Selasa, 27 Oktober 2015

Sistem Reproduksi 1

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI

PENDAHULUAN
Pengetahuan tentang Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi pada manusia merupakan ilmu yang paling dasar/basic bagi setiap pelaku kesehatan reproduksi khususnya para wanita. Dalam makalah ini akan dibahas dua hal yaitu  tentang  ANATOMI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA yng menerngkan tentang Anatomi Saluran Reproduksi Laki-laki dan Anatomi Saluran Reproduksi Wanita. Selain itu juga dibahas mengenai  FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA yang meliputi : Pubertas pada Anak laki-laki,Pubertas pada Anak wanita,Fisiologi reproduksi laki-laki,Siklus mestruasi,Respon Seksual Manusia,Fertlisasi dan terjadinya kehamilan, serta Menopause.
ANATOMI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
Organ reproduksi membentuk traktus genetalis yang berkembang setelah traktus urinarius. Kelamin laki-laki maupun wanita semenjak lahir sudah dapat ditentukan, tetapi sifat-sifat kelamin belum dapat dikenal (Syaifudin,1997).
1. Anatomi Saluran Reproduksi Laki-laki
TESTIS
Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval,agak gepeng dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar2.5 cm. Testis berada didalam skrotum bersama epididimis yaitu kantung ekstraabdomen tepat dibawah penis. Dinding pada rongga yang memisahkan testis dengan epididimis disebut tunika vaginalis. Tunika vaginalis dibentuk dari peritoneum intraabdomen yang bermigrasi ke dalam skrotum primitive selama perkembangan genetalia interna pria, setelah migrasi ke dalam skrotum, saluran tempat turunnya testis (prosesus vaginalis) akan menutup.
EPIDIDIMIS
Merupakan suatu struktur berbentuk koma yang menahan batas posterolateral testis. Epididimis dibentuk oleh saluran yang berlekuk-lekuk secara tidak teratur yang disebut duktus epididimis. Panjang duktus epididimis sekitar 600 cm. Duktus ini berawal dari puncak testis (kepala epididimis) dan berjalan berliku-liku, kemudian berakhir pada ekor epididimis yang kemudian menjadi vas deferens. Epididimis merupakan tempat terjadinya maturasi akhir sperma.
SCROTUM
Skrotum pada dasarnya merupakan kantung kulit khusus yang melindungi testis dan epididimis dari cedera fisik dan merupakan pengatur suhu testis. Spermatozoa sangat sensitive terhadap suhu karena testis dan epididimis berada di luar rongga tubuh, suhu di dalam testis biasanya lebih rendah daripada suhu di dalam abdomen.
VAS DEFERENS
Vas deferens merupakan lanjutan langsung dari epididimis. Panjangnya 45 cm yang berawal dari ujung bawah epididimis, naik disepanjang aspek posterior testis dalam bentuk gulungan-gulungan bebas, kemudian meninggalkan bagian belakang testis, duktus ini melewati korda spermatika menuju abdomen.
VESICULA SEMINALIS
Merupakan sepasang struktur berongga dan berkantung-kantung pada dasar kandung kemih di depan rectum. Masing-masing vesicular memiliki panjang 5 cm dan menempel lebih erat pada kandung kemih daripada pada rectum. Pasokan darah ke vas deferens dan vesikula seminalis berasal dari arteri vesikulkaris inferior. Arteri ini berjalan bersama vas deferens menuju skrotum beranastomosis dengan arteri testikukar, sedangkan aliran limfatik berjalan menuju ke nodus iliaka interna dan eksterna. Vesikula seminalis memproduksi sekitar 50-60 % dari total volume cairan semen. Komponen penting pada semen yang berasal dari vesukula seminalis adalah fruktosa dan prostaglandin.
KELENJAR PROSTAT
Kelenjar prostat merupakan organ  dengan sebagian strukturnya merupakan kelenjar dan sebagian lagi otot dengan ukuran sekitar 2,3 x 3,5 x 4,5 cm. Organ ini mengililingi uretra pria, yang terfiksasi kuat oleh lapisan jaringan ikat di belakang simpisis pubis. Lobus media prostat secara histologis sebagai zona transisional berbentuk baji, mengelilingi uretrra dan memisahkannya dengan duktus ejakulatorius. Saat terjadi hipertropi, lobus media dapat menyumbat aliran urin. Hipertropi lobus media banyak terjadi pada pria usia lanjut.
PENIS
Penis terdiri jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui uretra. Ada dua permukaan yaitu permukaan posterior penis teraba lunak (dekat uretra) dan permukaan dorsal. Jaringan erektil penis tersusun dalam tiga kolom longitudinal, yaitu sepasang korpus kavernosum dan sebuah korpus spongiousum di bagian tengah. Ujung penis disebut glans. Glands penis ini mengandung jaringan erektil dan berlanjut ke korpus spongiosum. Glans dilapisi lapisan kulit tipis berlipat, yang dapat ditarik ke proksimal disebut prepusium (kulit luar), prepusium ini dibuang saat dilkukan pembedahaan (sirkumsisi). Penis berfungsi sebagai penetrasi. Penetrasi pada wanita memungkinkan terjadinya deposisi semen dekat serviks uterus.
1.       Anatomi Saluran Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita secara umum dibagi dua, yaitu organ reproduksi wanita yang terdapat di luar dan di dalam tubuh. Organ reproduksi wanita ada di dalam rongga pelvis.
RONGGA PELVIS
Terletak di bawah,berhubungan dengan rongga abdomen, dibentuk oleh os iski dan os pubis pada sisi samping dan depan, os sakrum dan os koksigis membentuk batas belakang dan pinggiran pelvis dibentuk oleh promontorium sakrum di belakang iliopektinal sebelah sisi samping dan depan dari tulang sakrum (Syaifudin,1997).
PINTU KELUAR PELVIS (PINTU BAWAH)
Dibatasi oleh os koksigis dibelakang simfisis pubis, di depan lengkung os pubis,os iski, serta ligamentum yang berjalan dari os iski dan os sakrum disetiap sisi, pintu keluar ini membentuk lantai pelvis (Syaifudin,1997).
ISI PELVIS
Kandung kemih dan dua buah ureter terletak dibelakang simfisis, kolon sigmoid sebelah kiri fosa iliaka dan rektum terletak di sebelah belakang rongga mengikuti lengkung sakrum. Kelenjar limfe, serabut saraf fleksus lumbosakralis untuk anggota gerak bawah cabang pembuluh darah a.iliaka interna dan v.iliaka interna berada di dalam pelvis (Syaifudin,1997).
Genetalia pada wanita terpisah dari urethra, dan mempunyai saluran tersendiri. Alat reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a.       ALAT GENITALIA LUAR (VULVA)
Vulva terbagi atas sepertiga bagian bawah vagina,klitoris, dan labia.Hanya mons dan labia mayora yang dapat terlihat pada genetalia eksterna wanita. Arteri pudenda interna mengalirkan darah ke vulva. Arteri ini berasal dari arteri iliaka interna bagian posterior, sedangkan aliran limfatik dari vulva mengalir ke nodus inguinalis.
Alat genetalia luar terdiri dari :
1). Mons veneris/pubis (Tundun)
Bagian yang menonjol berupa tonjolan lemak yang besar terletak di di atas  simfisis pubis. Area ini mulai ditumbuhi bulu pada masa pubertas (Syaifudin, 1997).
2). Labia Mayora (bibir besar)
Dua lipatan dari kulit diantara kedua paha bagian atas. Labia mayora banyak mengandung urat syaraf (Syaifudin, 1997). Labia mayora merupakan struktur terbesar genetalia eksterna wanita dan mengelilingi organ lainnya, yang berakhir pada mons pubis.
3) Labia Minora (bibir kecil)
Berada di sebelah dalam labia mayora. Jadi untuk memeriksa labia minora, harus membuka labia mayora terlebih dahulu.
4). Klitoris (Kelentit)
Sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar biji kacang hijau yang dapat mengeras dan tegang (erectil) yang mengandung urat saraf (Syaifudin, 1997), jadi homolog dengan penis dan merupakan organ perangsang seksual pada wanita.
5). Vestibulum (serambi)
Merpakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora), muka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum. Dalam vestibulum terdapat muara-muara dari : liang senggama (introitus vagina),urethra,kelenjar bartolini, dan kelenjar skene kiri dan kanan (Syaifudin, 1997).
6). Himen (selaput dara)
Lapisan/membran tipis yang menutupi sebagian besar dari liang senggama, ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit. Konsistensinya ada yang kaku, dan ada yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari (Syaifudin,1997). Himen mungkin tetap ada selama pubertas atau saat hubungan seksual pertama kali.
7). Perineum (kerampang)
Merupakan bagian terendah dari badan berupa sebuah garis yang menyambung kedua tuberositas iski, daerah depan segitiga kongenital dan bagian belakang segitiga anal, titik tengahnya disebut badan perineum terdiri dari otot fibrus yang kuat di sebelah depan anus
Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya lebih kurang 4 cm (Syaifudin, 1997).


A.    PENGERTIAN
·      Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain
(Mochtar, Rustam, 1998:91)
·      Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Wiknjosastro , 2006:180)
·      Persalinan adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan,letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu,presentasi belakang kepala ,  keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri.
(Maternal dan Neonatal , 2001:450)
·      Persalinan adalah proses pengeluran hasil konsepsi ( janin dann uri ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan atau tanpa bantuan.
                                  (Ida Bagus Manuaba: 1998)
Persalinan Normal :
·      Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan janin tunggal, cukup bulan dengan presentasi belakang kepala, dilakukan melalui jalan lahir dan sesuai dengan kurve partograf normal.
(Pusdiknakes, 2003)
·      Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (> 37 minggu) tanpa disertai penyulit.
(APN, Revisi 2007)
·      Persalinan normal adalah proses lairnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri  tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi, pada umumnya kurang dari 24 jam.
(Rustam,Mochtar, 1998)
B.     MACAM – MACAM PERSALINAN
1.    Menurut cara persalinan
a.    Persalianan Normal / Fisiologis / Spt B
Persalinan yang terjadi pada kehamilan janin tunggal, cukup bulan, dengan presentasi belakang kepala dilakukan melalui jalan lahir dan sesuai dengan partograf normal.
b.    Persalinan Patologis
Persalinan yang dilakukan melalui dinding uterus, serta melalui jalan lahir tetapi dengan bantuan alat / manual aid ataupun persalinan yang tidak memenuhi persyratan persalinan normal.
c.    Persalinan Presipitatus
Persalinan yang berlangsung sangat cepat, tanpa ibu merasakan tanda – tanda inpartu.
2.      Menurut usia kehamilan
a.    Partus Abortus
Terhentinya kehamilan saat UK < 28 minggu, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dengan berat janin < 1000 gr.
b.    Partus Prematurus
Persalinan yang terjadi pada UK 28 minggu - < 36 minggu, dengan berat janin 1000 -  2500 gr.
c.    Partus Aterm  / Matur
Persalinan yang terjadi pada UK 36 minggu – 42 minggu, dengan berat janin  > 2500 gr
d.   Partus Postmatur / Postdate / Serotinus
Persalinan yang terjadi pada UK > 42 minggu, disertai dengan tanda – tanda post matur janin.
e.    Partus presipitatus : partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar mandi, di atas becak, dsb
f.     Partus percobaan : suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalipelvik.
(Mochtar, Rustam ,1998:91)
C.     SEBAB –SEBAB MULAINYA PERSALINAN
1.   Teori Iritasi Mekanis
Penekanan pada bagian belakang serviks tepatnya pada ganglion Servikale dari Fleksus Frakenhauser oleh bagian terendah janin (kepala) yang mulai mengalami penurunan merupakan rangsangan mekanis yang akan menimbulkan kontraksi uterus
2.    Teori Distensi Rahim
Pada kehamilan uterus akan meregang seiring dengan usia kehamilan dan bertambah komposisi muatan yang berada dalam uterus. Uterus memiliki kemampuan meregang pada batas tertentu, Setelah melewati batas tersebut, pembuluh darah pada uterus akan terjepit / mengecil sehingga otot-otot rahim mengalami iskemia yang berdampak terganggunya sirkulasi dari uterus ke placenta sehingga plasenta akan mengalami degenerasi dan fungsi placenta menurun.
3.    Teori Plasenta Menjadi Tua
Pada akhir kehamilan fungsi plasenta menurun, villi-villi chorialis mengalami penurunan sehingga terjadi ketidakseimbangan hormon. Hormon estrogen mengalami peningkatan, hormon progestoran mengalami penurunan.
4.    Teori Hormonal
Pada akhir kehamilan, plasenta mengalami degenerasi dimana hormon estrogen meningkat sehingga sensivitas otot rahim meningkat, hormon progesteron menurun sehingga merangsang kelenjar hipofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin. Sentivitas otot rahim meningkat dan oksitosin yang dikeluarkan akan merangsang kontraksi uterus
5.    Induksi partus (induction of labour). Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
-          Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus franken hauser.
-          Amniotomi : pemecahan ketuban
-          Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
(Mochtar,Rustam,1998:92-93)
D.    TANDA –TANDA MENJELANG INPARTU
1.      Lightening
Kepala turun memasuki pintu atas panggul, penurunan kepala bayi kedalam PAP disebabkan oleh : -  Munculnya kontraksi Braxton Hicks
-   Ketegangan dinding perut
-   Ketegangan ligamentum rotundum
-   Gaya berat janin / gravitasi
Ø  Bidang hodge
Bidang-bidang hodege ini dipelajari untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul, dalam persalinan.
§   Bidang hodge 1 : ialah bidang datar yang melalui bagian atau sympisis dan promontorium bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
§   Bidang hodge 2 : ialah bidang sejajar dengan Bidang hodge 1 terletak dibagian bawah sympisis
§   Bidang hodge 3 : ialah bidang yang sejajar dengan Bidang hodge 1 dan Bidang hodge 2 terletak setinggi spina isciadika kanan dan kiri.
§   Bidang hodge 4 : ialah bidang yang sejajar dengan Bidang hodge 1,2 dan 3 terletak setinggi os koksigis.
bidang-hodge1
(Ilmu Kebidanan 2008:105)
2.      Perut kelihatan melebar, Fundus Uteri turun
3.      Perasaan sering kencing akibat penekanan pada kandung kencing oleh bagian terbawah janin
4.      Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus (braxton hiks) yang di sebut “false labour pains”
5.      Terasa adanya tahanan pada perut bagian bawah
6.      Sesak berkurang, terasa ringan pada perut bagian atas
( Mochtar, Rustam: 1998)
E.     TANDA – TANDA INPARTU
1.         Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
2.         Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
-            pengeluaran lendir
-            lendir bercampur darah
3.         Dapat disertai ketuban pecah
4.         Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks :
-            Pelunakan serviks
-            pendataran serviks
-            terjadi pembukaan serviks
(Manuaba 1998:160)
F.      FAKTOR – FAKTOR DALAM PROSES PERSALINAN
1.         Jalan lahir (passage)
2.         Janin (passenger)
3.         Tenaga/ kekuatan (power)
a.         His (kontraksi uterus)
Kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan dominan kemudian diikuti relaksasi.
Pada waktu kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek, kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong amnion ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
Sifat-sifat lainnya dari his adalah involutir, intermitten, terasa sakit, terkoordinasi dan simetris serta kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis.
Dalam mengawasi persalinan hendaknya selalu dibuat daftar catatan tentang his pada status wanita tersebut. Catatan tersebut memuat tentang :
o   Frekuensi : adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit/ per 10 menit
o   Amplitudo atau intensitas adalah kekuatan his diukur dalam mmHg. Dalam praktek kekuatan his hanya dapat diraba secara palpasi apakah sudah kuat atau masih lemah.
o   Aktivitas his : frekwensi x amplitude diukur dengan unit Montevideo. Contoh frekwensi suatu his 3 x per 10 menit dan amplitudonya 50 mmHg, maka aktifitas rahim 3 x 50 = 150 unit montevideo.
o   Durasi his adalah lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik misalnya 40 detik.
o   Datangnya his : apakah datangnya sering teratur atau tidak
o   Interval : masa relaksasi                                                          
Perubahan-perubahan akibat his :
§  Uterus dan serviks
Uterus teraba keras/ padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatik air ketuban dan tekanan intra uterin naik serta menyebabkan serviks menjadi datar (effacement) dan terbuka (dilatasi).
§  Pada ibu
Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
§  Pada janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi utera plasenter kurang maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung  janin melambat dan kurang  jelas didengar karena ada iskemia fisiologis. Jika benar-benar terjadi hipoksia yang agal lama, misalnya pada kontraksi tetonik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin di atas 60 permenit, tidak teratur.
Pembagian His dan sifat-sifatnya :
1)        His Pendahuluan
His tidak kuat, tidak teratur menyebabkan “show”
2)        His Pembukaan (Kala I)
His pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10 cm, mulas kuat, teratur dan sakit.
3)        His Pengeluaran (Kala II)
Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama. His untuk mengeluarkan janin koordinasi bersama antara lain : his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan ligament.
4)        His Pelepasan Uri (Kala III)
Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.
5)        His Pengiring (Kala IV)
Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (meriang) pengecilan rahim beberapa jam/ hari.
b.        Kontraksi otot-otot dinding perut
c.         Kontraksi diafragma
d.        Ligamentous action terutama ligamentum rotundum
4.         Psikis Ibu
5.         Penolong
(Mochtar,Rustam,1998:83-85)
G.    MEKANISME PERSALINAN
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :
1. Kala I       : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10  cm.
2. Kala II      : Kala pengeluaran janin janin, waktu uterus dengan kekuatan his tambah.
3. Kala III    : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran
4. Kala IV   : mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam
(Mochtar, Rustam 1998:94)
*      Kala I
Batasan : dimulai sejak munculnya kontraksi yang disertai dilatasi serviks sampai dengan pembukaan serviks lengkap (10 cm)
Di bagi 2 fase  yaitu:
a.          Fase laten
-            Kontraksi (+) disertai dilatasi serviks sampai dengan serviks 3 cm
-            Berlangsung lambat (7-8 jam)
-            Observasi dicatat pada lembar observasi
b.         Fase aktif
-            Serviks 3 cm sampai dengan pembukaan lengkap (10 cm)
-            His lebih kuat dan adekuat
-            Terjadi penurunan bagian terendah janin
-            Lamanya tidak boleh > 7 jam
-            Observasi dicatat dalam patograf
-            Berlangsung dalam 3 sub fase:
§          Akselerasi
-            Serviks 3-4 cm
-            Berlangsung 2 jam (his belum adekuat)
§          Dilatasi maximal
-            Serviks 4-9 cm
-            Berlangsung 2 jam (his adekuat)
§          Deselerasi
-            Serviks 9-10 cm
-            Berlangsung 2 jam
Berdasarkan kurve Friedman Ø 0- 10 cm ( lengkap )
§   Pada primigravida       : 13-14 jam
§   Pada multigravida       : 7-8 jam
*      Kala II
§  Disebut juga kala pengeluaran
§  Batasan : Dimulai sejak pembukaan serviks lengkap (10 cm) sampai dengan bayi lahir
§  Berlangsung pada primigravida 1-2 jam pada multigravida < 1 jam
§  Tanda dan gejala kala II :
1.      His makin kuat dengan intervensi 2-3 menit durasi 50-60 detik
2.      Rasa ingin meneran pada saat ada his
3.      Terasa ada tahanan pada rectum dan vagina
4.      Perinium menonjol
5.      Vulva, vagina dan anus membuka
6.      Blood show  meningkat
§  Tanda pasti kala II :
1.        Pembukaan sudah lengkap
2.        Terlihat kepala di introitus vagina (crowning)
*      Kala III
§   Disebut kala pelepasan uri
§   Batasan  : sejak bayi lahir sampai dengan seluruh plasenta dan selaput ketuban lahir
§   Berlangsung tidak boleh > 30 menit
§   Tanda pelepasan plasenta
1)         Perubahan bentuk dan TFU (uterus elobuler)
2)         Tali pusat bertambah panjang
3)         Keluarnya semburan darah
§   Pertolongan kala III (manajemen aktif kala III)
1)         Oksitosin
2)         PTT
3)         Massase
*      Kala IV
§   Dimaksudkan untuk melakukan observasi karena HPP sering terjadi dalam 2 jam post partum
§   Batasan : Sejak seluruh plasenta dan selaput ketuban lahir sampai dengan 2 jam post partum (setengahnya)
§   Pemantauan kala IV
1)         TTV (tensi, nadi, suhu, RR)    Suhu setiap 1 jam
2)         Uterus (kontraksi uterus dan TFU)
3)         Pendarahan
4)         Kandung kencing
5)         Perawatan BBL
§   Ukur setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan 30 menit sekali pada 1 jam ke 2
(Mochtar, Rustam 1998:94-97)
H.    PARTOGRAF
Adalah alat bantu untuk membantu kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
·           DJJ                                                                                        Tiap ½ jam
·           His                                                                                         Tiap ½ jam
·           Nadi                                                                                      Tiap ½ jam
·           Pembukaan Serviks                                                               Tiap 4 jam
·           Penurunan bagian terendah janin                                          Tiap 4 jam
·           Tekanan darah                                                                       Tiap 4 jam
·           Temperatur tubuh, produksi urin, aseton dan protein           Tiap 2-4 jam
Kondisi janin:
·         Djj dicatat tiap 30 menit. Catat Djj dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan Djj
·         Warna dan adanya air ketuban
Lambang-lambang untuk dicatat pada partograf:
U : selaput ketuban utuh
J   : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D  : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban tidak mengalir lagi (”kering”)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika ada tanda-tanda gawat janin (Djj < 100 atau > 180 kali permenit), maka ibu harus dirujuk
·         Penyusupan (molase) Tulang kepala janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu, semakin besar derajat penyusupan semakin menunjukkan resiko CPD.
0.      : Tulang-tulang janin terpisah sutura dapat mudah dipalpasi
1.      : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2.      : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
3.      : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
Kemajuan Persalinan
  1. Pembukaan Serviks
Observasi tiap 4 jam. Untuk pemeriksaan pertama pada Fase aktif persalinan, pembukaan serviks dari hasil pemeriksaan harus dicantumkan pada garis waspada dengan mencantumkan tanda ”X” pada garis waspada .
  1. Penurunan bagian terbawah atau persentase janin
Observasi tiap 4 jam. Beri tanda ”O” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
                          jika bagian persentasi janin teraba diatas sympyhsis kepala diatas PAP, mudah digerakkan
U  H I-II               jika sebagian (bag ) persentasi telah masuk PAP, sulit digerakkan bagian terbesar kepala belum masuk panggul
U  H II-III            jika sebagian (bag ) persentasi telah masuk rongga panggul. Bagian terbesar kepala belum termasuk panggul
U  H III+               jika (bag ) telah turun melewati bidang tengah rongga panggul. Bagian bagian terbesar kepala sudah masuk panggul
U  H III-IV           jika hanya 1 dari 5 jari saja yang masih dapat meraba bagian persentasi diatas symphysis, kepala sudah didasar panggul
U  HIV                  jika persentasi sudah tidak dapat diraba dari luar dan seluruh persentasi sudah masuk rongga panggul dan hampir mendekati perineum.
I.       Penapisan ibu Bersalin
1        Riwayat bedah besar ( caesar )
2        Pendarahan per vaginam
3        Persalinan kurang bulan ( uk < 37 minggu )
4        Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental
5        Ketuban pecah lama ( > 24 jam )
6        Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan ( uk < 37 minggu )
7        Ikterus
8        Aemia berat
9        Tanda/ gejala infeksi
10    Per-eklampsi/hipertensi dalam kehamilan
11    TFU 40 cm atau lebih
12    Gawat janin
13    Primipara dalam fase aktif kala 1 persalinan dalam kepala janin masih 5/5
14    Presentasi bukan belakang kepala
15    Presentasi ganda ( manajemuk )
16    Kehamilan ganda ( gemili )
17    Tali pusat menumbung
18    Syok
J.       58 Langkah APN
       I.            MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1.      Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
·          Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
·          Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
·          Perineum tampak menonjol
·         Vulva dan sfingter ani membuka
    II.            MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2.       Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menataksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia  _  tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
·         Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
·         Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3.      Pakai celemek plastik
4.      Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air   bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5.      Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6.      Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)

 III.            MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK
7.      Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
·         Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
·         Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
·         Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 %  _  langkah #9 )
8.      Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
·           Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi
9.      Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan larutan klorin 0.5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keaadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10.  Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)

 IV.            MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN
11.   Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan abntu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
·         Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada
·         Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12.   Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13.  Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran :
·         Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
·         Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
·         Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
·         Anjurkan ibu untuk ber istirahat di antara kontraksi
·         Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
·         Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
·         Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
·         Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14.   Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
    V.            PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15.  Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16.  Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17.  Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18.  Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

 VI.            PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19.  Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal
20.   Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
·         Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
·         Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut
21.  Tunggu kepala nayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Lahirnya Bahu
22.  Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

Lahirnya Badan dan Tungkai
23.  Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
24.  Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
VII.            PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25.  Lakukan penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
b.    Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26.  Keringkan tubuh bayi
·         Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
27.  Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
28.  Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29.  Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30.  Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31.  Pemotongan dan pengikatan tali pusat
·          Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
·         Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
·         Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32.  Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap did ada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
33.  Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
VIII.            PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
34.  Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35.  Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, utnuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36.  Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
·         Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu
Mengeluarkan Plasenta
37.  Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorongan dorso-kranial)
·         jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
·         Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
1.      Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2.      Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3.      Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4.      Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5.      Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38.  Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan
·         Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39.  Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
·          Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase
 IX.            MENILAI PERDARAHAN
40.  Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus
41.  Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan

    X.            MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42.  Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43.  Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
·         Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
·         biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
44.  Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral
45.  Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral
·          Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
·           Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
·         Evaluasi
46.   Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
·         2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
·         Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
·         Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
·          Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
47.  Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48.  Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49.  Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
·         Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pascapersalinan
·         Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50.   Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5)

Kebersihan dan Keamanan
51.  Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
52.  Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53.  Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54.  Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
55.  Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56.  Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57.  Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58.  Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang) , periksa tanda vital dan asuhan kala IV
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Bidan. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I, Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sastrawinata, sulaiman. 1983. Obsteti Fisiologi. Bandung : Elemen

TINJAUAN KASUS
Tanggal           : 12 November 2013                                                        Jam         : 06.45 WIB
Tempat            : RB UNUSA                                                                   No. Reg  : -
I.          PENGKAJIAN
A.    Data Subyektif
1.      Biodata
Nama                    : Ny. R                        Nama Suami                : Tn. J
Umur                    : 22 tahun                    Umur                           : 24 tahun
Agama                  : Islam                                     Agama                         : Islam
Suku/Bangsa        : Jawa/Indonesia         Suku/Bangsa               : Jawa/Indonesia
Pendidikan           : SMA                                     Pendidikan                  : SMA
Pekerjaan              : IbuRT                        Pekerjaan                     : wiraswata
Alamat                 : Gresik                        Alamat                                    : Gresik
2.      Status Perkawinan
Kawin ke              : 1                                Kawin                         : 1
Lama Kawin        : 2 tahun                      Lama Kawin               : 2 tahun
Umur Kawin        : 21 tahun                    Umur Kawin               : 23 tahun
3.      Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ini hamil anak ke satu, usia kehamilannya 9 bulan. Ibu merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 11 november 2013.
4.      Riwayat Kebidanan
a.       Riwayat Haid
Menarche                   : ± 12 tahun
Siklus/Lama               : 31 hari / 7 hari
Warna/Bau                 : merah segar / anyir
Banyaknya                 : hari ke 1-3 ganti kotex 2-3x / hari.
                                     Hari ke 4-7 ganti kotex 1-2x / hari.
Dismeborhea              : Kadang
Flour Albus                : sedikit ( tidak bau, tidak gatal, warna putih, bening)
HPHT                         : 5 februari 2013
TP                               : 12 november 2013
b.      Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu.
Kawin ke
Kehamilan
persalinan
Anak
Nifas
kb
Ke
UK
jns
pnl
tmp
pnyt
BBL
sex
hdp
Mt
ASI
pnylt
suntik
1
1
9bln
I
N
P
A
R
T
U
I
N
I
c.       Riwayat Kehamilan Sekarang
-          Ibu mengatakan hamil anak pertamanya dengan UK 9 bulan.
-          Ibu memeriksa kehamilannya di RB UNUSA sebanyak 5kali
-          ANC
Trimester I      : 2x, keluhan : mual, muntah, sering kencing.
Terapi             : Tablet Fe, Vitamin, obat anti mual, asam folat
He                  : Tanda-tanda kehamilan dan senam hamil
Trimester II    : 1x, keluhan : tidak ada.
Terapi             : Vitamin, asam folat, kalsium
He                             : tanda-tanda bahaya kehamilan trimester II
Trimester III   : 2x, keluhan : sering kencing.
Terapi            : Kalsium, Fe , vitamin
He                             :perawatan payudara, tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan
-          Ibu merasakan gerakan janin pada saat UK 5 bulan.
-          Penyuluhan yang pernah di dapat nutrisi ibu hamil, perawatan payudara, personal hygiene, tanda-tanda persalinan.
5.      Riwayat Persalinan Sekarang
Ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng mulai tanggal 11 november 2013 jam 21.00 WIB, dan mengeluarkan sudah darah dan lendir dari kemaluannya. Dan naik mobil pribadi dan diantar oleh suami ke tempat bersalin di RB UNUSA.
6.      Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah opname dan tidak pernah menderita penyakit menular (hepatitis, AIDS, TBC), menahun (hipertensi, jantung, asma), menurun (DM, hipertensi, asma). Ibu tidak pernah operasi sebelumnya dan ibu tidak pernah keguguran sebelumnya. Selain itu ibu tidak ada keturunan kembar.
7.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menular (hepatitis, AIDS, TBC), menahun (jantung, asma), menurun (DM, hipertensi, asma), tidak ada keturunan kembar.
8.      Pola Kebiasaan Sehari-hari.
a.       Pola Nutrisi
Saat hamil             :    Makan  : 3x/hari (nasi, lauk, sayur) porsi sedang.
                                  Minum  : 7-8 gelas/hari (air putih, susu).
Saat MKB            :    Makan   : ibu tidak makan.
                                  Minum  : ibu minum air putih dan teh.
b.      Pola Eliminasi           
BAB                    
Saat hamil             :    1x/hari (konsistensi lembek, sedikit hitam).
Saat MKB            :    ibu belum BAB.
BAK
Saat hamil             :    5-6x/ hari (warna kuning, jernih).
Saat MKB            :    1x (warna kuning, jernih)
c.       Pola Istirahat
Saat hamil             :    Malam  : ± 6jam (21.00 – 04.00) tidak ada keluhan.
                                  Siang    : ± 1 jam (13.00 – 14.00) tidak ada keluhan.
Saat MKB            :    ibu tidak tidur.
d.      Pola Aktifitas
Saat hamil             :    ibu sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri seperti masak, mencuci, membersihkan rumah serta jalan-jalan pagi.
Saat MKB            :    ibu hanya tiduran ditempat tidur miring ke kiri, jalan-jalan di sekitar tempat tidur dan menahan rasa sakit karena his yang sudah sering.
e.       Pola Personal Hygiene
Saat hamil             :    mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju 2x/hari, celana dalam 2x/hari, keramas 3x/minggu.
Saat MKB            :    saat BAK ibu cebok sendiri.
9.      Riwayat Psikososial dan Spiritual
Psikologi              : ibu sangat cemas menunggu kehadiran si buah hati, karena
                          anak yang pertama lahir lama.
Sosial                    : hubungan ibu dengan suami serta keluarga sangat baik,
                          terbukti suami dan keluarga mendampingi ibu.
Spiritual                : ibu dan keluarga beragama islam, mereka berdo’a agar ibu
                          dapat bersalin secara normal dan lancar.
10.  Riwayat Sosial Budaya
Ibu, suami dan keluarga berasal dari suku Jawa. Dalam budaya ibu tidak ada pentangan dalam pemilihan jenis makanan tertentu. Ibu juga tidak pernah minum jamu-jamuan.
B.     Data Obyektif
1.    Pemeriksaan Fisik Umum
a.  Keadaan Umum
Keadaraan            : Composmentis
Postur Tubuh        : Lordosis
Cara Berjalan        : Normal, tidak pincang, tidak diseret.
Raut Wajah          : Tidak pucat, tampak kesakitan.
TB                        : 155cm
BB sebelum hamil: 46kg
BB saat hamil       : 60kg
LILA                    : 25cm
Kenaikan BB        : 14 kg
b. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah     : 120/80 mmHg
Suhu                     : 36,8˚c
Nadi                     : 80 x/menit
Pernafasan            : 20 x/menit
2.    Pemeriksaan Fisik Khusus
a.  Inspeksi
Kepala                  :  rambut hitam, tidak tampak rontok, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, tidak ada lesi, tidak ada benjolan.
Muka                    :  tidak pucat, tidak nampak oedem, tidak sianosis, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum.
Mata                     :  simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, palpebra tidak oedem.
Hidung                 :  lubang hidung simetris, tidak ada PCH/polip, lidah bersih, tidak ada sekret.
Mulut                    : mukosa bibir lembab, tidak stomatitis, lidah bersih, tidak ada caries gigi, tidak ada infeksi pada tonsilitis.
Telinga                  :  simetris bersih, tidak ada purulen, tidak ada serumen berlebih, pendengaran baik.
Leher                    : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun bendungan vena jugularis.
Ketiak                   : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada/Payudara     :  tidak ada retraksi intercostae, puting susu menonjol simetris, bersih, terdapat hiperpigmentasi areola mammae, terdapat pembesaran kelenjar monsgomery, colostrum belum keluar pada payudara kanan dan kiri.
Abdomen             :  membujur, besar sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, terdapat hiperpigmentasi linea alba dan nigra, terdapat sisa-sisa striae.
Anus                     : bersih, tidak ada haemoroid.
Genetalia              :  bersih, tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak ada flour albus, tidak ada kondiloma akuminata / kondilomalata, tidak ada bekas luka jahitan, terlihat pengeluaran lendir dan darah.
Eks. Atas              : simetris, tidak oedem, pergerakan normal.
Eks. Bawah          : simetris, tidak oedem, tidak varises, pergerakan normal.
b.    Palpasi
Kepala                  : tidak ada benjolan.
Leher                    :  tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid maupun bendungan vena jugularis.
Ketiak                   : tidak teraba pembesaran kelenjar limfe.
Mammae               :  tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, konsistensi lembek, kolostrum sudah keluar pada payudara kanan dan kiri.
Abdomen
Leopold 1             :  TFU 3 jari bawah px (32 cm) pada fundus teraba lunak, kurang bulat, kurang melenting (bokong).
Leopold 2             :  Pada perut ibu bagian kiri teraba datar, keras, panjang (punggung). Pada perut ibu bagian kanan teraba bagian kecil janin.
Leopold 3             :  Bagian terendah janin teraba keras, bulat, melenting (kepala U) sudah masuk PAP.
Leopold 4             : Kepala sudah masuk PAP 2/5 bagian. (convergen)
TBJ                       : (TFU-11) x 155
                                (32-11) x 155
                                3255 gram.
His  : 3x 40”/10’
Kandung Kemih   : kosong.
Eks. Atas              :  akral hangat, turgor kulit normal, tidak oedem.
Eks. Bawah          :  akral hangat, turgor kulit normal, tidak oedem.
c.  Auskultasi
Dada                     :  tidak ada wheezing dan ronchi.
Abdomen             : DJJ=136x/menit terdengan jelas dan teratur disebelah kanan perut ibu puncak maksimum.
d. Perkusi
Reflek Patella       : ka/ki  : +/+
3. Pemeriksaan Dalam
Tanggal    : 12-11-2013
Hasil         : Ø 8 cm, eff 75%, ket +, preskep U, denominator UUK kiri depan, H III, tidak ada bagian kecil janin di kanan dan kiri presentasi.
         
simpisis
kanan                                      kiri


 

sakrum
4. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Kesimpulan     : GI P0000 UK 40 minggu, hidup, tunggal, let kep intra uterine, kesan jalan lahir normal, K/U ibu dan janin baik, inpartu kala I fase aktif delatasi maksimal
II.       IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN
Dx       : GI P0000 A/T/H, inpartu kala I fase aktif delatasi maksimal dengan persalinan fisiologis.
Ds        :
-          Ibu hamil 9 bulan dan ini adalah kehamilan anak pertama
-          Ibu perutnya terasa kenceng-kenceng sejak tanggal 12 november 2013 , jam 21.00 WIB
-          HPHT : 5-02-2013
-          Ibu merasa nyeri pada perutnya
-          Ibu merasa cemas dan takut akan proses persalinan yang akan ibu alami
Do       : - K/U ibu baik
-          TTV
         TD : 120/80 mmHg                                         RR : 20x/menit
            S    : 36,8oC                                                     N   : 80x/menit
-       Palpasi : TFU 3 jari bawah px (32cm), teraba bokong di fundus, PUKI, presentasi kepala sudah masuk PAP 2/5 bagian.
-       TBJ : (32-11) x 155 = 3255 gram.
-       HIS : 3x dalam 10’ lamanya 40”
-       DJJ : 136x/menit terdengar jelas dan teratur di sebelah kanan ibu.
-       VT Ø 8 cm, eff 75%, ket +, preskep , denominator UUK kiri depan, H III, tidak ada bagian kecil janin di kanan dan kiri presentasi.
Masalah     : ibu merasa cemas
Ds : ibu merasa cemas dan takut akan proses persalinannya apakah berjalan lancar atau tidak.
                    Do : ibu tidak mau di tinggalkan oleh suami dan keluarganya       
Kebutuhan : 1. Dukung mental dan spiritual.
                     2. Ajarkan tekhnik relaksasi waktu ada his.
                     3. Anjurkan suami, keluarga untuk menemani ibu.
III.         ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV.         IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tidak ada
V.            INTERVENSI
Tanggal      :    12 november 2013
Dx              :    GI P0000  A/T/H, inpartu kala I fase delatasi masksimal dengan persalinan fisiologis.
Tujuan        :    Setelah dilakukan asuhan kebidanan ± 6,5 diharapkan ibu dapat melahirkan secara normal dan bayi lahir selamat dan tidak terjadi komplikasi.
Kriteria       :    1. Kala I = berlangsung selama ± 2 jam , KU ibu baik , TTV normal , DJJ normal , his adekuat.
           Tanda-tanda vital normal
Tekanan Darah                        : 110/60-130/90mmHg
Suhu                             : 36,5-37˚c
Nadi                             : 80-100x/menit
Pernafasan                   : 16-24x/menit
Djj                                : 120-160x/menit
His yang adekuat         : ≥ 3x dalam 10’ selama ≥ 40”
                        2. Kala II = berlangsung ± 2 jam , bayi lahir spontan presentasi kepala , bayi menangis kuat , bayi gerak aktif, warna badan bayi kemerahan PB 55 cm BB 3100 gr.
                        3. Kala III = berlangsung < 30 menit, plasenta lahir spontan dan lengkap.
                        4. Kala IV = berlangsung ± 2 jam, KU ibu baik, perdarahan ≤ 500, UC baik , TFU 2 jari di bawah pusat , kandung kemih kosong
Tanda-tanda vital normal
Tekanan Darah                        : 110/60-130/90mmHg
Suhu                             : 36,5-37˚c
Nadi                             : 80-100x/menit
Pernafasan                   : 16-24x/menit
Intervensi   :
1.        Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan 3 S dan komunikasi terapeutik.
R/ menjalin kepercayaan antara petugas dan klien sehingga ibu lebih kooperatif.
2.      Lakukan observasi TTV dan CHPB dan catat di dalam partograf.
R/  pantau organ vital tubuh dan deteksi dini kegawat daruratan obstetri serta kemajuan persalinan.
3.      Jelaskan hasil pemeriksaan.
R/  agar ibu, suami dan keluarga dapat mengetahui keadaan janin dan ibu baik.
4.      Anjurkan ibu untuk berbaring di tempat tidur dengan miring ke kiri.
R/  agar sirkulasi darah dari ibu ke janin lancar.
5.      Lakukan informed consent.
R/  bukti persetujuan ibu dan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan.
6.      Siapkan alat-alat serta obat-obatan.
R/  mempermudah dalam melakukan tindakan persalinan.
7.      Persalinan sesuai APN bila pembukaan sudah lengkap.
R/  asuhan sayang ibu.
8.      Siapkan alat partus set lengkap.
R/  memudahkan dalam melakukan tindakan pertolongan persalinan.
9.      Anjurkan ibu untuk BAK
R/ pada waktu persalinan kandung kemih dalam keadaan kosong.
10.  Anjurkan ibu untuk nafas panjang pada waktu ada HIS ( hidung – mulut ).
R/ untuk mengurangi rasa sakit.
11.  Lakukan pendokumentasian
R/  sebagai laporan pertanggung jawaban dan tanggung gugat.
VI.         IMPLEMENTASI
Tanggal   : 12 november 2013                                                   jam      : 10.00
Dx            : GI P0000 A/T/H inpartu kala I fase aktif delatasi maksimal tujuan tercapai.
Pukul 08.07 WIB
Memberikan informasi kepada ibu tentang hasil pemeriksaan k/u ibu dan janin baik.
-    Pembukaan : 10 cm (lengkap)
-    TTV =
TD = 120/80 mmH
S= 36,8 oC
RR= 20x/menit
N=80x/menit
-    Djj = 136x/menit
Pukul 08.15 WIB
Melakukan infromkonsent untuk persetujuan tindakan yang di lakukan
Pukul 08.20 WIB
Membantu ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK karena dapat mengganggu
penurunan kepala janin. Apabila ingin BAB/BAK bisa memanggil Nakes
Pukul 08.25 WIB
Menganjurkan pada keluarga untuk mendampingi proses persalinan berlangsung karena dukungan keluarga dapat mengurangi rasa cemas dan nyeri pada ibu.
Pukul 07.30 WIB
Menganjurkan ibu untuk makan dan minum sehingga ibu bisa mempunyai simpanan
tenaga untuk meneran.
Pukul 08.35
Menyiapkan alat dan obat-obatan yang diperlukan antara lain :
                          1.       Persiapan alat :
Partus set
-          Gunting episiotomi     1
-          Gunting tali pusat       1
-          Klem kocker               2
-          Klem ½ kocker           1
-          Handscoon                 2  Psg
-          Ikat tali pusat              1
-          Kassa             
-          Spuit 5 cc                    1
-          Spuit 3 cc                    1
-          Kateter nalaton           1
Heating set
-          Gunting benang         1
-          Benang chorionic                  
-          Benang side              
-          Jarum
-          Nedfuder
-          Deppers
Obat – obatan
-       Oksitosin                     1 ampul
-       Lidocain                      1 ampul
-       Vitamin K
-       Vaksin HB
-       Salep mata
Linen
-       Duk steril                   1
-       Jarik                            1
-       Waslap                                   2
-       Celana dalam
-       Pembalut
-       Pakaian bayi
-       Perlak
Lain – lain
-          Peralatan PI
-          Bengkok
-          Tempat plasenta
-          Larutan clorin
-          Tempat sampah medis dan non medis
2.     Persiapan petugas :
        Cuci tangan 7 langkah, memakai alat pelindung diri.
3.     Persiapan pasien :
        Lepaskan semua pakaian, kain untuk menutup payudara dan posisi litotomi.
4.     Persiapan lingkungan :
        Tutup tirai, tutup pintu, matikan AC, nyalakn lampu penerang.
Pukul 09.00 WIB
Melihat tanda gejala kala II
Pukul 09.05
-melakukan VT untuk memastikan pembukaan lengkap
- Ketuban pecah spontan warna jernih, tidak bau, volume ± 250cc. 
- VT : Ø lengkap, eff 100%, preskep, H IV, ket -, tidak ada bagian kecil janin yang ada
di presentasi. Beri tahu ibu bila pembukaan sudah lengkap meminta ibu untuk meneran
di saat ada his dengan cara memberitahu ibu cara meneran dan posisi senyaman
mungkin. Dengan posisi setengah duduk kedua paha di rangkul di tarik ke dada dagu
menempel pada dada dan mata melihat ke jalan lahir.
Pukul 08.15 WIB
Memasuki kala II
Ketika kepala crowning 5-6 cm di depan vulva, siap-siap untuk menolong, dan letakkan handuk di atas perut ibu, letakkan duk dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. Memakai handscoon saat ocsiput sebagai hipomoclion. Menganjurkan ibu untuk mengejan saat ada his, dan istirahat, makan serta minum saat his tidak ada dan Periksa DJJ. Tangan kanan menahan perineum dengan di lapisi duk tangan kiri menahan kepala bayi agar tidak terjadi defleksi maksimal. Maka lahirlah berturut-turut UUK, dahi, mata, hidung, mulut, dagu, lalu usap dengan kassa steril. Mengecek tidak ada lilitan tali pusat lalu tunggu sampai kepala bayi mengadakan putar paksi luar menghadap ke salah satu paha ibu. Pegang secara biparietal, tarik curam ke bawah sampai bahu anterior lahir dan elevasi kebawah sampai bahu posterior lahir. Tangan kanan menyangga kepala dan bahu, tangan kiri secara polkida menyusuri bahu, punggung, bokong, kaki sampai os maleolus dan selipkan jari diantara os maleolus.
Pukul 09.35 WIB
Lahirlah seluruh badan bayi. Bayi langsung menangis, gerakan aktif, kulit kemerahan.
Meletakkan bayi diatas perut ibu dan mengeringkannya dengan handuk. Cek fundus
untuk memastikan kehamilan tunggal. Suntik oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3
anterolateral paha kiri. Jepit tali pusat 3-5 dari umbilikalis, urut kearah maternal dan
pasang klem yang 1. Melindungi perut bayi dengan tangan kiri lalu lakukan
pemotongan tali pusat dan ikat dengan benang. Lakukan IMD dan tutupi bayi dengan
handuk. Melakukan manajement aktif kala III. Pindahkan klem 5-10 cm di depan vulva.
Cek pelepasan plasenta ( uterus globuler, tali pusat bertambah panjang dan keluar
semburan darah ). Tangan kanan menegangkan tali pusat dan tangan kiri diatas simfisis
secara dorsokranial. Saat plasenta tampak di depan vulva, tangkap secara biparietal dan
putar searah jarum jam sampai selaput terpilin.
Pukul 09.40 WIB
Plasenta lahir lengkap, memeriksa kelengkapan plasenta pada bagian maternal (jumlah
kotiledon ± 20, tebal ± 3cm, diameter ± 20cm, tidak ada infark, selaput plasenta utuh).
Bagian fetal (panjang tali pusat ± 50cm, insersi sentralis, tidak ada simpul tali pusat,
tidak ada pembuluh darah yang terputus). Perdarahan ±  200cc.
Pukul 09.45 WIB
Periksa kontraksi TFU 2 jari di bawah pusat. Periksa pendarahan, ukur nadi, dan suhu serta pernafasan pada bayi
Pukul 09.55 WIB
Membereskan alat-alat bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit lalu cuci
bilas. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat yang sesuai. Bersihkan ibu
dengan air DTT. Bantu ibu untuk memakai pembalut dan memakai pakaian.
(nyamankan ibu) Petugas mencuci tangan.
Pukul 10.00 WIB
Isi partograf (pendokumentasian)
VII.   EVALUASI
Tanggal  : 12 november 2013                                                    Jam  : 10.05 WIB
Dx     :   GI P0000 A/T/H inpartu fisiologis
S       : Ibu mengatakan merasa senang sekali dan lega karena bayinya sudah lahir dengan selamat dan sehat serta persalinannya lancar.
O       :   Kala I :
            -     ibu memasuki kala 1 dalam waktu 1  jam
            -     kala 1 fase aktif tidak melewati garis waspada
            Kala II :
-          Berlangsung ± 30 menit
-          Bayi perempuan lahir spontan BB= 3100 gr PB= 55cm, langsung menangis, gerak aktif, warna kulit kemerahan
                     Kala III :
                               Berlangsung ± 5 menit, plasenta lahir spontan lengkap, perdarahan ± 200cc, Uc baik
           Kala IV :
                               Dalam waktu 2 jam, K/U ibu baik, UC baik (bulat, keras), perdarahan ± 250, TFU 2 jari bawah pusat, TTV dalam batas normal.
(T : 110/80 mmHg , RR : 20x/menit , S : 36,7oC , N: 80x/menit)
A       : P10001 2 jam post partum fisiologis tujuan tercapai.
P       :
1)      Menganjurkan ibu mobilisasi dini
2)      Menganjurkan ibu untuk masase fundus uteri agar tidak terjadi perdarahan kerena atonia uteri
3)      Menganjurkan ibu untuk pindah ke kamar nifas
4)      Berikan HE tentang:
-          ASI eksklusif
-          Pola nutrisi
-          Pola istirahat
-          Personal hygiene
5)      Berikan HE tentang tanda bahaya pada ibu nifas, yaitu:
-          Pusing
-          Penglihatan mata kabur
-          Suhu tubuh meningkat
-          Nyeri ulu hati
-          Kontraksi uterus lembek
-          Terjadi perdarahan berlebih
6)      Berikan HE tentang tanda bahaya pada bayi, yaitu:
-          Pernapasan sulit atau leih dari 60x/menit
-          Bayi menggigil dengan suhu <35oC
-          Suhu bayi meningkat >38oC
-          Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, sering muntah, bayi tidak mau menyusu, mulut bayi mencucu
-          Terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat
-          Tidak BAB dalam waktu 24 jam pertama, tinja lembek, warna hijau tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar