai di dalam dermis tersusun membentuk berkas dihubungkan dengan folikel rambut (muskulus erector fili) bertebaran diseluruh dermis dalam jumlah yang cukup banyak pada kulit, putting susu, penis, skrotum dan sebagian perenium.
3. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini disebut perikulus adiposus, yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan).
Guna perikulus adiposus adalah sebagai Shok breker = pegas/bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, Isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbun kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
Jaringan kulit
Kulit disebut juga integument atau kutis yang tumbuh dari dua macam jaringanyaitu jaringan epitelyang menumbuhkan lapisan epidermis dan jaringan pengikat (penunjang) yang menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam).
Kelenjar-kelenjar kulit.
Kelenjar kulit meliputi kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar mamae.
a) Kelenjar sebasea.
Kelenjar ini berhubungan dengan folikel rambut yang bermuara dalam sebuah folikel rambut. Kelenjar yang tidak berhubungan dengan folikel rambut bermuara langsung ke permukaan kulit seperti yang terdapat pada glans penis, labium minus, dan kelenjar tarsalia pada kelopak mata.
Kelenjar ini terletak dalam dermis dan tidak terdapat pada kulit telapak kaki dan tangan. Perkembangan dan pertumbuhan kelenjar sebasea terutama terjadi selama pubertas di bawah control hormone, sekresi sebum terjadi terus menerus dan bermanfaat untuk pemeliharaan kesehatan kulit.
b) Kelenjar keringat.
Kelenjar keringat adalah kelenjar tubular bergelung yang tidak bercabang; terdapat pada seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas bibir, glans penis dan gendang telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak tangan dan kaki. Bagian sekretorisnya terletak di dalam dermis atau hypodermis dan bergabung membentuk massa tersendiri.
Duktusnya keluar menuju epidermis dan berjalan berkelok-kelok menyatu dengan epidermis dan berjalan spiral untuk mencapai permukaan kulit. Tempat bermuaranya disebut pori keringat. Terdapat 2 macam kelenjar keringat yaitu kelenjar keringat ekrin dan apokrin.
1) Kelenjar keringat ekrin.
Tersebar diseluruh kulit tubuh, kecuali kulup penis bagian dalam dan telinga luar, telapak tangan, telapak kaki dan dahi. Badan kelenjar terdapat diantara perbatasan kulit ari (epidermis) dan kulit dermis. Salurannya berkelok-kelok keluar dan berada pada lapisan jangat yang berjalan lurus ke pori-pori keringat.
2) Kelenjar keringat apokrin.
Kelenjar keringat yang besar dan hanya dapat ditemukan pada ketiak, kulit putting susu, kulit sekitar alat kelamin dan dubur.
Kelenjar ini terletak lebih dalam dan saluran keduanya berbelok-belok kemudian lurus menuju epidermis dan bermuara pada folikel rambut.
c) Kelenjar payudara (glandula mamae).
Glandula mamae termasuk kelenjar kulit karena berasal dari lapisan ektodermal yang secara fungsional termasuk sistem reproduksi. Kelenjar ini terletak di atas fasia pektoralis superfisilis yang dihubungkan dengan perantaraan jaringan ikat longgar dan jaringan lemak. Kelenjar ini melekat erat dengan kulit diatasnya. Disekitar putting susu (papila mamae) terdapat reticulum kutis yang tumbuh dengan baik dan dinamakan ligamentum suspensorium. Ke dalam putting susu bermuara 15-20 duktuli laktiferus.
Disekitar papilla mamae terdapat areala mamae yang mengandung kelenjar sebasea montgomeri (glandula areola mammae) yang berfungsi untuk melindungi dan melicinkan putting susu pada waktu bayi mengisap. Pada wanita yang tidak hamil dan tidak menyusui, alveoli tampak kecil dan padat berisi sel-sel granular. Pada waktu hamil, alveoli akan membesar dan sel-sel membesar.
Pigmentasi kulit.
Warna kulit ditentukan oleh faktor warna kulitnya sendiri. Kandungan karoten (pigmen) darah pada pembuluh darah, dermis memberikan warna kemerahan dan kandungan pigmen melanin memberikan bayangan coklat.
Melanin terletak di dalam lapisan basal dan bagian bawah lapisan taju yang dibuat oleh epidermis khusus yaitu melanosit yang bertebaran diantara keratinosit lapis basal dan lapis taju dalam folikel rambut dan jaringan ikat dermis. Perbedaan warna kulit disebabkan oleh karena perbedaan jumlah dan ukuran melanosom di dalam keratinosit.
pigmentasi kulit tergantung dari berbagai faktor yaitu keturunan, hormone, dan lingkungan. Faktor genetic mempengaruhi ukuran satuan melanin epidermis. Hormone pemacu malanosit MSH (melanosit stimulating hormon) merangsang perpindahan melanosom ke dalam cabang-cabang sitoplasma melanosit dan keratinosit. Faktor lingkungan seperti ultraviolet meningkatkan kegiatan enzim melanosit serta meningkatkan produksi melanin dan penimbunannya di dalam keratinosit sehingga kulit menjadi coklat.
Pembuluh darah.
Pembuluhdarah kulit terdiri dari 2 anyaman pembuluh darah nadi yaitu:
1) Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar.
Anyaman ini terdapat antara stratum papilaris dan stratum retikularis, dari anyaman ini berjalan arteriole pada tiap-tiap papilla kori.
2) Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam.
Anyaman ini terdapat antar korium dan subkutis, anyaman ini memberikan cabang-cabang pembuluh nadi kea lat-alat tambahan yang terdapat di korium.
Dalam hal ini percabangan juga membentuk anyaman pembuluh nadi yang terdapat pada lapisan subkutis. Cabang-cabang ini kemudian akan menjadi pembuluh darah balik/vena yang juga akan membentuk anyaman, yaitu anyaman pembuluh darah balik yang ke dalam.
Peredaran darah dalam kulit adalah penting sekali oleh karena diperkirakan 1/5 dari darah yang beredar malalui kulit. Disamping itu pembuluh darah pada kulit sangat cepat menyempit/melebar oleh pengaruh atau rangsangan panas, dingin, tekanan sakit, nyaeri dan emosi, penyempitan dan pelebaran ini terjadi secara reflek.
Saraf kulit.
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan saaf sensorik.
Ujung saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel-sel otot yang terdapat pada kulit, sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit. Pada kulit ujung-ujung, saraf sensorik ini membentuk bermacam-macam kegiatan untuk menerima rangsangan.
Ujung-ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan sakit/nyeri banyak terdapat di epidermis, disini ujung-ujung sarafnya mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu organ.
Pelengkap kulit.
a. Kuku.
Kuku merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus permukaan dorsal falang terkhir jaringan dan jari kaki. Strukturnya berhubungan dengan dermis dan epidermis.
1) Struktur kuku.
Alat kuku berpoliferasi membentuk matriks kuku, epidermis yang tepat di bawahnya menjadi dasar kuku yang berbentuk U bila dilihat dari atas dan diapit oleh lipatan kulit yang merupakan dinding kuku. Lempeng kuku terdiri dari sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak mengelupas. Badan kuku berwarna bening sehingga kelihatan kemerahan karena ada pembuluh kapiler darah di dalam dasr kuku.
Sel-sel stratum korneum meluas dari dinding kuku ke permukaan lempeng kuku sebgai epikondrium atau kutikula.
Bagian dari kuku, terdiri dari:
Ujung kuku atas ujung batas.
Badan kuku yang merupakan bagian yang besar.
Akar kuku (radik).
2) Pertumbuhan kuku.
Dengan bertambahnya sel-sel baru dalam akar, kuku menghasilkan geseran lambat lempeng kuku di atas dasr kuku. Laju pertumbuhan kuku rata-rata 0,5 mm perminggu.
b. Rambut.
Rambut merupakan benang keratin elastic yang berkembang dari epidermis dan tersebar disekujur tubuh kecuali telapak kaki dan telapak tangan, permukaan dorsal falang distal, lingkung lubang dubur dan urogenital. Setiap rambut mempunyai batang yang bebas dan akan yang tertanam dalam kulit.
Akar rambut dibungkus oleh folikel rambut yang berbentuk dari bagian yang bersal dari epidermis (epitel) dan bagian yang berasal dari dermis (jaringan ikat).
1) Struktur rambut:
Medula. Merupakn bagian tengah rambut yang longgar terdiri dari 2-3 lapis sel kubis yang mengkerut satu sam lain, dan dipisahkn oleh ruang berisi udara.
Korteks. Merupakan bagian utama rambut yang terbentuk dari beberapa lapis sel gepeng, panjang, dan berbentuk gelombang yang membentuk keratin keras.
Kutikula. Terdapat pada permukaan, selapis sel tipis, jernih dan kutikula tidak berinti, kecuali yang terdapat pada akar rambut.
2) Folikel rambut.
Folikel rambut merupakan selubung yang terdiri dari sarung jaringan ikat bagian luar (sarang akar dermis) yang berasal dari dermis dan sarung akar epitel bagian dalam berasal dari epidermis. Folikel yang mengembung membentuk bulbus rambut dan berhubungan dengan papilla di tempat persatuan akar rambut dan selubungnya.
3) Sarung akar asal dermis.
Lapisan paling luar berkas serat kolagen kasar yang berjalan memanjang sesuai dengan lapisan reticular dermis.
Lapisan tengah lebih tebal sesuai dengan lapisan papilla dermis. Lapisan dalam berupa sabk homogeny sempit yang disebut glassy, membrane basal di bawah epidermis. Sarung akar rambut luar mempunyai selapis sel polygonal yang menyerupai sel-sel stratum spinosum epidermis.
Sedangkan sarung akar rambut dalam merupakan sarung berat tanduk yang membungkus akar rambut yang sedang tumbuh, menghasilkan keratin lunak, juga ditemukan pada epidermis.
4) Susunan rambut:
a) Batang rambut, merupakan bagian rambut yang terdapat di luar kulit. Kalau dilihat potongan sebuah rambut dari luar ke dalam sbb:
(1) Selaput rambut (kutikula), merupakan lapisan yang paling luar dan terdiri dari sel-sel tandukyang tersusun disasak dengan baik.
(2) Kulit rambut.
Korteks rambut merupakan lapisan kulit yang paling tebal dan terdiri dari lapisan tanduk berbentuk kumparan yang tersusun memanjang dan mengandung butir-butir mielin.
(3) Sumsum rambut (medula), merupakan bagian yang paling dalam yang dibentuk oleh sel tanduk dan bentuknya seperti anyaman dengan rongga yang berisi udara.
(4) Akar rambut
Merupakan bagian rambut yang tertanam miring dalam kulit dan terselubung oleh kandung rambut (folikel rambut). Akar rambut ini tertanan amat dalam hingga dapat mencapai lapisan hypodermis.
Akar rambut terdiri dari:
Kandung rambut yaitu tabung yang menyelubungi akar rambut mulai dari permukaan kulit samapai pada bagian umbi rambut.
Papil rambut, merupakan bagian bawah folikel rambut yang berbentuk lonjong seperti telur yang ujung bawahnya terbuka dan berisi jaringan ikat tanpa serabut elastic.
Umbi rambut (tunas rambut) merupakan bagian akar rambut yang melebar dan merupakan sel bening yang terus menerus bertambah banyak dan berkembang secara mitosis.
(5) Otot penegak rambut
Muskulus erector pili merupakan otot penegak rambut yang terdiri dari otot polos yang terdapat pada kandung rambut dengan perantaraan serabut elastic. Bila otot ini berkontraksi, rambut akan tegak dan kelenjar akan mengalami kompresi sehingga isinya akan didorong keluar untuk melumas rambut.
(6) Pertumbuhan rambut.
Pertumbuhan rambut terjadi sebagai hasil mitosis sel-sel matriks yang berasal dari epidermis dan belum berdiferensiasi yang terletak di atas sekitar puncak papilla rambut. Sel-sel pada dasar folikel menjadi sarung akar rambut luar sel-sel matriks rambut merupakan tratum malpigi epidermis yang akhirnya menjadi sel-sel ber zat tanduk. Rambut mempunyai masa pertumbuhan tertentu yaitu untuk rambut kepala 0-3 tahun dan bulu mata 3-4 bulan.
Kulit sebagai indera peraba.
Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung saraf, di kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang, panas, dingin, dan sakit ditimbulkan karena tekanan yang dalam dan rasa yang berat dari suatu benda misalnya mengenai otot dan tulang.
Panca indera peraba terdapat pada kulit disamping itu kulit juga sebagai pelepas panas yang ada pada tubuh, kulit menutupi dan berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang. Kulit mempunyai banyak ujung-ujung saraf peraba yang menerima rangsangan dari luar diteruskan kepusat saraf di otak.
Sensasi indera peraba dari kulit.
Sensasi kulit terdiri dari rasa, raba, tekanan, panas, dingin, dan rasa sakit. Reseptor-reseptor tersebar luas pada lapisan epitel dan jaringan ikat tubuh manusia. Reseptor masing-masing berbeda-beda, yang terbanyak adalah reseptor rasa sakit, kemudian sensasi raba, dingin, dan panas.
Reseptor yang terletak di lapisan epitel, ditemukan pada mukos mulut dan traktus respiratorius untuk rasa raba dan rasa sakit, dan jaringan pitel gepeng berlapis-lapis pada bagian akar rambut. Reseptor yang terletak pada jaringan ikat sangat banyak terletak pada kulit dibawah lapisan mukosa disekitar sendi, pleura, endokardium, peritoneum, dan lain-lain.
Rasa sentuhan yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung saraf di dalam kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang panas, dingin, sakit, semua perasaan ini berlainan. Di dalam kulit terdapat tempat-tempat tertentu yaitu tempat perabaan sensitive terhadap dingin dan sakit. Perasaan yang disebabkan tekanan yang sangat dalam dan rasa yang memungkinkan seseorang menentukan dan menilai berat suatu benda timbul pada struktur lebih dalam misalnya pada otot dan sendi.
Fungsi kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu:
I. Fungsi proteksi.
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turutberperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara PH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel-sel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.
II. Fungsi absorbs.
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan, dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah diantara sel, menembus sel-sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-sel epidermis.
III. Fungsi kulit sebagai pengatur panas.
Suhu tubuh tetap stabil messkipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot, dan pembuluuh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin).
IV. Fungsi ekskresi.
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa metabolism dalam tubuh berupa NaCl, urea, asamurat, dan amonia. Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungikulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.
V. Fungsi persepsi.
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papilla dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya didaerah yang erotik.
Reaksi putih.
Bila ujung suatu objek ditekan perlahan-lahan pada kulit, garis tekanan menjadi pucat (reaksi putih). Rangsangan mekanik menimbulkan konstriksi sfingter kapiler dan darah mengalir keluar dari kapiler, respons ini tampak kira-kira 15 detik.
Tripel Respons.
Bila kulit ditekan lebih keras lagi dengan alat yang runcing, sebagian reaksi putih terdapat kemerahan. Pada tempat tersebut diikuti pembengkakan, bintik kemerahan sekitar luka yang disebabkan dilatasi kapiler merupakan suatu respons langsung dari kapiler terhadap tekanan. Pembengkakan local disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan venolus. Kemerahan karena dilatasi arteriola dan denarvasi karena hambatan saraf menimbulkan rasa nyeri.
Hiperemia Aktif.
Hiperemia aktif yaitu kelainan jumlah darah dalam suatudaerah yang dihidupkan kembali setelah periode penyumbatan atau tekanan. Respons pembuluh darah yang terjadi pada organ dalam kulit darah mengalir dalam pembuluh darah yang melebar membuat kulit menjadi sangat merah karena efek lokal hipoksia dan dipengaruhi oleh zat kimia.
KONSEP DASAR
MEDIS
A. Devinisi
Penyakit Kusta
Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni
kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta
disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr.
Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus
Hansen.
Menurut Depkes RI
(1996) diacu dalam Hutabarat (2008) penyakit kusta adalah penyakit menular yang
menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang
menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Menurut Depkes RI
(2006) diacu dalam Hutabarat (2008) penyakit kusta adalah salah satu penyakit
menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud
bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, dan
psikologis.
Permasalahan
penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam merupakan permasalahan yang
sangat kompleks dan merupakan permasalahan kemanusiaan seutuhnya. Masalah yang
dihadapi pada penderita bukan hanya dari medis saja tetapi juga adanya masalah
psikososial sebagai akibat penyakitnya. Dalam keadaan ini warga masyarakat
berupaya menghindari penderita. Sebagai akibat dari masalah-masalah tersebut
akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara, karena
masalah-masalah tersebut dapat mengakibatkan penderita kusta menjadi tuna
sosial, tuna wisma, tuna karya dan ada kemungkinan mengarah untuk melakukan
kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat.
Kusta tampil
dalam dua jenis bentuk klinis utama yaitu kusta bentuk kering ( tuberkuloid )
dan kusta bentuk basa ( lpromatosa ) dan bentuk ketiga yaitu bentuk peralihan (
borederline ) ( wim de Jong et Al 2005 )
1.
Kusta bentuk
kering
Tidak
menular, kelainan kulit berupa bercak keputihan sebesar uang logam atau lebih
besar, sering timbul di pipi, punggung, paha dan lengan. Bercak tampak kering
2.
Kusta bentuk
basah
Bentuk
menular karna kumannya banyak terdapat di selaput lendir kulit dan organ tubuh
lainnya, dapat berupa bercak kemerahan kecil-kecil tersebar di seluruh badan,
berupa penebalan kulit yang luas sebagai infiltrate yang tampak mengkilat dan
berminyak, dapat berupa benjolan marah sebesar biii jagung yang tersebar di
badan, muka dan daun telinga. Di sertai rontoknya air mata dan menebalnya daun
telinga
3.
Kusta tipe
peralihan
Merupakan
peralihan antara kedua tipe utama. Pengobatan tipe ini di masukkan ke dalam
jenis tipe basah
B.
Etiologi Penyakit Kusta
Penyakit
ini sebenarnya disebabkan oleh bakteri pathogen Mycobacterium leprae yang
ditemukan oleh seorang ahli fisika Norwegia bernama Gerhard Armauer Hansen,
pada tahun 1874 lalu. Mycobacterium leprae merupakan salah satu kuman
yang berbentuk basil dengan ukuran 3-8 Um x 0,5 Um.
Penelitian
dengan mikroskop electron tampak bahwa M. leprae mempunyai dinding yang
terdiri atas 2 lapisan, yakni lapisan padat terdapat pada bagian dalam yang
terdiri atas peptidoglikan dan lapisan transparan pada bagian luar yang terdiri
atas lipopolisakarida dan kompleks protein-lipopolisakarida. Dinding
polisakarida ini adalah suatu arabinogalaktan yang diesterifikasi oleh asam
mikolik dengan ketebalan 20nm (9,10). Tampaknya peptidoglikan ini mempunyai
sifat spesifik (11) pada M.leprae , yaitu adanya asam amino
glisin,sedangkan pada bakteri lain mengandung alanin. M. leprae ini
merupakan basil gram positif karena sitoplasma basil ini mempunyai struktur
yang sama dengan basil gram positif yang lain yaitu mengandung DNA dan RNA
C.
Patofisiologi
Kuman Mycobacterium leprae masuk ke
dalam tubuh melalui saluran pernafasan (Sel Schwan) dan kulit yang tidak utuh.
Sumber penularan adalah penderita kusta yang banyak mengandung kuman (tipe
multibasiler) yang belum diobati. Kuman masuk ke dalam tubuh menuju tempat
predileksinya yaitu saraf tepi. Saat Mycobacterium leprae masuk ke dalam tubuh,
perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respons tubuh
setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imunitas pasien.
Mycobacterium leprae berpredileksi di daerah-daerah yang relatif lebih dingin,
yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit. Derajat penyakit tidak
selalu sebanding dengan derajat infeksi karena respons imun pada tiap pasien
berbeda.
Setelah mikobakterium leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit
kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respon setelah masa
tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imunitas seluler (celuler
midialet immune) pasien. Kalau sistem imunitas seluler tinggi, penyakit
berkembang kearah tuberkoloid dan bila rendah berkembang kearah lepromatosa.
Mikobakterium leprae berpredileksi didaerah-daerah yang relatif dingin, yaitu
daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit.
Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena imun
pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan tingkat reaksi
seluler dari pada intensitas infeksi oleh karena itu penyakit kusta disebut
penyakit imonologik.
Cara-cara
penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang
diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput
lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta
adalah:
1. Melalui sekret
hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah
mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.
2. Kontak kulit
dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya
harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama
dan berulang-ulang.
3. Penyakit kusta
dapat ditularkan dari penderita kusta tipe multi basiler kepada orang lain
dengan cara penularan langsung. Sebagian besar para ahli berpendapat bahwa
penyakit kusta dapat ditularkan melalui saluran pernapasan dan kulit. Masa
inkubasinya yaitu 3-5 tahun
D. Manifestasi Klinik
Menurut WHO (1995) diagnosa kusta ditegakkan bila terdapat satu dari tanda
kardinal berikut:
1. Tanda-tanda pada
kulit
·
Lesi kulit dapat
tunggal atau multipel biasanya hipopigmentasi tetapi kadang-kadang lesi
kemerahan atau berwarna tembaga biasanya berupa: makula, papul, nodul.
Kehilangan sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran khas.
·
Kulit mengkilat
·
Bercak yang tidak gatal
·
Adanya bagian-bagian yang tidak berkeringat
atau tidak berambut
2. Tanda-tanda pada
syaraf
·
Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada
anggota badan
·
Gangguan gerak anggota badan/bagian muka
·
Adanya cacat (deformitas)
·
Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh
E. Pencegahan dan Penatalaksanaan Penyakit Kusta
Beberapa
pencegahan yang dapat di lakukan yaitu sebagai berikut:
1. Pencegahan
Primodial
Tingkat pencegahan ini adalah tingkat
pencegahan yang paling baru dikenal. Tujuan dari pencegahan primordial adalah
untuk menghindari kemunculan dan kemapanan di bidang social, ekonomi, dan pola
kehidupan yang diketahui mempunyai kontribusi untuk meningkatkan resiko
penyakit. Pencegahan primordial yang efektif itu memerlukan adanya peraturan
yang keras dari pemerintah dan ketentuan tentang fiscal agar dapat melaksanakan
kebijaksanaan yang ada.
Pemerintah
dengan berbagai macam program dan kebijakan. Program yang terkenal dalam
menangani penyakit ini adalah “Pemberantasan Penyakit Menular Langsung Kusta”.
Perlu adanya kebijakan yang keras pada penerapan program ini di setiap daerah
agar program ini dapat berjalan dengan efektif dan diharapkan mampu
menanggulangi dan mengurangi penderita kusta di Indonesia.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah
pencegahan tingkat pertama, tujuannya adalah untuk mengurangi insidensi
penyakit dengan cara mengendalikan penyebab-penyebab penyakit dan faktor-faktor
resikonya, pencegahan ini terdiri dari :
a. Promosi
kesehatan
Yaitu dengan cara penyuluhan-penyuluhan tentang penularan,
pengobatan dan pencegahan penyakit kusta, serta pentingnya makanan sehat dan
bergizi untuk meningkatkan status gizi tiap individu menjadi baik.
Menurut Depkes RI
(2005a) diacu dalam Hutabarat (2008) pencegahan primer dilakukan pada kelompok
orang sehat yang belum terkena penyakit kusta dan memiliki risiko tertular
karena berada di sekitar atau dekat dengan penderita seperti keluarga penderita
dan tetangga penderita, yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kusta.
Penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan tentang penyakit kusta adalah
proses peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan masyarakat yang belum
menderita sakit sehingga dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya dari penyakit kusta. Sasaran penyuluhan penyakit kusta adalah
keluarga penderita, tetangga penderita dan masyarakat).
b. Pemberian Imunisasi
Sampai saat ini belum ditemukan upaya
pencegahan primer penyakit kusta seperti pemberian imunisasi (Saisohar,1994).
Dari hasil penelitian di Malawi tahun 1996 didapatkan bahwa pemberian vaksinasi
BCG satu kali dapat memberikan perlindungan terhadap kusta sebesar 50%,
sedangkan pemberian dua kali dapat memberikan perlindungan terhadap kusta
sebanyak 80%, namun demikian penemuan ini belum menjadi kebijakan program di
Indonesia karena penelitian beberapa negara memberikan hasil berbeda pemberian
vaksinasi BCG tersebut (Depkes RI, 2005a dalam Hutabarat, 2008).
3. Pencegahan
Sekunder
Pencegahan ini meliputi diagnosis
dini dan pemberian pengobatan (prompt treatment).
a. Diagnosis
dini yaitu diagnosis dini pada kusta dapat dilakukan dengan pemeriksaan kulit,
dan pemeriksaan syaraf tepi dan fungsinya .
b. Pengobatan
yang diberikan pada penderita kusta adalah DDS (diaminodifenilsulfon),
klofazimin, rifampisin, prednisone, sulfatferrosus dan vitamin A. Pengobatan lain adalah dengan Multi drug treatment (MDT) yaitu
gabungan pemberian obat refampicin, ofloxacin dan minocyclin sesuai dengan
dosis dan tipe penyakit kusta.
Pengobatan kusta ini dilakukan secara teratur dan terus menerus selama
6-9 bulan.
Menurut Depkes RI (2006)
diacu dalam Hutabarat (2008) pencegahan sekunder dilakukan dengan pengobatan
pada penderita kusta untuk memutuskan mata rantai penularan, menyembuhkan
penyakit penderita, mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat
yang sudah ada sebelum pengobatan. Pemberian Multi drug therapy pada
penderita kusta terutama pada tipe Multibaciler karena tipe tersebut
merupakan sumber kuman menularkan kepada orang lain.
4. Pencegahan
Tersier
Pencegahan tersier dimaksudkan untuk
mengurangi kemajuan atau komplikasi penyakit yang sudah terjadi, dan adalah
merupakan sebuah aspek terapatik dan kedokteran rehabilitasi yang paling
penting .Pencegahan tersier merupakan usaha
pencegahan terakhir
Penatalaksanaan
Pada
penatalaksanaan pada penyakit kusta ada beberapa obat yang di gunakan sebagai
berikut:
1. Rifampicin, dapat
membunuh bakteri kusta dengan menghambat perkembangbiakan bakteri (dosis 600mg)
2. Vitamin A (untuk
menyehatkan kulit yang bersisik).
3. Clofamizine (CLF), menghambat pertumbuhan dan
menekan efek bakteri perlahan pada Mycobacterium
Leprae dengan berikatan pada DNA bakteri
4. Ofloxacin, synthetic fluoroquinolone, yang
bereaksi menyerupai penghambat bacterial DNA gyrase
5. Minocycline, semisynthetic tetracycline,
menghambat sintesis protein pada bakteri
Secara umum terdapat empat jenis obat
antikusta, yaitu :
1.
Sulfon
2.
Rifampisin
3.
Klofazimin
4.
Prototionamide dan etionamide
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Biodata
Umur memberikan petunjuk mengenai dosis obat yang diberikan, anak-anak dan
dewasa pemberian dosis obatnya berbeda. Pekerjaan, alamat
menentukan tingkat sosial, ekonomi dan tingkat kebersihan lingkungan. Karena pada kenyataannya bahwa sebagian besar penderita kusta adalah dari
golongan ekonomi lemah.
2. Riwayat penyakit
sekarang
Biasanya klien dengan penyakit kusta datang berobat dengan keluhan adanya lesi dapat tunggal atau multipel,
neuritis (nyeri tekan pada saraf) kadang-kadang gangguan keadaan umum penderita
(demam ringan) dan adanya komplikasi pada organ tubuh.
3. Riwayat kesehatan
masa lalu
Pada klien dengan reaksinya mudah
terjadi jika dalam kondisi lemah, kehamilan, malaria, stres, sesudah mendapat
imunisasi.
4. Riwayat kesehatan
keluarga
kusta merupakan penyakit menular yang menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (
mikobakterium leprae) yang masa inkubasinya diperkirakan 2-5 tahun. Jadi salah
satu anggota keluarga yang mempunyai penyakit morbus hansen akan tertular.
5. Riwayat psikologi
Klien yang menderita penyakit kusta akan malu karena sebagian besar masyarakat akan beranggapan bahwa penyakit
ini merupakan penyakit kutukan, sehingga klien akan menutup diri dan menarik
diri, sehingga klien mengalami gangguan jiwa pada konsep diri karena penurunan
fungsi tubuh dan komplikasi yang diderita.
6. Pola aktivitas
sehari-hari
Aktifitas sehari-hari terganggu karena adanya kelemahan pada tangan dan
kaki maupun kelumpuhan. Klien mengalami
ketergantungan pada orang lain dalam perawatan diri karena kondisinya yang
tidak memungkinkan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
klien biasanya dalam keadaan demam karena reaksi berat pada tipe I, reaksi
ringan, berat tipe II morbus hansen. Lemah karena adanya gangguan saraf tepi
motorik.
1. Sistem
penglihatan
Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik,
kornea mata anastesi sehingga reflek kedip berkurang jika terjadi infeksi
mengakibatkan kebutaan, dan saraf tepi motorik terjadi kelemahan mata akan
lagophthalmos jika ada infeksi akan buta.Pada morbus hansen tipe II reaksi
berat, jika terjadi peradangan pada organ-organ tubuh akan mengakibatkan
irigocyclitis. Sedangkan pause basiler jika ada bercak pada alis mata maka
alismata akan rontok.
2. Sistem syaraf
·
Kerusakan fungsi sensorik
Kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan
terjadinya kurang/ mati rasa. Akibat kurang/ mati rasa pada
telapak tangan dan kaki dapat terjadi luka, sedang pada kornea mata
mengkibatkan kurang/ hilangnya reflek kedip
·
Kerusakan fungsi motorik
Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi
lemah/ lumpuh dan lama-lama ototnya mengecil (atropi) karena tidak
dipergunakan. Jari-jari tangan dan kaki menjadi bengkok dan akhirnya dapat
terjadi kekakuan pada sendi (kontraktur), bila terjadi pada mata akan
mengakibatkan mata tidak dapat dirapatkan (lagophthalmos).
·
Kerusakan fungsi otonom
·
Terjadi gangguan pada kelenjar keringat,
kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga
kulit menjadi kering, menebal, mengeras dan akhirnya dapat pecah-pecah.
3. System Musculoskeletal
Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik adanya kelemahan atau kelumpuhan
otot tangan dan kaki, jika dibiarkan akan atropi.
4. System Integumen
Terdapat kelainan berupa hipopigmentasi (seperti panu), bercak eritem
(kemerah-merahan), infiltrat (penebalan kulit), nodul (benjolan). Jika ada
kerusakan fungsi otonom terjadi gangguan kelenjar keringat, kelenjar
minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit kering,
tebal, mengeras dan pecah-pecah. Rambut: sering didapati kerontokan
jika terdapat bercak.
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri kronik
berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera
Tujuan dan
kriteria hasil
( NOC )
|
Intervensi
( NIC )
|
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24
jam kriteria hasil yaitu
1.
Menyatakan secara verbal pengetahuan tantang
cara alternatif untuk meredakan nyeri
2.
Tidak menunjukkan adanya nyeri meningkat
3.
Nyeri teratasi
|
1.
Kaji tingkat nyeri termasuk termasuk
karakteristik,kualitas,durasi dan frekwensi
2.
Observasi tanda-tanda vital.
3.
Ajarkan dan anjurkan kilien melakukan tehnik
relaksasi
4.
Atur posisi senyaman mungkin.
5.
Kolaborasi dalam penberian analgetik
|
2.
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan lesi dan proses inflamasi
Tujuan dan
kriteria hasil
( NOC )
|
Intervensi
( NIC )
|
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24
jam kriteria hasil yaitu
1.
menunjukkan regenerasi jaringan
2.
tidak ada lepuh atau maserasi pada kulit
3.
eritema kulit dan eritema di sekitar luka
minimal
|
1.
Kaji/catat warna lesi, perhatikan jika
ada jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka
2.
Berikan perawatan khusus pada
daerah yang terjadi inflamasi
3.
Evaluasi warna lesi dan jaringan
yang terjadi inflamasi, perhatikan adakah penyebaran pada jaringan sekitar.
4.
Bersihkan lesi dengan sabun pada
waktu direndam.
5.
Istirahatkan bagian yang terdapat
lesi dari tekanan.
6.
Konsultasi pada dokter tentang implementsi
pemberian makanan dan nutrisi untuk meningkatkan potensi penyembuhan luka
|
3.
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot
Tujuan dan
kriteria hasil
( NOC )
|
Intervensi
( NIC )
|
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24
jam kriteria hasil yaitu
1.
Menunjukan toleransi aktivitas
2.
Menampilkan aktifitas kehidupan sehari-hari
|
1.
Kaji tingkat kemampuan klien
2.
Anjurkan periode untuk istrahat dan
aktivitas secara bergantian
3.
Bantu klien untuk mengubah posisi secara
berkala
4.
Lakukan latihan rentang gerak secara
konsisten, diawali dengan pasif kemudian aktif
5.
Kolaborasi dengan ahli terapi dalam
memberikan terapi yang tepat
|
4.
Gannguan citra
tubuh berhubungan dengan
Tujuan dan
kriteria hasil
( NOC )
|
Intervensi
( NIC )
|
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24
jam kriteria hasil yaitu
1.
Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
2.
Menentukan penerimaan penampilan
3.
Memelihara interaksi sosial yang dekat dan
hubungan personal
|
1.
Kaji respon verbal dan nonverbal klien
terhadap dirinya
2.
Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
kemajuan dan prognosis penyakit
3.
Beri dorongan kepeda klien dan keluarga
untuk mengungkapkan perasaannya
4.
Bantu klien dalam mengatasi masalahnya
|
5. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan
status mental
Tujuan dan
kriteria hasil
( NOC )
|
Intervensi
( NIC )
|
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24
jam kriteria hasil yaitu
1.
Menunjukkan keterlibatan sosial
2.
Dapat berinteraksi baik dengan masyarakat
3.
Berpartisipasi dalam aktivitas dengan orang
lain
4.
Mengembangkan hubungan satu sama lain
|
1.
Bina hubungan teraupetik dengan pasien yang
mengalami kesulitan berinteraksi dengan orang lain
2.
Bantu pasien membedakan antara persepsi dan
kenyataan
3.
Kurangi stigma isolasi dengan menghormati
martabat pasien
4.
Fasilitasi kemempuan individuuntuk
berinteraksi dengan orang lain
5.
Fasilitasi dukungan kepada pasien oleh
keluarga, teman, dan komunitas
|
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan
Tujuan dan
kriteria hasil
( NOC )
|
Intervensi
( NIC )
|
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24
jam kriteria hasil yaitu
1.
Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas
2.
Mengidentifikasi , mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas
|
1.
Kaji tingkat kecemasan
2.
Gunakan pendekatan yang menenangkan
3.
Jelaskan semua prosedur dan apa yang di
rasakan selama prosedur
4.
Dorond pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan dan persepsi
5.
Kolaborasi dalam pemberian obat penurun
cemas
|
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
informasi in adekuat
Tujuan dak
kriteria hasil
( NOC )
|
Intervensi
( NIC )
|
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24
jam kriteria hasil yaitu
1.
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
2.
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan
prosedur yang di jelaskan secara benar
3.
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan
kembali apa yang di jelaskan
|
1.
Kaji tingkat pengetahuan pasien
2.
Beri informasi tentang penyakit dan
pengobatan kepeda pasien
3.
Berikan motivasi pada klien tentang
kesembuhannya
4.
Diskusikan
setiap tindakan yang berhubungan dengan penyakitnya.
|
DAFTAR PUSTAKA
Judith M Wilkikson, Nancy R. Ahern.
Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta EGC, 2011
Amiruddin, Muh. Dali. Ilmu
Penyakit Kulit. Jakarta : Penerbit Hipokrates, 2000.
Mansjoer, Arif M. Kapita selekta
kedokteran, jilid 1. Media
aesculapius. Jakarta:
2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar