ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI
PENDAHULUAN
Pengetahuan tentang
Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi pada manusia merupakan ilmu yang
paling dasar/basic bagi setiap pelaku kesehatan reproduksi khususnya
para wanita. Dalam makalah ini akan dibahas dua hal yaitu tentang
ANATOMI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA yng menerngkan tentang Anatomi Saluran
Reproduksi Laki-laki dan Anatomi Saluran Reproduksi Wanita. Selain itu
juga dibahas mengenai FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA yang meliputi
: Pubertas pada Anak laki-laki,Pubertas pada Anak wanita,Fisiologi
reproduksi laki-laki,Siklus mestruasi,Respon Seksual Manusia,Fertlisasi
dan terjadinya kehamilan, serta Menopause.
ANATOMI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
Organ reproduksi membentuk
traktus genetalis yang berkembang setelah traktus urinarius. Kelamin
laki-laki maupun wanita semenjak lahir sudah dapat ditentukan, tetapi
sifat-sifat kelamin belum dapat dikenal (Syaifudin,1997).
1. Anatomi Saluran Reproduksi Laki-laki
TESTIS
Testis merupakan sepasang struktur berbentuk
oval,agak gepeng dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar2.5
cm. Testis berada didalam skrotum bersama epididimis yaitu kantung
ekstraabdomen tepat dibawah penis. Dinding pada rongga yang memisahkan
testis dengan epididimis disebut tunika vaginalis. Tunika vaginalis
dibentuk dari peritoneum intraabdomen yang bermigrasi ke dalam skrotum
primitive selama perkembangan genetalia interna pria, setelah migrasi ke
dalam skrotum, saluran tempat turunnya testis (prosesus vaginalis) akan menutup.
EPIDIDIMIS
Merupakan suatu struktur berbentuk koma yang
menahan batas posterolateral testis. Epididimis dibentuk oleh saluran
yang berlekuk-lekuk secara tidak teratur yang disebut duktus epididimis.
Panjang duktus epididimis sekitar 600 cm. Duktus ini berawal dari
puncak testis (kepala epididimis) dan berjalan berliku-liku, kemudian
berakhir pada ekor epididimis yang kemudian menjadi vas deferens.
Epididimis merupakan tempat terjadinya maturasi akhir sperma.
SCROTUM
Skrotum pada dasarnya merupakan kantung
kulit khusus yang melindungi testis dan epididimis dari cedera fisik dan
merupakan pengatur suhu testis. Spermatozoa sangat sensitive terhadap
suhu karena testis dan epididimis berada di luar rongga tubuh, suhu di
dalam testis biasanya lebih rendah daripada suhu di dalam abdomen.
VAS DEFERENS
Vas deferens merupakan lanjutan langsung
dari epididimis. Panjangnya 45 cm yang berawal dari ujung bawah
epididimis, naik disepanjang aspek posterior testis dalam bentuk
gulungan-gulungan bebas, kemudian meninggalkan bagian belakang testis,
duktus ini melewati korda spermatika menuju abdomen.
VESICULA SEMINALIS
Merupakan sepasang struktur berongga dan
berkantung-kantung pada dasar kandung kemih di depan rectum.
Masing-masing vesicular memiliki panjang 5 cm dan menempel lebih erat
pada kandung kemih daripada pada rectum. Pasokan darah ke vas deferens
dan vesikula seminalis berasal dari arteri vesikulkaris inferior. Arteri
ini berjalan bersama vas deferens menuju skrotum beranastomosis dengan
arteri testikukar, sedangkan aliran limfatik berjalan menuju ke nodus
iliaka interna dan eksterna. Vesikula seminalis memproduksi sekitar
50-60 % dari total volume cairan semen. Komponen penting pada semen yang
berasal dari vesukula seminalis adalah fruktosa dan prostaglandin.
KELENJAR PROSTAT
Kelenjar prostat merupakan organ dengan
sebagian strukturnya merupakan kelenjar dan sebagian lagi otot dengan
ukuran sekitar 2,3 x 3,5 x 4,5 cm. Organ ini mengililingi uretra pria,
yang terfiksasi kuat oleh lapisan jaringan ikat di belakang simpisis
pubis. Lobus media prostat secara histologis sebagai zona transisional
berbentuk baji, mengelilingi uretrra dan memisahkannya dengan duktus
ejakulatorius. Saat terjadi hipertropi, lobus media dapat menyumbat
aliran urin. Hipertropi lobus media banyak terjadi pada pria usia
lanjut.
PENIS
Penis terdiri jaringan kavernosa (erektil)
dan dilalui uretra. Ada dua permukaan yaitu permukaan posterior penis
teraba lunak (dekat uretra) dan permukaan dorsal. Jaringan erektil penis
tersusun dalam tiga kolom longitudinal, yaitu sepasang korpus
kavernosum dan sebuah korpus spongiousum di bagian tengah. Ujung penis
disebut glans. Glands penis ini mengandung jaringan erektil dan
berlanjut ke korpus spongiosum. Glans dilapisi lapisan kulit tipis
berlipat, yang dapat ditarik ke proksimal disebut prepusium (kulit
luar), prepusium ini dibuang saat dilkukan pembedahaan (sirkumsisi).
Penis berfungsi sebagai penetrasi. Penetrasi pada wanita memungkinkan
terjadinya deposisi semen dekat serviks uterus.
1. Anatomi Saluran Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita secara umum
dibagi dua, yaitu organ reproduksi wanita yang terdapat di luar dan di
dalam tubuh. Organ reproduksi wanita ada di dalam rongga pelvis.
RONGGA PELVIS
Terletak di bawah,berhubungan dengan rongga
abdomen, dibentuk oleh os iski dan os pubis pada sisi samping dan depan,
os sakrum dan os koksigis membentuk batas belakang dan pinggiran pelvis
dibentuk oleh promontorium sakrum di belakang iliopektinal sebelah sisi
samping dan depan dari tulang sakrum (Syaifudin,1997).
PINTU KELUAR PELVIS (PINTU BAWAH)
Dibatasi oleh os koksigis dibelakang
simfisis pubis, di depan lengkung os pubis,os iski, serta ligamentum
yang berjalan dari os iski dan os sakrum disetiap sisi, pintu keluar ini
membentuk lantai pelvis (Syaifudin,1997).
ISI PELVIS
Kandung kemih dan dua buah ureter terletak
dibelakang simfisis, kolon sigmoid sebelah kiri fosa iliaka dan rektum
terletak di sebelah belakang rongga mengikuti lengkung sakrum. Kelenjar
limfe, serabut saraf fleksus lumbosakralis untuk anggota gerak bawah
cabang pembuluh darah a.iliaka interna dan v.iliaka interna berada di
dalam pelvis (Syaifudin,1997).
Genetalia pada wanita terpisah dari
urethra, dan mempunyai saluran tersendiri. Alat reproduksi wanita dibagi
menjadi 2 bagian yaitu :
a. ALAT GENITALIA LUAR (VULVA)
Vulva terbagi atas sepertiga bagian bawah
vagina,klitoris, dan labia.Hanya mons dan labia mayora yang dapat
terlihat pada genetalia eksterna wanita. Arteri pudenda interna
mengalirkan darah ke vulva. Arteri ini berasal dari arteri iliaka
interna bagian posterior, sedangkan aliran limfatik dari vulva mengalir
ke nodus inguinalis.
Alat genetalia luar terdiri dari :
1). Mons veneris/pubis (Tundun)
Bagian yang menonjol berupa tonjolan lemak
yang besar terletak di di atas simfisis pubis. Area ini mulai ditumbuhi
bulu pada masa pubertas (Syaifudin, 1997).
2). Labia Mayora (bibir besar)
Dua lipatan dari kulit diantara kedua paha
bagian atas. Labia mayora banyak mengandung urat syaraf (Syaifudin,
1997). Labia mayora merupakan struktur terbesar genetalia eksterna
wanita dan mengelilingi organ lainnya, yang berakhir pada mons pubis.
3) Labia Minora (bibir kecil)
Berada di sebelah dalam labia mayora. Jadi untuk memeriksa labia minora, harus membuka labia mayora terlebih dahulu.
4). Klitoris (Kelentit)
Sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira
sebesar biji kacang hijau yang dapat mengeras dan tegang (erectil) yang
mengandung urat saraf (Syaifudin, 1997), jadi homolog dengan penis dan
merupakan organ perangsang seksual pada wanita.
5). Vestibulum (serambi)
Merpakan rongga yang berada di antara bibir
kecil (labia minora), muka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum.
Dalam vestibulum terdapat muara-muara dari : liang senggama (introitus
vagina),urethra,kelenjar bartolini, dan kelenjar skene kiri dan kanan
(Syaifudin, 1997).
6). Himen (selaput dara)
Lapisan/membran tipis yang menutupi sebagian
besar dari liang senggama, ditengahnya berlubang supaya kotoran
menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini,
bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit. Konsistensinya ada
yang kaku, dan ada yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada
yang dapat dilalui satu jari (Syaifudin,1997). Himen mungkin tetap ada
selama pubertas atau saat hubungan seksual pertama kali.
7). Perineum (kerampang)
Merupakan bagian terendah dari badan berupa
sebuah garis yang menyambung kedua tuberositas iski, daerah depan
segitiga kongenital dan bagian belakang segitiga anal, titik tengahnya
disebut badan perineum terdiri dari otot fibrus yang kuat di sebelah
depan anus
Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya lebih kurang 4 cm (Syaifudin, 1997).
A.
PENGERTIAN
· Persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup
ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain
(Mochtar, Rustam, 1998:91)
· Partus
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar
(Wiknjosastro
, 2006:180)
· Persalinan
adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan,letak
memanjang atau sejajar sumbu badan ibu,presentasi belakang kepala , keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul
ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri.
(Maternal
dan Neonatal , 2001:450)
· Persalinan adalah proses pengeluran hasil konsepsi (
janin dann uri ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan atau tanpa bantuan.
(Ida Bagus Manuaba: 1998)
Persalinan Normal :
· Persalinan
normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan janin tunggal, cukup bulan
dengan presentasi belakang kepala, dilakukan melalui jalan lahir dan sesuai
dengan kurve partograf normal.
(Pusdiknakes,
2003)
· Persalinan
normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (> 37
minggu) tanpa disertai penyulit.
(APN, Revisi
2007)
· Persalinan
normal adalah proses lairnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu
sendiri tanpa bantuan alat-alat serta
tidak melukai ibu dan bayi, pada umumnya kurang dari 24 jam.
(Rustam,Mochtar,
1998)
B.
MACAM – MACAM PERSALINAN
1. Menurut
cara persalinan
a. Persalianan
Normal / Fisiologis / Spt B
Persalinan yang terjadi pada kehamilan janin tunggal,
cukup bulan, dengan presentasi belakang kepala dilakukan melalui jalan lahir
dan sesuai dengan partograf normal.
b. Persalinan
Patologis
Persalinan yang dilakukan melalui dinding uterus, serta
melalui jalan lahir tetapi dengan bantuan alat / manual aid ataupun persalinan
yang tidak memenuhi persyratan persalinan normal.
c. Persalinan
Presipitatus
Persalinan yang berlangsung sangat cepat, tanpa ibu
merasakan tanda – tanda inpartu.
2. Menurut
usia kehamilan
a. Partus
Abortus
Terhentinya kehamilan saat UK < 28 minggu, sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan, dengan berat janin < 1000 gr.
b.
Partus
Prematurus
Persalinan yang terjadi pada UK 28 minggu - < 36
minggu, dengan berat janin 1000 - 2500
gr.
c. Partus Aterm /
Matur
Persalinan yang terjadi pada UK 36 minggu – 42 minggu,
dengan berat janin > 2500 gr
d. Partus
Postmatur / Postdate / Serotinus
Persalinan yang terjadi
pada UK > 42 minggu, disertai dengan tanda – tanda post matur janin.
e.
Partus presipitatus : partus yang berlangsung cepat, mungkin di
kamar mandi, di atas becak, dsb
f.
Partus
percobaan : suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang
ada atau tidaknya disproporsi sefalipelvik.
(Mochtar,
Rustam ,1998:91)
C.
SEBAB –SEBAB MULAINYA PERSALINAN
1.
Teori Iritasi Mekanis
Penekanan pada bagian belakang serviks
tepatnya pada ganglion Servikale dari Fleksus Frakenhauser oleh bagian terendah
janin (kepala) yang mulai mengalami penurunan merupakan rangsangan mekanis yang
akan menimbulkan kontraksi uterus
2.
Teori Distensi Rahim
Pada kehamilan uterus akan meregang
seiring dengan usia kehamilan dan bertambah komposisi muatan yang berada dalam
uterus. Uterus memiliki kemampuan meregang pada batas tertentu, Setelah
melewati batas tersebut, pembuluh darah pada uterus akan terjepit / mengecil
sehingga otot-otot rahim mengalami iskemia yang berdampak terganggunya
sirkulasi dari uterus ke placenta sehingga plasenta akan mengalami degenerasi
dan fungsi placenta menurun.
3.
Teori Plasenta Menjadi Tua
Pada akhir kehamilan
fungsi plasenta menurun, villi-villi chorialis mengalami penurunan sehingga
terjadi ketidakseimbangan hormon. Hormon estrogen mengalami peningkatan, hormon
progestoran mengalami penurunan.
4.
Teori Hormonal
Pada akhir kehamilan, plasenta mengalami
degenerasi dimana hormon estrogen meningkat sehingga sensivitas otot rahim
meningkat, hormon progesteron menurun sehingga merangsang kelenjar hipofise
posterior untuk mengeluarkan oksitosin. Sentivitas otot rahim meningkat dan
oksitosin yang dikeluarkan akan merangsang kontraksi uterus
5.
Induksi partus (induction of labour). Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
-
Gagang
laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan
tujuan merangsang fleksus franken hauser.
-
Amniotomi : pemecahan ketuban
-
Oksitosin
drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
(Mochtar,Rustam,1998:92-93)
D.
TANDA –TANDA MENJELANG INPARTU
1. Lightening
Kepala turun memasuki pintu atas
panggul, penurunan kepala bayi kedalam PAP disebabkan oleh : - Munculnya kontraksi Braxton Hicks
- Ketegangan dinding perut
- Ketegangan ligamentum rotundum
- Gaya berat janin / gravitasi
Ø Bidang hodge
Bidang-bidang hodege ini dipelajari untuk menentukan
sampai dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul, dalam persalinan.
§ Bidang
hodge 1 : ialah bidang datar yang melalui bagian atau sympisis dan promontorium
bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
§ Bidang
hodge 2 : ialah bidang sejajar dengan Bidang hodge 1 terletak dibagian bawah
sympisis
§ Bidang
hodge 3 : ialah bidang yang sejajar dengan Bidang hodge 1 dan Bidang hodge 2
terletak setinggi spina isciadika kanan dan kiri.
§ Bidang
hodge 4 : ialah bidang yang sejajar dengan Bidang hodge 1,2 dan 3 terletak
setinggi os koksigis.
(Ilmu Kebidanan 2008:105)
2. Perut
kelihatan melebar, Fundus Uteri turun
3. Perasaan
sering kencing akibat penekanan pada kandung kencing oleh bagian terbawah janin
4. Perasaan
sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus (braxton
hiks) yang di sebut “false labour pains”
5. Terasa
adanya tahanan pada perut bagian bawah
6.
Sesak
berkurang, terasa ringan pada perut bagian atas
( Mochtar, Rustam: 1998)
E.
TANDA – TANDA INPARTU
1.
Kekuatan his
makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
2.
Dapat terjadi
pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
-
pengeluaran
lendir
-
lendir bercampur
darah
3.
Dapat disertai
ketuban pecah
4.
Pada pemeriksaan
dalam dijumpai perubahan serviks :
-
Pelunakan
serviks
-
pendataran
serviks
-
terjadi
pembukaan serviks
(Manuaba 1998:160)
F.
FAKTOR – FAKTOR DALAM PROSES PERSALINAN
1.
Jalan lahir (passage)
2.
Janin (passenger)
3.
Tenaga/ kekuatan (power)
a.
His (kontraksi uterus)
Kontraksi
uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan dominan kemudian diikuti
relaksasi.
Pada waktu kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga
menjadi tebal dan lebih pendek, kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong
janin dan kantong amnion ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
Sifat-sifat lainnya dari his adalah involutir,
intermitten, terasa sakit, terkoordinasi dan simetris serta kadang-kadang dapat
dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis.
Dalam
mengawasi persalinan hendaknya selalu dibuat daftar catatan tentang his pada
status wanita tersebut. Catatan
tersebut memuat tentang :
o
Frekuensi
: adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit/ per 10 menit
o
Amplitudo atau intensitas adalah
kekuatan his diukur dalam mmHg. Dalam praktek kekuatan his hanya dapat diraba
secara palpasi apakah sudah kuat atau masih lemah.
o
Aktivitas his : frekwensi x amplitude
diukur dengan unit Montevideo. Contoh frekwensi suatu his 3 x per 10 menit dan
amplitudonya 50 mmHg, maka aktifitas rahim 3 x 50 = 150 unit montevideo.
o
Durasi his adalah lamanya setiap his
berlangsung diukur dengan detik misalnya 40 detik.
o
Datangnya
his : apakah datangnya sering teratur atau tidak
o
Interval : masa relaksasi
Perubahan-perubahan
akibat his :
§ Uterus dan serviks
Uterus
teraba keras/ padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatik air ketuban dan
tekanan intra uterin naik serta menyebabkan serviks menjadi datar (effacement)
dan terbuka (dilatasi).
§ Pada ibu
Rasa
nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim juga ada kenaikan nadi dan
tekanan darah.
§ Pada janin
Pertukaran
oksigen pada sirkulasi utera plasenter kurang maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung
janin melambat dan kurang jelas
didengar karena ada iskemia fisiologis. Jika benar-benar terjadi hipoksia yang
agal lama, misalnya pada kontraksi tetonik, maka terjadi gawat janin asfiksia
dengan denyut jantung janin di atas 60 permenit, tidak teratur.
Pembagian
His dan sifat-sifatnya :
1)
His Pendahuluan
His tidak kuat, tidak teratur menyebabkan “show”
2)
His Pembukaan (Kala I)
His
pembukaan serviks sampai terjadi
pembukaan lengkap 10 cm, mulas kuat, teratur dan sakit.
3)
His Pengeluaran (Kala II)
Sangat
kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama. His untuk mengeluarkan janin
koordinasi bersama antara lain : his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma
dan ligament.
4)
His
Pelepasan Uri (Kala III)
Kontraksi
sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.
5)
His
Pengiring (Kala IV)
Kontraksi
lemah, masih sedikit nyeri (meriang) pengecilan rahim beberapa jam/ hari.
b.
Kontraksi otot-otot dinding perut
c.
Kontraksi diafragma
d.
Ligamentous action terutama ligamentum
rotundum
4.
Psikis Ibu
5.
Penolong
(Mochtar,Rustam,1998:83-85)
G. MEKANISME
PERSALINAN
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :
1. Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai
menjadi pembukaan lengkap 10 cm.
2. Kala II :
Kala pengeluaran janin janin, waktu uterus dengan kekuatan his tambah.
3. Kala III :
waktu untuk pelepasan dan pengeluaran
4. Kala IV :
mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam
(Mochtar, Rustam 1998:94)
Kala
I
Batasan :
dimulai sejak munculnya kontraksi yang disertai dilatasi serviks sampai dengan
pembukaan serviks lengkap (10 cm)
Di bagi 2 fase
yaitu:
a.
Fase
laten
-
Kontraksi
(+) disertai dilatasi serviks sampai dengan serviks 3 cm
-
Berlangsung
lambat (7-8 jam)
-
Observasi
dicatat pada lembar observasi
b.
Fase
aktif
-
Serviks
3 cm sampai dengan pembukaan lengkap (10 cm)
-
His
lebih kuat dan adekuat
-
Terjadi
penurunan bagian terendah janin
-
Lamanya
tidak boleh > 7 jam
-
Observasi
dicatat dalam patograf
-
Berlangsung
dalam 3 sub fase:
§
Akselerasi
-
Serviks
3-4 cm
-
Berlangsung 2 jam (his belum adekuat)
§
Dilatasi
maximal
-
Serviks
4-9 cm
-
Berlangsung
2 jam (his adekuat)
§
Deselerasi
-
Serviks
9-10 cm
-
Berlangsung
2 jam
Berdasarkan kurve Friedman Ø 0- 10 cm ( lengkap )
§
Pada
primigravida : 13-14 jam
§ Pada multigravida :
7-8 jam
Kala
II
§ Disebut juga kala pengeluaran
§ Batasan : Dimulai sejak pembukaan serviks lengkap (10 cm)
sampai dengan bayi lahir
§ Berlangsung pada primigravida 1-2 jam pada
multigravida < 1 jam
§ Tanda dan gejala kala II :
1.
His
makin kuat dengan intervensi 2-3 menit durasi 50-60 detik
2.
Rasa
ingin meneran pada saat ada his
3.
Terasa
ada tahanan pada rectum dan vagina
4.
Perinium
menonjol
5.
Vulva,
vagina dan anus membuka
6.
Blood
show meningkat
§ Tanda
pasti kala II :
1.
Pembukaan sudah lengkap
2.
Terlihat kepala di introitus vagina
(crowning)
Kala III
§
Disebut
kala pelepasan uri
§
Batasan : sejak bayi lahir sampai dengan seluruh
plasenta dan selaput ketuban lahir
§
Berlangsung
tidak boleh > 30 menit
§
Tanda
pelepasan plasenta
1)
Perubahan
bentuk dan TFU (uterus elobuler)
2)
Tali
pusat bertambah panjang
3)
Keluarnya
semburan darah
§
Pertolongan
kala III (manajemen aktif kala III)
1)
Oksitosin
2)
PTT
3)
Massase
Kala IV
§
Dimaksudkan
untuk melakukan observasi karena HPP sering terjadi dalam 2 jam post partum
§
Batasan
: Sejak seluruh plasenta dan selaput ketuban lahir sampai dengan 2 jam post
partum (setengahnya)
§
Pemantauan
kala IV
1)
TTV
(tensi, nadi, suhu, RR) Suhu setiap 1
jam
2)
Uterus
(kontraksi uterus dan TFU)
3)
Pendarahan
4)
Kandung
kencing
5)
Perawatan
BBL
§ Ukur setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan 30
menit sekali pada 1 jam ke 2
(Mochtar, Rustam 1998:94-97)
H. PARTOGRAF
Adalah
alat bantu untuk membantu kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Kondisi
ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
·
DJJ Tiap
½ jam
·
His Tiap
½ jam
·
Nadi Tiap
½ jam
·
Pembukaan Serviks Tiap
4 jam
·
Penurunan bagian terendah janin Tiap
4 jam
·
Tekanan darah Tiap
4 jam
·
Temperatur
tubuh, produksi urin,
aseton dan protein Tiap 2-4
jam
Kondisi janin:
·
Djj dicatat tiap 30 menit. Catat Djj
dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan
Djj
·
Warna dan adanya air ketuban
Lambang-lambang untuk dicatat pada partograf:
U : selaput ketuban utuh
J : selaput
ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
D : selaput
ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban tidak
mengalir lagi (”kering”)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan
adanya gawat janin. Jika ada tanda-tanda gawat janin (Djj < 100 atau >
180 kali permenit), maka ibu harus dirujuk
·
Penyusupan
(molase) Tulang kepala janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh
kepala dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu,
semakin besar derajat penyusupan semakin menunjukkan resiko CPD.
0.
:
Tulang-tulang janin terpisah sutura dapat mudah dipalpasi
1.
:
Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2. :
Tulang-tulang kepala
janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
3. :
Tulang-tulang kepala
janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
Kemajuan
Persalinan
- Pembukaan Serviks
Observasi tiap 4 jam. Untuk pemeriksaan
pertama pada Fase aktif persalinan, pembukaan serviks dari hasil pemeriksaan
harus dicantumkan pada garis waspada dengan mencantumkan tanda ”X” pada garis
waspada .
- Penurunan bagian terbawah atau persentase janin
Observasi tiap 4 jam. Beri tanda ”O” yang ditulis pada
garis waktu yang sesuai.
jika bagian persentasi
janin teraba diatas sympyhsis kepala diatas PAP, mudah digerakkan
I. Penapisan ibu Bersalin
1
Riwayat bedah besar ( caesar )
2
Pendarahan per vaginam
3
Persalinan
kurang bulan ( uk < 37 minggu )
4
Ketuban
pecah disertai dengan mekonium yang kental
5
Ketuban pecah lama ( > 24 jam )
6
Ketuban pecah pada persalinan kurang
bulan ( uk < 37 minggu )
7
Ikterus
8
Aemia berat
9
Tanda/ gejala infeksi
10
Per-eklampsi/hipertensi dalam kehamilan
11
TFU 40 cm atau lebih
12
Gawat janin
13
Primipara dalam fase aktif kala 1
persalinan dalam kepala janin masih 5/5
14
Presentasi bukan belakang kepala
15
Presentasi ganda ( manajemuk )
16
Kehamilan ganda ( gemili )
17
Tali pusat menumbung
18
Syok
J. 58 Langkah APN
I.
MENGENALI GEJALA DAN TANDA
KALA DUA
1.
Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
·
Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
·
Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat
pada rektum dan vagina
·
Perineum tampak menonjol
·
Vulva dan sfingter ani membuka
II.
MENYIAPKAN PERTOLONGAN
PERSALINAN
2.
Pastikan
kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan
dan menataksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia _ tempat datar dan keras, 2
kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
dari tubuh bayi
·
Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi
serta ganjal bahu bayi
·
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai di dalam partus set
3.
Pakai celemek plastik
4.
Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,
cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5.
Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan
digunakan untuk periksa dalam
6.
Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
III.
MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP
DAN KEADAAN JANIN BAIK
7.
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT
·
Jika introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
·
Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
·
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi
(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % _
langkah #9 )
8.
Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap
·
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan
sudah lengkap maka lakukan amniotomi
9.
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan larutan klorin 0.5%
kemudian lepaskan dan rendam dalam keaadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama
10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10. Periksa
denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
IV.
MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK
MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik dan abntu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya
·
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan
fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada
·
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi
meneran. (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu
ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu
merasa nyaman)
13. Laksanakan
bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran :
·
Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan
efektif
·
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
·
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
·
Anjurkan ibu untuk ber istirahat di antara kontraksi
·
Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk
ibu
·
Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
·
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
·
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera
lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam)
meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit
V.
PERSIAPAN PERTOLONGAN
KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan
handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan
kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup
partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung
tangan DTT pada kedua tangan
VI.
PERSIAPAN PERTOLONGAN
KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
Lahirnya Kepala
19. Setelah
tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat
dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi
·
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi
·
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali
pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut
21. Tunggu
kepala nayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah
kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah
kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas
24. Setelah
tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
VII.
PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan
penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan
tubuh bayi
·
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
27. Periksa
kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal)
28. Beritahu ibu
bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu
1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin)
30. Setelah 2
menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan
dan pengikatan tali pusat
·
Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah
dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2
klem tersebut
·
Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada
satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya
·
Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
32. Letakkan
bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap did ada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
Letakkan bayi tengkurap did ada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
33. Selimuti ibu
dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
VIII.
PENATALAKSANAAN AKTIF
PERSALINAN KALA TIGA
34. Pindahkan
klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu
tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, utnuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah
uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan ulangi prosedur di atas.
·
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami,
atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan
penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorongan
dorso-kranial)
·
jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
·
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan
tali pusat :
1.
Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2.
Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh
3.
Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4.
Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5.
Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat
plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan
·
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT
atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera
setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
·
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus
tidak berkontraksi setelah 15 detik masase
IX.
MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa
kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus
41. Evaluasi
kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
X.
MELAKUKAN PROSEDUR PASCA
PERSALINAN
42. Pastikan
uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43. Biarkan bayi
tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
·
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
·
biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu
44. Setelah satu
jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral
45. Setelah 1
jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan
anterolateral
·
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu bisa disusukan
·
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi
belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu
·
Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam
·
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
·
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
·
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
·
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
47. Ajarkan
ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan
estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa
nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
·
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam
selama 2 jam pertama pascapersalinan
·
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5)
Kebersihan dan Keamanan
Kebersihan dan Keamanan
51. Tempatkan
semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
52. Buang
bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan
ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu
merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu
minuman dan makanan yang diinginkannya
55. Dekontaminasi
tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan
sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar
dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua
tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
Dokumentasi
58. Lengkapi
partograf (halaman depan dan belakang) , periksa tanda vital dan asuhan kala IV
DAFTAR
PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana Untuk Bidan. Jakarta: EGC
Mochtar,
Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri,
Jilid I, Jakarta : EGC
Saifuddin,
Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sastrawinata, sulaiman. 1983. Obsteti Fisiologi. Bandung : Elemen
TINJAUAN
KASUS
Tanggal : 12
November 2013 Jam
: 06.45 WIB
Tempat : RB UNUSA No. Reg : -
I.
PENGKAJIAN
A.
Data
Subyektif
1.
Biodata
Nama : Ny. R Nama
Suami : Tn. J
Umur : 22
tahun Umur : 24
tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IbuRT Pekerjaan : wiraswata
Alamat : Gresik
Alamat : Gresik
2.
Status
Perkawinan
Kawin
ke : 1 Kawin :
1
Lama
Kawin : 2 tahun Lama
Kawin : 2 tahun
Umur
Kawin : 21 tahun Umur
Kawin : 23 tahun
3.
Alasan Kunjungan
Ibu
mengatakan ini hamil anak ke
satu, usia kehamilannya 9 bulan. Ibu merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 11
november 2013.
4.
Riwayat
Kebidanan
a.
Riwayat
Haid
Menarche
: ± 12 tahun
Siklus/Lama : 31 hari / 7 hari
Warna/Bau : merah segar / anyir
Banyaknya : hari ke 1-3 ganti kotex 2-3x / hari.
Hari ke 4-7 ganti kotex 1-2x / hari.
Dismeborhea : Kadang
Flour
Albus : sedikit ( tidak
bau, tidak gatal, warna putih, bening)
HPHT : 5
februari 2013
TP : 12
november 2013
b.
Riwayat
Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu.
Kawin
ke
|
Kehamilan
|
persalinan
|
Anak
|
Nifas
|
kb
|
||||||||
Ke
|
UK
|
jns
|
pnl
|
tmp
|
pnyt
|
BBL
|
sex
|
hdp
|
Mt
|
ASI
|
pnylt
|
suntik
|
|
1
|
1
|
9bln
|
I
|
N
|
P
|
A
|
R
|
T
|
U
|
I
|
N
|
I
|
|
c.
Riwayat
Kehamilan Sekarang
-
Ibu
mengatakan hamil anak pertamanya dengan UK 9 bulan.
-
Ibu
memeriksa
kehamilannya di RB UNUSA sebanyak 5kali
-
ANC
Trimester I : 2x, keluhan : mual, muntah, sering kencing.
Terapi : Tablet Fe, Vitamin, obat anti mual, asam folat
He : Tanda-tanda kehamilan dan
senam hamil
Trimester II : 1x, keluhan : tidak ada.
Terapi : Vitamin, asam folat, kalsium
He : tanda-tanda bahaya kehamilan trimester
II
Trimester III : 2x, keluhan : sering kencing.
Terapi
: Kalsium, Fe , vitamin
He :perawatan payudara, tanda-tanda
persalinan, persiapan persalinan
-
Ibu
merasakan gerakan janin pada saat UK 5 bulan.
-
Penyuluhan
yang pernah di dapat nutrisi ibu hamil, perawatan payudara, personal hygiene,
tanda-tanda persalinan.
5.
Riwayat Persalinan Sekarang
Ibu
mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng mulai tanggal 11
november 2013 jam 21.00 WIB, dan mengeluarkan sudah darah dan lendir dari kemaluannya.
Dan naik mobil pribadi dan diantar oleh suami ke tempat bersalin di RB UNUSA.
6.
Riwayat
Kesehatan Yang Lalu
Ibu
mengatakan tidak pernah opname dan tidak pernah menderita penyakit menular
(hepatitis, AIDS, TBC), menahun (hipertensi, jantung, asma), menurun (DM,
hipertensi, asma). Ibu tidak pernah operasi sebelumnya dan ibu tidak pernah
keguguran sebelumnya. Selain itu ibu tidak ada keturunan kembar.
7.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Dalam
keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menular (hepatitis,
AIDS, TBC), menahun (jantung, asma), menurun (DM, hipertensi, asma), tidak ada
keturunan kembar.
8.
Pola
Kebiasaan Sehari-hari.
a.
Pola
Nutrisi
Saat
hamil : Makan : 3x/hari (nasi, lauk, sayur) porsi sedang.
Minum : 7-8 gelas/hari (air putih, susu).
Saat MKB :
Makan
: ibu tidak makan.
Minum : ibu minum air putih dan teh.
b. Pola Eliminasi
BAB
Saat hamil : 1x/hari (konsistensi lembek, sedikit hitam).
Saat MKB : ibu belum BAB.
BAK
Saat hamil : 5-6x/ hari (warna kuning, jernih).
Saat MKB :
1x (warna kuning, jernih)
c. Pola Istirahat
Saat hamil : Malam
: ± 6jam (21.00 – 04.00) tidak ada keluhan.
Siang : ± 1 jam (13.00 – 14.00) tidak ada
keluhan.
Saat MKB :
ibu tidak tidur.
d. Pola Aktifitas
Saat hamil : ibu sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah
tangga sendiri seperti masak, mencuci, membersihkan rumah serta jalan-jalan
pagi.
Saat MKB :
ibu hanya tiduran ditempat tidur miring
ke kiri, jalan-jalan di sekitar tempat tidur dan menahan rasa sakit karena his
yang sudah sering.
e. Pola Personal Hygiene
Saat hamil : mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti
baju 2x/hari, celana dalam 2x/hari, keramas 3x/minggu.
Saat MKB : saat BAK ibu cebok sendiri.
9. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Psikologi : ibu sangat cemas menunggu kehadiran si buah hati,
karena
anak yang pertama lahir lama.
Sosial :
hubungan ibu dengan suami serta keluarga sangat baik,
terbukti suami dan keluarga mendampingi ibu.
Spiritual : ibu dan keluarga beragama islam, mereka berdo’a agar
ibu
dapat bersalin secara normal dan lancar.
10. Riwayat Sosial Budaya
Ibu, suami dan keluarga berasal dari suku Jawa. Dalam
budaya ibu tidak ada pentangan dalam pemilihan jenis makanan tertentu. Ibu juga
tidak pernah minum jamu-jamuan.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Keadaan Umum
Keadaraan :
Composmentis
Postur Tubuh :
Lordosis
Cara Berjalan :
Normal, tidak pincang, tidak diseret.
Raut Wajah :
Tidak pucat, tampak kesakitan.
TB :
155cm
BB sebelum hamil: 46kg
BB saat hamil :
60kg
LILA :
25cm
Kenaikan
BB : 14 kg
b. Tanda-tanda
vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,8˚c
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
a. Inspeksi
Kepala : rambut
hitam, tidak tampak
rontok, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan.
Muka : tidak
pucat, tidak nampak
oedem, tidak sianosis, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum.
Mata : simetris,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus,
palpebra tidak oedem.
Hidung : lubang
hidung simetris, tidak ada PCH/polip, lidah bersih, tidak ada sekret.
Mulut :
mukosa bibir lembab, tidak stomatitis, lidah bersih, tidak
ada caries gigi, tidak ada infeksi pada tonsilitis.
Telinga : simetris
bersih, tidak ada purulen, tidak ada serumen berlebih, pendengaran baik.
Leher :
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun bendungan vena jugularis.
Ketiak :
bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada/Payudara : tidak
ada retraksi intercostae, puting susu menonjol simetris, bersih, terdapat
hiperpigmentasi areola mammae, terdapat pembesaran kelenjar monsgomery,
colostrum belum keluar pada payudara kanan dan kiri.
Abdomen : membujur,
besar sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, terdapat
hiperpigmentasi linea alba dan nigra, terdapat sisa-sisa striae.
Anus :
bersih, tidak ada haemoroid.
Genetalia : bersih,
tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak ada flour albus, tidak ada kondiloma
akuminata / kondilomalata, tidak ada bekas luka jahitan, terlihat pengeluaran
lendir dan darah.
Eks. Atas :
simetris, tidak oedem, pergerakan normal.
Eks. Bawah :
simetris, tidak oedem, tidak varises, pergerakan normal.
b. Palpasi
Kepala :
tidak ada benjolan.
Leher : tidak
teraba pembesaran kelenjar tyroid maupun bendungan vena jugularis.
Ketiak :
tidak teraba pembesaran kelenjar limfe.
Mammae : tidak
ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, konsistensi lembek, kolostrum sudah keluar
pada payudara kanan dan kiri.
Abdomen
Leopold 1 : TFU 3 jari bawah px (32 cm) pada fundus teraba lunak, kurang bulat, kurang
melenting (bokong).
Leopold 2 : Pada perut ibu bagian kiri teraba datar, keras, panjang (punggung). Pada perut ibu
bagian kanan teraba bagian kecil janin.
Leopold 3 : Bagian terendah janin teraba keras, bulat, melenting
(kepala U) sudah masuk PAP.
Leopold 4 : Kepala sudah masuk PAP 2/5 bagian. (convergen)
TBJ : (TFU-11) x 155
(32-11) x 155
3255 gram.
His : 3x 40”/10’
Kandung Kemih : kosong.
Eks. Atas : akral
hangat, turgor kulit normal, tidak oedem.
Eks. Bawah : akral
hangat, turgor kulit normal, tidak oedem.
c. Auskultasi
Dada : tidak ada wheezing dan ronchi.
Abdomen :
DJJ=136x/menit terdengan jelas dan teratur disebelah kanan
perut ibu puncak maksimum.
d. Perkusi
Reflek Patella :
ka/ki : +/+
3. Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 12-11-2013
Hasil : Ø 8 cm, eff 75%, ket +, preskep U, denominator UUK kiri depan, H III, tidak ada bagian kecil janin di kanan dan kiri
presentasi.
simpisis
kanan kiri
sakrum
4. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Kesimpulan : GI
P0000 UK 40 minggu,
hidup, tunggal, let kep intra uterine, kesan jalan lahir normal, K/U ibu dan
janin baik, inpartu kala I
fase aktif delatasi maksimal
II.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN
Dx : GI P0000 A/T/H, inpartu kala I fase aktif delatasi maksimal dengan persalinan fisiologis.
Ds :
-
Ibu
hamil 9 bulan dan ini adalah kehamilan anak pertama
-
Ibu
perutnya terasa kenceng-kenceng sejak tanggal 12 november 2013 , jam 21.00 WIB
-
HPHT
: 5-02-2013
-
Ibu
merasa nyeri pada perutnya
-
Ibu
merasa cemas dan takut akan proses persalinan yang akan ibu alami
Do : - K/U ibu baik
-
TTV
TD : 120/80 mmHg RR
: 20x/menit
S : 36,8oC N : 80x/menit
- Palpasi : TFU 3 jari bawah px (32cm), teraba bokong di
fundus, PUKI,
presentasi kepala sudah masuk PAP 2/5 bagian.
- TBJ : (32-11) x 155 = 3255 gram.
- HIS : 3x dalam 10’ lamanya 40”
- DJJ : 136x/menit terdengar jelas dan teratur di sebelah kanan
ibu.
- VT Ø 8 cm, eff 75%, ket +, preskep , denominator UUK kiri depan, H III, tidak ada bagian kecil janin di kanan dan kiri
presentasi.
Masalah : ibu merasa cemas
Ds
:
ibu merasa cemas dan takut akan proses persalinannya apakah berjalan lancar
atau tidak.
Do : ibu tidak mau di
tinggalkan oleh suami dan keluarganya
Kebutuhan : 1. Dukung mental dan spiritual.
2. Ajarkan tekhnik relaksasi waktu ada
his.
3. Anjurkan suami, keluarga untuk menemani
ibu.
III.
ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Tidak
ada
IV.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tidak
ada
V.
INTERVENSI
Tanggal :
12 november 2013
Dx : GI P0000 A/T/H, inpartu kala I fase delatasi masksimal dengan persalinan
fisiologis.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan ± 6,5 diharapkan
ibu dapat melahirkan secara normal dan bayi lahir selamat dan tidak terjadi
komplikasi.
Kriteria : 1. Kala I = berlangsung selama ± 2 jam , KU ibu baik , TTV normal , DJJ
normal , his adekuat.
Tanda-tanda
vital normal
Tekanan Darah : 110/60-130/90mmHg
Suhu :
36,5-37˚c
Nadi :
80-100x/menit
Pernafasan : 16-24x/menit
Djj :
120-160x/menit
His yang adekuat : ≥
3x dalam 10’ selama ≥ 40”
2. Kala II = berlangsung
± 2 jam , bayi
lahir spontan presentasi kepala
, bayi menangis kuat , bayi gerak aktif, warna badan bayi kemerahan PB 55 cm BB
3100 gr.
3. Kala III =
berlangsung < 30 menit, plasenta
lahir spontan dan lengkap.
4. Kala IV = berlangsung
± 2 jam, KU ibu baik, perdarahan ≤
500,
UC baik , TFU 2 jari di bawah pusat , kandung kemih kosong
Tanda-tanda
vital normal
Tekanan Darah : 110/60-130/90mmHg
Suhu :
36,5-37˚c
Nadi :
80-100x/menit
Pernafasan : 16-24x/menit
Intervensi :
1.
Lakukan
pendekatan pada klien dan keluarga dengan 3 S dan komunikasi terapeutik.
R/ menjalin kepercayaan antara petugas dan klien sehingga
ibu lebih kooperatif.
2. Lakukan observasi TTV dan CHPB dan catat di dalam
partograf.
R/ pantau organ
vital tubuh dan deteksi dini kegawat daruratan obstetri serta kemajuan
persalinan.
3. Jelaskan hasil pemeriksaan.
R/ agar ibu, suami
dan keluarga dapat mengetahui keadaan janin dan ibu baik.
4. Anjurkan ibu untuk berbaring di tempat tidur dengan
miring ke kiri.
R/ agar sirkulasi
darah dari ibu ke janin lancar.
5. Lakukan informed consent.
R/ bukti
persetujuan ibu dan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan.
6. Siapkan alat-alat serta obat-obatan.
R/ mempermudah
dalam melakukan tindakan persalinan.
7. Persalinan sesuai APN bila pembukaan sudah lengkap.
R/ asuhan sayang
ibu.
8. Siapkan alat partus set lengkap.
R/ memudahkan dalam
melakukan tindakan pertolongan persalinan.
9. Anjurkan ibu untuk BAK
R/ pada waktu
persalinan kandung kemih dalam keadaan kosong.
10. Anjurkan ibu untuk nafas panjang pada waktu ada HIS (
hidung – mulut ).
R/ untuk mengurangi
rasa sakit.
11. Lakukan pendokumentasian
R/ sebagai laporan
pertanggung jawaban dan tanggung gugat.
VI.
IMPLEMENTASI
Tanggal : 12
november 2013 jam : 10.00
Dx : GI
P0000 A/T/H
inpartu kala I fase aktif delatasi maksimal tujuan tercapai.
Pukul
08.07 WIB
Memberikan
informasi kepada ibu tentang hasil pemeriksaan k/u ibu dan janin baik.
-
Pembukaan : 10 cm (lengkap)
-
TTV =
TD
= 120/80 mmH
S=
36,8 oC
RR=
20x/menit
N=80x/menit
-
Djj = 136x/menit
Pukul
08.15 WIB
Melakukan
infromkonsent untuk persetujuan tindakan yang di lakukan
Pukul
08.20 WIB
Membantu
ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK karena dapat mengganggu
penurunan
kepala janin. Apabila ingin BAB/BAK bisa memanggil Nakes
Pukul
08.25 WIB
Menganjurkan pada
keluarga untuk mendampingi proses persalinan berlangsung karena dukungan
keluarga dapat mengurangi rasa cemas dan nyeri pada ibu.
Pukul
07.30 WIB
Menganjurkan
ibu untuk makan dan minum sehingga ibu bisa mempunyai simpanan
tenaga
untuk meneran.
Pukul
08.35
Menyiapkan alat dan obat-obatan yang diperlukan antara
lain :
1.
Persiapan alat :
Partus set
-
Gunting episiotomi 1
-
Gunting tali pusat 1
-
Klem kocker 2
-
Klem ½ kocker 1
-
Handscoon 2 Psg
-
Ikat tali pusat 1
-
Kassa
-
Spuit 5 cc 1
-
Spuit 3 cc 1
-
Kateter nalaton 1
Heating set
-
Gunting benang 1
-
Benang chorionic
-
Benang side
-
Jarum
-
Nedfuder
-
Deppers
Obat – obatan
- Oksitosin
1 ampul
- Lidocain 1 ampul
- Vitamin
K
- Vaksin
HB
- Salep
mata
Linen
-
Duk steril 1
-
Jarik 1
-
Waslap 2
-
Celana dalam
-
Pembalut
-
Pakaian bayi
-
Perlak
Lain – lain
-
Peralatan PI
-
Bengkok
-
Tempat plasenta
-
Larutan clorin
-
Tempat sampah medis dan non medis
2.
Persiapan petugas :
Cuci tangan 7 langkah, memakai alat
pelindung diri.
3. Persiapan pasien :
Lepaskan semua pakaian, kain untuk
menutup payudara dan posisi litotomi.
4. Persiapan lingkungan :
Tutup tirai, tutup pintu, matikan AC,
nyalakn lampu penerang.
Pukul
09.00 WIB
Melihat
tanda gejala kala II
Pukul
09.05
-melakukan
VT untuk memastikan pembukaan lengkap
- Ketuban pecah spontan warna jernih, tidak bau, volume ±
250cc.
- VT : Ø lengkap, eff 100%, preskep, H IV, ket -,
tidak ada bagian kecil janin yang ada
di
presentasi. Beri tahu ibu bila pembukaan sudah lengkap meminta ibu untuk
meneran
di
saat ada his dengan cara memberitahu ibu cara meneran dan posisi senyaman
mungkin.
Dengan posisi setengah duduk kedua paha di rangkul di tarik ke dada dagu
menempel
pada dada dan mata melihat ke jalan lahir.
Pukul
08.15
WIB
Memasuki kala II
Ketika kepala crowning 5-6 cm di depan vulva, siap-siap
untuk menolong, dan letakkan handuk di atas perut ibu, letakkan
duk dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. Memakai handscoon saat ocsiput
sebagai hipomoclion. Menganjurkan
ibu untuk mengejan saat ada his, dan istirahat, makan serta minum saat his
tidak ada dan Periksa DJJ. Tangan kanan menahan perineum
dengan di lapisi duk tangan kiri menahan kepala bayi agar tidak terjadi
defleksi maksimal. Maka lahirlah
berturut-turut UUK, dahi, mata, hidung, mulut, dagu, lalu usap dengan kassa
steril. Mengecek tidak ada lilitan tali pusat lalu tunggu sampai kepala bayi
mengadakan putar paksi luar menghadap ke salah satu paha ibu.
Pegang secara biparietal, tarik curam ke bawah sampai
bahu anterior lahir dan elevasi kebawah sampai bahu posterior lahir.
Tangan kanan menyangga kepala dan bahu, tangan kiri
secara polkida menyusuri bahu, punggung, bokong, kaki sampai os maleolus dan
selipkan jari diantara os maleolus.
Pukul
09.35 WIB
Lahirlah seluruh badan bayi. Bayi langsung menangis,
gerakan aktif, kulit kemerahan.
Meletakkan bayi diatas perut ibu dan mengeringkannya
dengan handuk. Cek fundus
untuk memastikan kehamilan tunggal. Suntik oksitosin 10
IU secara IM pada 1/3
anterolateral paha kiri.
Jepit tali pusat 3-5 dari umbilikalis, urut kearah
maternal dan
pasang klem yang 1. Melindungi perut bayi dengan tangan kiri lalu lakukan
pemotongan tali pusat dan ikat dengan benang.
Lakukan IMD dan tutupi bayi dengan
handuk. Melakukan manajement aktif kala III. Pindahkan klem 5-10
cm di depan vulva.
Cek pelepasan plasenta ( uterus globuler, tali pusat
bertambah panjang dan keluar
semburan darah ). Tangan kanan menegangkan tali pusat dan tangan kiri
diatas simfisis
secara dorsokranial.
Saat plasenta tampak di depan vulva, tangkap secara
biparietal dan
putar searah jarum jam sampai selaput terpilin.
Pukul
09.40 WIB
Plasenta lahir lengkap, memeriksa kelengkapan plasenta
pada bagian maternal (jumlah
kotiledon ± 20, tebal ± 3cm, diameter ± 20cm, tidak ada infark,
selaput plasenta utuh).
Bagian fetal (panjang tali pusat ± 50cm, insersi sentralis,
tidak ada simpul tali pusat,
tidak ada pembuluh darah yang terputus). Perdarahan
± 200cc.
Pukul
09.45 WIB
Periksa
kontraksi TFU 2 jari di bawah pusat. Periksa pendarahan, ukur nadi, dan suhu
serta pernafasan pada bayi
Pukul
09.55 WIB
Membereskan alat-alat bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit lalu cuci
bilas. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat yang
sesuai. Bersihkan ibu
dengan air DTT. Bantu ibu untuk memakai pembalut dan memakai pakaian.
(nyamankan
ibu) Petugas mencuci tangan.
Pukul
10.00
WIB
Isi
partograf (pendokumentasian)
VII. EVALUASI
Tanggal : 12 november 2013 Jam : 10.05 WIB
Dx : GI
P0000 A/T/H
inpartu
fisiologis
S : Ibu
mengatakan merasa senang sekali dan lega karena bayinya sudah lahir dengan
selamat dan sehat serta persalinannya lancar.
O : Kala I :
- ibu
memasuki kala 1 dalam waktu 1
jam
- kala
1 fase aktif tidak melewati garis waspada
Kala II :
-
Berlangsung ± 30 menit
-
Bayi perempuan lahir spontan BB= 3100 gr
PB= 55cm, langsung menangis, gerak aktif, warna kulit kemerahan
Kala III :
Berlangsung
± 5 menit, plasenta lahir spontan lengkap, perdarahan ±
200cc, Uc baik
Kala IV :
Dalam
waktu 2 jam, K/U ibu baik, UC baik (bulat, keras), perdarahan ± 250, TFU 2 jari bawah
pusat, TTV dalam batas
normal.
(T : 110/80 mmHg , RR : 20x/menit , S : 36,7oC , N: 80x/menit)
A : P10001 2 jam post partum fisiologis tujuan tercapai.
P :
1) Menganjurkan
ibu mobilisasi dini
2) Menganjurkan
ibu untuk masase fundus uteri agar tidak terjadi perdarahan kerena atonia uteri
3) Menganjurkan
ibu untuk pindah ke kamar nifas
4) Berikan
HE tentang:
-
ASI eksklusif
-
Pola nutrisi
-
Pola istirahat
-
Personal hygiene
5) Berikan
HE tentang tanda bahaya pada ibu nifas, yaitu:
-
Pusing
-
Penglihatan mata kabur
-
Suhu tubuh meningkat
-
Nyeri ulu hati
-
Kontraksi uterus lembek
-
Terjadi perdarahan berlebih
6) Berikan
HE tentang tanda bahaya pada bayi, yaitu:
-
Pernapasan sulit atau leih dari
60x/menit
-
Bayi menggigil dengan suhu <35oC
-
Suhu bayi meningkat >38oC
-
Hisapan lemah, mengantuk berlebihan,
sering muntah, bayi tidak mau menyusu, mulut bayi mencucu
-
Terdapat tanda-tanda infeksi pada tali
pusat
-
Tidak BAB dalam waktu 24 jam pertama,
tinja lembek, warna hijau tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar