ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan atau sistem
gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam
aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan
dan air
pada hewan.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk
sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Saliva (air liur), sekresi yang
berkaitan dengan mulut yang diproduksi oleh tiga kelenjar saliva utama yaitu
parotis, submandibula, sublingual yang terletak di rongga mulut yang
dikeluarkan melalui duktus didalam mulut.
Saliva terdiri
atas 99,5% air serta 0,5% protein dan elektrolit. Protein saliva yang
terpenting adalah amilase, mukus, dan lisozim.
Fungsi dari saliva dapat disimpulkan
sebagai berikut:
·
Air
liur memulai proses pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase liur,
suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida.
·
Air
liur mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan,
sehingga mereka saling menyatu serta menghasilkan pelumasan karena adanya mukus
yang kental dan licin
·
Air
liur memiliki efek antibakteri melalui efek ganda, pertama oleh lisozim suatu
enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu kedua dengan membilas
bahan makanan yang mungkin digunakan oleh bakteri.
·
Air
liur berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papil
pengecap, sehingga kita dapat merasakan rasa makanan.
·
Air
liur membantu kita dalam berbicara dengan membasahi lidah dan bibir.
·
Air
liur berperan penting dalam higiene mulut dengan membantu kebersihan mulut dan
gigi. Karena air liur terus menerus membilas sisa makanan yang tersisa di
mulut.
·
Air
liur memiliki senyawa penyangga bikarbonat yang menetralkan asam di makanan dan
asam yang dihasilkan oleh flora normal yang ada di mulut, untuk mencegah karies
gigi.
Walaupun memiliki banyak
fungsi namun enzim amilase saliva tidaklah esensial karena walau tidak adanya enzim
tersebut enzim amilase pankreas dapat menyelesaikan pencernaannya, serta waktu
kontak antara substrat dengan enzim amilase saliva tidaklah optimum dikarenakan
cepatnya waktu mengunyah dan menelan makanan.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus)
dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil
yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
Palatum
terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Palatum durum ( palatum keras ) yang
tersusun atas tajuk – tajuk palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan
lebih kebelakang terdiri dari dua tulang palatum.
b. Palatum mole ( palatum lunak ) terletak dibelakang yang
merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa
dan selaput lendir.
Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir.
Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung.
Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltik.
Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir.
Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung.
Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltik.
a. Gigi
Gigi
manusia terdiri dari gigi seri, taring, dan geraham. Gigi seri terletak di depan berbentuk seperti
kapak yang mempunyai fungsi memotong makanan. Di samping gigi seri terdapat
gigi taring. Gigi taring berbentuk runcing yang berguna untuk merobek makanan.
Di belakang gigi taring terdapat gigi geraham yang mempunyai fungsi
menghaluskan makanan.
Setiap gigi tersusun atas bagian-bagian sbb ;
Setiap gigi tersusun atas bagian-bagian sbb ;
v Puncak gigi atau mahkota gigi, yaitu bagian yang tampak dari luar.
v Leher gigi, yaitu bagian gigi
yang terlindung di dalam gusi dan merupakan batas antara mahkota dan akar gigi.
v Akar gigi, yaitu bagian gigi yang tertanam di dalam rahang.
Lapisan-lapisan gigi terdiri dari email, tulang gigi, semen gigi, dan rongga gigi.
Lapisan-lapisan gigi terdiri dari email, tulang gigi, semen gigi, dan rongga gigi.
v Email
Email merupakan lapisan yang keras pada puncak gigi. Email berfungsi melindungi tulang gigi. Jika email rusak, maka gigi akan rusak pula.
Email merupakan lapisan yang keras pada puncak gigi. Email berfungsi melindungi tulang gigi. Jika email rusak, maka gigi akan rusak pula.
v Tulang gigi
Di lapisan berikutnya terdapat tulang gigi yang terbuat dari dentin. Dentin berupa jaringan berwarna kekuningan.
Di lapisan berikutnya terdapat tulang gigi yang terbuat dari dentin. Dentin berupa jaringan berwarna kekuningan.
v Semen gigi
Di lapisan luar akar gigi terdapat semen gigi atau sementum.
Di lapisan luar akar gigi terdapat semen gigi atau sementum.
v Rongga gigi
Di bagian dalam gigi terdapat rongga gigiatau pulpa. Rongga gigi berisi saraf dan pembuluh darah. Lubang yang dalam pada gigi dapat mencapai rongga gigi dan mengenai saraf sehingga menimbulkan nyeri.
Susunan gigi
Gigi manusia mulai tumbuh pada bayi berumur kira-kira 6-7 bulan sampai 26 bulan. Gigi pada anak-anak di sebut gigi susu atau sulung. Setelah anak berumur 6 sampai 14 tahun gigi susu tanggal satu persatu dan digantikan dengan gigi tetap. Gigi tersusun berderet pada rahang atas dan bawah. Gigi susu berjumlah 20 buah terdiri atas gigi seri 8 buah, gigi taring 4 buah, dan gigi geraham 8 buah.
Gigi tetap pada orang dewasa berjumlah 32 buah yang terdiri dari gigi seri 8 buah, gigi taring 4 buah, dan gigi geraham depan 8 buah, dan gigi geraham belakang 12 buah. Dengan demikian kalian dapat menemukan perbedaan jumlah antara gigi susu dan gigi tetap.
Di bagian dalam gigi terdapat rongga gigiatau pulpa. Rongga gigi berisi saraf dan pembuluh darah. Lubang yang dalam pada gigi dapat mencapai rongga gigi dan mengenai saraf sehingga menimbulkan nyeri.
Susunan gigi
Gigi manusia mulai tumbuh pada bayi berumur kira-kira 6-7 bulan sampai 26 bulan. Gigi pada anak-anak di sebut gigi susu atau sulung. Setelah anak berumur 6 sampai 14 tahun gigi susu tanggal satu persatu dan digantikan dengan gigi tetap. Gigi tersusun berderet pada rahang atas dan bawah. Gigi susu berjumlah 20 buah terdiri atas gigi seri 8 buah, gigi taring 4 buah, dan gigi geraham 8 buah.
Gigi tetap pada orang dewasa berjumlah 32 buah yang terdiri dari gigi seri 8 buah, gigi taring 4 buah, dan gigi geraham depan 8 buah, dan gigi geraham belakang 12 buah. Dengan demikian kalian dapat menemukan perbedaan jumlah antara gigi susu dan gigi tetap.
b. Lidah
Lidah
berguna untuk membantu mengatur letak makanan di dalam mulut mendorong makanan
masuk ke kerongkongan. Selain itu lidah lidah juga berfungsi untuk mengecap
atau merasakan makanan. Pada lidah terdapat daerah-daerah yang lebih peka terhadap
rasa-rasa tertentu, seperti asin, masam, manis, dan pahit.
Lidah terdiri dari otot serat lintang
dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan ke
seluruh arah.
Lidah dibagi atas 3 bagian :
a. Radiks
lingua = pangkal lidah
b. Dorsum
lingua = punggung lidah
c. Apeks
lingua = ujung lidah
Pada pangkal lidah yang belakang
terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan napas pada waktu kita
menelan makanan, supaya makanan tidak masuk ke jalan napas.
Punggung lidah ( dorsum lingua )
terdapat puting-puting pengecap atau ujung saraf pengecap.
Frenulum lingua. Merupakan selaput
lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah jika lidah
digerakkan ke atas nampak selaput lendir.
Flika sublingua. Terdapat disebelah kiri
dan kanan frenulum linguadi sini terdapat pula lipatan selaput lendir.
Pada pertengahan flika sublingua ini
terdapat saluran dari glandula parotis, sub maksilaris dan glandula sub
lingualis.
Fungsi lidah yaitu mengaduk makanan,
membentuk suara, sebagai alat pengecap dan menelan, serta merasakan makanan.
c. Kelenjar ludah
Ludah
dihasilkan oleh 3 pasang kelenjar ludah. Kelenjar ludah tersebut adalah
kelenjar ludah parotis, kelenjar ludah rahang bawah, kelenjar ludah bawah
lidah. Ludah yang dihasilkan dialirkan melalui saluran ludah yang bermuara ke
dalam rongga mulut.
Ludah mengandung air, lendir, garam, dan enzim ptialin.enzim ptialin berfungsi mengubah amilum menjadi gula, yaitu maltosa dan glukosa.
Ludah mengandung air, lendir, garam, dan enzim ptialin.enzim ptialin berfungsi mengubah amilum menjadi gula, yaitu maltosa dan glukosa.
Kelenjar
Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai duktus
yang
Duktus wartoni dan duktus stensoni.
Kelenjar ludah ada 2, yakni :
1. Kelenjar
ludah bawah rahang ( kelenjar submaksilaris ), yang terdapat dibawah tulang
rahang atas pada bagian tengah.
2. Kelenjar
ludah bawah lidah ( kelenjar sublingualis ) yang terdapat disebelah depan bawah
lidah.
Di bawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar
ludah bawah lidah di antara bawah lidah bagian bawah dari lidah disebut
korunkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah ( saliva ).
Kelenjar ludah ( saliva ) dihasilkan dalam rongga mulut. Di sekitar rongga
mulut terdapat 3 buah kelenjar luda :
1. Kelenjar
Parotis
Letaknya di bawah depan dari telinga diantara
prosesus mastoid kiri dan kanan os
mandibular, duktusnya duktus stensoni. Duktus ini keluar dari glandula parotis
menuju rongga mulut melalui pipi ( muskulus buksinator )
2. Kelenjar
Submaksilaris
Terletak di bawah rongga mulut bagian belakang,
duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan
frenulum lingua.
3. Kelenjar Sublingualis
Letaknya di bawah selaput lendir dasar rongga mulut
bermuara di dasar rongga mulut.
Kelenjar ludah di sarafi oleh saraf-saraf tak sadar.
Otot Lidah
Otot-otot ekstrinsik lidah
berasal dari rahang bawah ( M. Mandibularis, os Hioid dan Prosesus stiloid )
menyebar ke dalam lidah membentuk anyaman bergabung dengan otot intrinsik yang
terdapat pada lidah.
M. Genioglossus merupakan otot lidah yang terkuat
berasal dari permukaan
tengah
bagian dalam yang menyebar sampai radiks lingua.
B. Tenggorokan
( Faring)
Merupakan
penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani
yaitu Pharynk.
Didalam
lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
Keatas
bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium
Tekak
terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian
media adalah bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior adalah
bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian
superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini
berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring
C. Kerongkongan
(Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Di sebelah depan kerongkongan terdapat saluran pernapasan yang disebut trakea.
Trakea menghubungkan rongga hidung dengan paru-paru. Pada saat kita menelan
makanan, ada tulang rawan yang menutup lubang ke tenggorokan. Bagian tersebut
dinamakan epiglotis. Epiglotis mencegah makanan masuk ke paru-paru.
Kerongkongan sering juga disebut esofagus(dari
bahasa Yunani:
οiσω, oeso - "membawa", dan έφαγον, phagus - "memakan").
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
·
bagian superior (sebagian besar
adalah otot rangka)
·
bagian tengah (campuran otot
rangka dan otot halus)
·
serta bagian inferior (terutama
terdiri dari otot halus).
sekresi esofagus seluruhnya
berkarakter mukus dan terutama memberi fungsi pelumasan untuk menelan. Bagian
utama dari esofagus dikelilingi oleh beberapa kelenjar mukus sederhana. Pada
bagian ujung lambung, dan dalam jumlah kecil pada bagian awal esofagus,
terdapat juga beberapa kelenjar mukus campuran. Mukus yang disekresi oleh
kelenjar campuran pada esofagus bagian atas akan mencegah ekskoriasi mukosa akibat
makanan yang baru saja masuk, sedangkan kelenjar campuran yang berada didekat
sambungan esofagogastric akan melindungi dinding esofagus dari pencernaan oleh
asam getah lambung yang sering mengalami refluks dari lambung kembali lagi
kebagian bawah esofagus.
D. Lambung
Merupakan
organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu
§ Kardia
§ Fundus
§ Antrum
Lambung adalah ruang
berbentuk kantung yang berbentuk huruf j yang terletak antara esofagus dan
korpus (badan). Motilitas lambung bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu:
Pengisian lambung jika kosong lambung memiliki
volume 50 ml tetapi organ ini dapat mengembang sampai dengan 1000 ml ketika
makan. Ada dua faktor yang menjaga motilitas lambung yaitu plastisitas yang
mengacu pada kemampuan otot polos dalam mempertahankan ketegangannya yang
konstan dalam rentang waktu yang lebar. Selanjutnya adalah relaksasi reseptif
yakni proses relaksasi otot polos untuk meningkatkan kemampuan lambung dalam
mengakomodasi volume makanan.
Lambung mempunyai dua otot lingkar, yaitu otot lingkar pardia dan otot lingkar pilorus. Otot lingkar kardia terletak di bagian atas dan berbatasan dengan bagian bawah kerongkongan. Fungsinya adalah untuk mencegah makanan dari lambung agar tidak kembali ke kerongkongan dan mulut. Otot lingkar pilorus hanya terbuka apabila makanan telah tercerna di lambung.
Di dalam lambung, makanan
dicerna secara kimiawi. Dinding lambung berkontraksi, menyebabkan gerak
peristaltik. Gerak peristaltik dinding lambung mengakibatkanmakanan di dalam
lambung teraduk-aduk. Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdepat kelenjar
yang menghasilkan getah lambung.. getah lambung mengandung asam lambung, serta
enzim-enzim lain. Asam lambung berfungsi sebagai pembunuh mikroorganisme dan
mengantifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin.pepsin merupakan enzim yang dapat
mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.
Lambung
berfungsi sebagai
gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
- Lendir
Lendir
melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan
pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada
terbentuknya tukak lambung.
- Asam klorida (HCl)
Asam klorida
menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah
protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap
infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
- Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Selain
sel-sel penyekresi mucus yang mengelilingi seluruh permukaan lambung, mukosa
lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubula yang penting : kelenjar oksintik
(Kelenjar gastrik) dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik menyekresi asam
hidroklorida, pepsinogen, dan mucus. Kelenjar pilorik terutama menyekresi mucus
untuk melindungi mukosa pylorus dari asam lambung. Kelenjar tersebut juga menyekresi hormon gastrin.
E. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus
kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung
dan usus besar.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke
hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula
dan lemak. Di usus halus terdapat susunan yang sangat rapat dari kelenjar mucus
campuran, yang disebit kelenjar brunner.Kelenjar ini menyekresi mucus yang
alkalis dalam jumlah besar.Fungsi dari mucus yang disekresikan oleh kelenjar
brunner adalah untuk melindungi dinding duodenum dari pencernaan oleh getah
lambung yang sangat asam, yang keluar dari lambung.
ENZIM-ENZIM
PENCERNAAN PADA SEKRESI USUS HALUS
Bila sekresi usus
halus dikumpulkan tanpa serpihan sel, sekresi ini hampir tidak mengandung
enzim.Enterosit mukosa, terutama yang menutupi vili, mengandung enzim
pencernaan yang mencerna zat-zat makanan khusus ketika makanan diabsorbsi melalui
epitel.Enzim-enzim ini adalah sebagai berikut:
- Beberapa peptidase untuk memecah peptide kecil menjadi asam amino
- Empat enzim sukrase, maltase, isomaltase, dam lactase untuk memecah disakarida menjadi monosakarida.
- Sejumlah kecil lipase intestinum untuk memecah lemak netral menjadi gliserol dan asam lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan
serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus
terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari
usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus
halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus
dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum
berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
2. Usus
Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh
dengan mesenterium.
Permukaan
dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Secara histologis
dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar
Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus
penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan
usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan
dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa
Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang
berarti "kosong\
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian
terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, )
ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum
dan jejunum,
dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
F. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi
adalah bagian usus
antara usus buntu
dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
- Kolon asendens (kanan)
- Kolon transversum
- Kolon desendens (kiri)
- Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di
dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air,
dan terjadilah diare.
G. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum
(Bahasa Latin:
caecus, "buta") dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.
Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung,
dan beberapa jenis reptil.
Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan
oleh umbai cacing.
H. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ
tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis
atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks
pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).
Dalam anatomi
manusia, umbai cacing atau dalam bahasa
Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix)
adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa,
Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20
cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa
berbeda - bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang
jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang
percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain
percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem
limfatik.
Operasi
membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
I. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin:
regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi.
Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus
besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi
dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa
dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang
lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB.
Anus merupakan
lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi
(buang air besar - BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
J. Pankreas
Pankreas adalah organ
pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum
(usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
- Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
- Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas
melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam
darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat
dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat
digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan
aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah
besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.
ENZIM –
ENZIM PENCERNAAN PANKREAS
Sekresi pankreas mengandung banyak enzim untuk
mencerna tiga jenis makanan utama : protein, karbohidrat, dan lemak.
Enzim-enzim pancreas yang paling penting untuk mencerna protein adalah tripsin,
kimotripsin, dan karboksipolipeptidase.
Tripsin dan
kimotripsin memisahkan seluruh dan sebagian protein yang dicerna menjadi
peptide berbagai ukuran tetapi tidak menyebabkan pelepasan asam-asam amino
bentuk tunggal. Namun
karboksipolipeptidase ternyata memecah beberapa peptide menjadi
asam-asam amino bentuk tunggal, sehingga menyelesaikan pencernaan beberapa
protein menjadi bentuk asam amino.
Enzim pancreas untuk mencerna karbohidrat
adalah amilase pankreas, yang akan menghidrolisis pati, glikogen, dan sebagian
besar karbohidrat lain (kecuali selulosa) untuk membentuk sebagian besar
disakarida dan beberapa trisakarida.
Enzim
pancreas untuk mencerna lemak adalah
1.
lipase
pancreas, yang mampu menghidrolisis lemak netral menjadi asam lemak dan
monogliserida.
2.
Kolesterol esterase, yang menyebabkan hidrolisis ester
kolesterol.
3.
Fosfolipase, yang memecah asam
lemak dari fosfolipid.
K. Hati
Hati
merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini
memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam
tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga
memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang
bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik
dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi
dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang
kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang
bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati
sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam
hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati
melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya
dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
L. Kandung empedu
Kandung
empedu (Bahasa
Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir
yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan.
Pada manusia,
panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan
karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang
dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran
empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting
yaitu:
Membantu
pencernaan dan penyerapan lemak , bukan karena enzim dalam empedu yang
menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena asam empedu dalam empedu melakukan
dua hal :
1.
Asam empedu membantu mengemulsikan
partikel-partikel lemak yang besar dalam makanan menjadi banyak partikel kecil,
permukaan partikel tersebut dapat diserang oleh enzim lipase yang disekresikan
dalam getah pancreas.
2.
Asam empedu membantu absorbs produk
akhir lemak yang telah dicerna melalui membran mukosa intestinal.
Berperan
dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang
berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
PROSES BIOKIMIAWI PADA MASING-MASING
ORGAN DI SISTEM PENCERNAAN
Pencernaan karbohidrat
- Pencernaan karbohidrat di dalam mulut dan lambung
Ketika makanan dikunyah, makanan bercampur dengan saliva, yang terdiri atas
enzim pencernaan ptialin yang terutama disekresikan oleh kelenjar parotis.Enzim
ini menghidrolisis tepung menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil
lainnya yang mengandung 3-9 molekul glukosa.Namun, makanan berada dalam mulut hanya untuk waktu
yang singkat, jadi mungkin tidak lebih dari 5% dari semua tepung telah
dihidrolisis pada saat makanan ditelan.
Tetapi, pencernaan tepung
kadang berlanjut didalam korpus dan fundus lambung selama satu jam sebelum
makanan bercampur dengan sekresi lambung. Kemudian aktivitas amilase saliva
dihambat oleh asam yang berasal dari sekresi lambung, karena amylase pada
dasarnya tidak aktif sebagai suatu enzim bila pH medium turun dibawah sekitar
4,0. Meskipun demikian, rata-rata, sebelum makanan dan saliva yang ada
bersamanya menjadi seluruhnya tercampur dengan sekresi lambung, sebanyak 30-40%
tepung telah dihidrolisis terutama membentuk maltosa.
- Pencermaan karbohidrat didalam usus halus
Pencernaan
oleh amilase pankreas
Sekresi
pankreas, seperti saliva, mengandung sejumlah besar ptialin yang fungsinya
hampir mirip dengan ptialin saliva tetapi beberapa kali lebih kuat.Oleh karena
itu, dalam waktu 15-30 menit setelah kimus dikosongkan dari lambung kedalam
duodenum dan bercampur dengan getah pankreas, sebenarnya,semua karbohidrat
telah dicernakan. Pada umumnya, hampir semua karbohidrat diubah menjadi maltose
dan polimer-polimer glukosa yang sangat kecil lainnya sebelum keduanya melewati
duodenum atau jejenum bagian atas.
Pencernaan protein
- Pencernaan protein dalam lambung
Pepsin, enzim peptic lambung yang penting, paling aktif pada pH 2-3 dan
tidak aktif pada pH kira-kira diatas 5. Akibatnya, agar enzim ini dapat
melakukan kerja pencernaan terhadap protein, getah lambung harus bersifat asam.
Asam hidroklorida ini disekresikan oleh sel-sel parietal (oksintik) didalam
kelenjar pada pH 0,8 tetapi pada saat asam hidroklorida bercampur dengan isi
lambung dan bersama dengan sekresi dari sel-sel kelenjar non-oksintik lambung,
pH lalu berkisar antara 2-3 suatu batas asiditas yang cukup tinggi untuk
aktifitas pepsin. Salah satu gambaran penting pencernaan pepsin adalah
kemampuannya untuk mencerna protein kolagen, suatu jenis protein albuminoid yang
sangat sedikit dipengaruhi oleh enzim-enzim pencernaan lainnya.
Kolagen merupakan unsur dasar utama dari jaringan ikat antar sel daging.
Oleh karena itu, agar enzim saluran pencernaan dapat menembus daging dan
mencerna protein daging lain, hal yang terpenting adalah mencernakan
serabut-serabut kolagen tersebut lebih dulu. Akibatnya, orang yang kekurangan
pepsin didalam getah lambung, daging yang dicerna kurang dapat ditembus oleh
enzim-enzim pencernaan lain. Oleh karena itu proses
pencernaannya buruk.
- Pencernaan protein oleh sekresi pancreas
Kebanyakan pencernaan protein terjadi didalam
usus halus bagian atas, didalam duodenum dan jejunum, dibawah pengaruh
enzim-enzim proteolitik dari sekresi pancreas.Segera setelah masuk dari lambung
ke usus halus, produk yang sebagian sudah dipecahkan dari makanan berprotein
diserang oleh enzim-enzim proteolitik utama pankreas:tripsin,kimotripsin,
karboksifolipeptidase, dan proelastase.
Keduanya, baik tripsin dan kimotripsin
memecah molekul-molekul protein menjadi polipeptida-polipeptida kecil.
Karboksifolipeptidase kemudian memecahkan asam amino- asam amino tunggal dari
ujung karboksil polipeptida.Proelastase, kemudian diubah menjadi elastase, yang
kemudian mencernakan serabut-serabut elastin yang sebagian menahan daging.
- Pencernaan peptida oleh peptidase didalam enterosit yang melapisi vili usus halus
Tahap terakhir pencernaan protein didalam
lumen usus dicapai oleh eritrosit yang melapisi vili usus halus, terutama
didalm duodenum dam jejunum. Dua jenis enzim peptidase yang sangat penting
adalah aminopolipeptidase dan beberapa dipeptidase. Enzim-enzim tersebut
bertugas memecah sisa polipeptida-polipeptida yang besar menjadi betuk
tripeptida dan dipeptida serta beberapa menjadi asam-asam amino. Baik asam
amino ditambah dipeptida dan tripeptida dengan ludah ditranspor memalui membran
mikrovili kebagian dalam enterosit. Dalam beberapa menit, semua dipeptida dan
tripeptida yang masih tertinggal akan dicerna sampai tahap akhir untuk
membentuk asam amino tunggal dan kemudian dihantarkan kesisi lain dari
eritrosit dan dari tempat itu ke dalam darah.
Pencernaan lemak
- Pencernaan lemak didalam usus
Sejumlah
kecil trigliserida dicerna didalam lambung oleh lipase lingual yang
disekresikan oleh kelenjar lingual didalam mulut dan ditelan bersama dengan
saliva.
- Emulsivikasi lemak oleh asam empedu dan lesitin.
Tahap pertama dalam pencernaan lemak adalah secara fisik memecahkan
gumpalan lemak menjadi ukuran yang sangat lecil, sehingga enzim pencernaan yang
larut-air dapat bekerja pada pemukaan gumpalan lemak. Proses ini disebut
emulsifikasi lemak, dan dimulai melalui pergolakan didalam lambung untuk
mencampur lemak dengan produk pencernaan lambung. Lalu, kebanyakan proses
emulsifikasi tersebutterjadi didalam duodenum dibawah pengaruh empedu, sekresi
dari hati yang tidak mengandung enzim pencernaan apapun. Akan tetapi, empedu
mengandung sejumlah besar garam empedu juga fosfolipid lesitin. Keduanya,
tetapi terutama lesitin, sangat penting untuk mengemulsi lemak.
- Pencernaan trigliserida oleh lipase pancreas
Sejauh ini
enzim yang paling penting untuk pencernaan trigleserida adalah lipase pankreas,
terdapat dalam jumlah sangat banyak didalam getah pankreas cukup untuk
mencernakan dalan satu menit semua trigliserida yang dicapainya.
- Produk akhir pencernaan lemak
Sebagian besar trigliserida dalam makanan dipecah oleh getah pankreas
menjadi asam lemak bebas dan 2-monogliserida.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur
C, Hall,John E.2007.Fisiologi Kedokteran
edisi 11.Jakarta : EGC
Murray, Robert
K, Granner, Daryl K, Mayes, Peter A, Rodwell, Victor W.2003.Biokimia Harper edisi 25.Jakarta : EGC
1.1 Latar Belakang
Usus besar adalah bagian dari sistim
pencernaan (digestive system) dimana materi yang dibuang (sampah) disimpan.
Rektum (rectum) adalah ujung dari usus besar dekat dubur (anus). Bersama,
mereka membentuk suatu pipa panjang yang berotot yang disebut usus besar.
Tumor-tumor usus besar dan rektum adalah pertumbuhan-pertumbuhan yang datangnya dari dinding dalam dari usus besar.
Tumor-tumor ramah dari usus besar
disebut polip-polip (polyps). Tumor-tumor ganas dari usus besar disebut
kanker-kanker. Polip-polip ramah tidak menyerang jaringan yang berdekatan
dengannya atau menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Polip-polip ramah dapat
diangkat dengan mudah sewaktu colonoscopy dan adalah bukan ancaman nyawa. Jika
polip-polip ramah tidak diangkat dari usus besar, mereka dapat menjadi ganas
(bersifat kanker) melalui waktu. Kebanyakan dari kanker-kanker usus besar
dipercayai telah berkembang dari polip-polip. Kanker usus besar dan rektum,
juga dirujuk sebagai kanker kolorektal ( colorectal cancer), dapat menyerang
dan merusak jaringan-jaringan dan organ-organ yang berdekatan. Sel-sel kanker
juga dapat pecah dan keluar dan menyebar pada bagian-bagian lain tubuh (seperti
hati dan paru-paru) dimana tumor-tumor baru terbentuk. Penyebaran kanker usus
besar ke organ-organ yang terletak jauh darinya disebut metastasis dari kanker
usus besar. Sekali metastasis telah terjadi pada kanker kolorektal (colorectal
cancer), suatu penyembuhan yang penuh dari kanker adalah tidak mungkin.
1.2 TUJUAN PENULISAN
· Tujuan Umum
1. Untuk memahami Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan penyakit kanker kolon
· Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami tentang
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit kanker kolon
2. Mahasiswa mampu menerapkan perawatan
yang baik bagi pasien dengan penyakit kanker kolon
1.3 METODE PENULISAN
Dalam pembuatan makalah ini, kami mengumpulkan data-data
yang diambil dari sumber internet, referensi penunjang dan diskusi kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Neoplasma /
Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat
proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan.
Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai
kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Karsinoma
atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan
daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa
optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).
Kanker
kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus
besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel
yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip
(sel yang tumbuh sangat cepat). (www.republika.co.id).
Dari
beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan kanker kolon adalah tumbunhya
sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi
tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon
sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk
mengeluarkan produksi faeces. Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di
Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 )
Penyakit ini termasuk penyakit yang
mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih
parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker Colon.
2.2 Etiologi
Penyebab dari pada kanker
Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar
(Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang
tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan
organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah
teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan-makanan
yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker pada
usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran
pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan
yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi
asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging
yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan
kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang
banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok
menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan
buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists ).
Makanan yang
harus dihindari :
-
Daging merah
-
Lemak hewan
-
Makanan
berlemak
-
Daging dan
ikan goreng atau panggang
-
Karbohidrat
yang disaring(example:sari yang disaring)
-
Makanan yang
harus dikonsumsi:
-
Buah-buahan
dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti
brokoli,brussels sprouts )
-
Butir padi
yang utuh
-
Cairan yang
cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor Colon
menghasilkan adenoma,faktor utama yang membahayakan terhadap kanker Colon
menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma Colon : tubular,villous dan tubulo
villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir besar kanker Colon
berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi manigna,villous
adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau
manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter
yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan
adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari
kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia
20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis
atau penyakit Crohn’s juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan
resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap
keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar
jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.
2.3 Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi
kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala
paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses
gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga anemia yang tidak diketahui
penyebabnya, anoreksi, atau penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang
sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan
melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi
sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram,
penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam
feses. Gejala yang dihubungakan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang
tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses
berdarah.
2.4 Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar
belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan faktor yang penting dalam
kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang
mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta
adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan
makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol,
khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis
histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus =
endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian
dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke
dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke
dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular
(mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan
lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.
Tumor dapat
menyebar melalui :
1. Infiltrasi
langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe
limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3. Melalui
aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik
ke sistem portal.
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
1. Stadium I
bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar
(lapisan mukosa).
2. Stadium II
terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan
mukosa.
3. Pada stadium
III sel kanker sudah menyebar ke
sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel
kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ lain.
2.5 Klasifikasi
Klasifikai kanker kolon dapat
ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah bening regional, M
=jarak metastese).
T
Tumor primer
TO Tidak ada tumor
TI Invasi hingga
mukosa atau sub mukosa
T2 Invasi ke
dinding otot
T3 Tumor
menembus dinding otot
N
Kelenjar limfa
N0 tidak ada
metastase
N1 Metastasis ke
kelenjar regional unilateral
N2 Metastasis ke
kelenjar regional bilateral
N3 Metastasis
multipel ekstensif ke kelenjar regional
M
Metastasis jauh
MO Tidak ada metastasis
jauh
MI Ada metastasis
jauh
Karsinoma
Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh
tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak
membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa
metode. Tumor mungkin menyebar dalam tempat
tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat. Kemudian tumor mulai melekat pada
organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar atau
menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung
masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui
limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju
liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke
paru-paru.
Tempat metastase yang lain termasuk:
- Kelenjar Adrenalin
- Kelenjar Adrenalin
- Ginjal
- Kulit
- Tulang
- Otak
- Kulit
- Tulang
- Otak
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui
limpa dan sistem sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian
peritonial sebelum pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika
tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.
2.6 Komplikasi
Komplikasi
pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan
tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2. Metastase ke
organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
3. Pertumbuhan
dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan
hemorragi.
4. Perforasi
usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis
dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses
Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina.
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan
pendarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar dan
secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama
sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang
berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab
gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
2.7 Pencegahan
Pencegahan Kanker Kolon.
1. Konsumsi
makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat
keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
2. Asam lemak
omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi
kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4. Susu yang
mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga
dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar.
6. Hidup rileks
dan kurangi stress.
2.8 Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus
diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan
yang cukup bermakna terapi komponen darah dapat diberikan.
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi.
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah
5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang
dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam
kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian,
setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi
b) Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer
untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif
atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan
polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan
luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan dikolon, massa
tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B
serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas
D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup
struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe
pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan
adalah sebagai berikut.
- Reseksi
segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
- Reseksi
abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
- Kolostomi
sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis
lanjut dari kolostomi
- Kolostomi
permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat
direseksi)
c) Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan
melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien
kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara
bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini
memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi
drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi
tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
d)
Penatalaksanaan
Keperawatan
1.
Dukungan
adaptasi dan kemandirian.
2.
Meningkatkan
kenyamanan.
3.
Mempertahankan
fungsi fisiologis optimal.
4.
Mencegah
komplikasi.
5. Memberikan
informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
e)
Penatalaksanaan
Diet
1. Cukup
mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat
melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan
kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama
mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
2. Kacang-kacangan
(lima porsi setiap hari)
3.
Menghindari
makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang
terdapat pada daging hewan.
4.
Menghindari
makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu
sel karsinogen / sel kanker.
5.
Menghindari
minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6.
Melaksanakan
aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
2.9 Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi.
Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas
karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk
menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi
yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada dan foto kolon (barium
enema).
Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin
menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan
ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi
dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
Computer
Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest
X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada
tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan
tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect
pada suatu tempat atau suatu striktura.
3. Ultrasonografi
(USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker
kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
4. Histopatologi/
Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk
pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi
karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi
sel.
5. Laboratorium.
Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian
setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker
(petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml
biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan
penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma
kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus
stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa
tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
6. Scan
(misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk
tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada
pengobatan.
7. Biopsi
(aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan
pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan
sebagainya.
8. Jumlah darah
lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia, perubahan
pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.
9. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit
paru metastatik atau primer.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KANKER
KOLON
3.1 Pengkajian
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata :
Pasien
Nama :
Tn. A
Umur :
35 th
Agama :
Islam
Pendidikan :
Sarjana
Pekerjaan :
PNS
Status Pernikahan :
Menikah
Alamat :
Kalirejo, Lampung Tengah
Tanggal Masuk RS :
Sabtu, 05 Mei 2012
Diagnosa Medis :
Ca. Colon
2. Keluhan
utama :
Nyeri hebat pada bagian perut
3. Riwayat
Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 Mei 2012 akibat
mengalami penyakit Ca. Colon. Klien datang ke RSUD Pringsewu diantar oleh
keluarganya melalui IGD, pada tanggal 5 Mei 2012, dengan keluhan nyeri pada
abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna
kehitaman dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan
berat badan, dan cepat letih.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan
atau obat-obatan, hanya saja tidak terlalu suka sayuran. + 4 tahun yang
lalu klien pernah terkena penyakit thypoid sampai diopname. Klien pernah
mengalami kecelakaan motor namun tidak fatal. Keluarga klien mengatakan bahwa
klien hampir setiap hari mengkonsumsi daging hewan, jarang makan sayur, dan
klien mempunyai riwayat peminum / alkoholic.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien menjelaskan anggota keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit keturunan yang umumnya menyerang, seperti DM, Asma,
Hipertensi.
GENOGRAM
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Garis Pernikahan
= Garis Keturunan
= Klien
4. Basic
Promoting physiology of Health
1. Aktifitas dan latihan
Pekerjaan Tn. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya
diisi dengan beristirahat di rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang
berolahraga. Saat sakit, klien hanya bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas
terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya.
2. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya
dipergunakan untuk tidur malam karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak
ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama tidur klien hanya 5 jam dengan tidur
siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena
nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah.
3. Kenyamanan dan nyeri
Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan
belakangan ini. Nyeri akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat
defekasi, dan akan berkurang saat klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada
abdomen bagian bawah (dessendens bawah). Skala nyeri klien 8, raut muka klien
tampak menahan nyeri.
4. Nutrisi
Sebelum sakit, frekuensi makan Tn. A tidak teratur
dikarenakan kesibukan jam kerja yang mengakibatkan sering telat makan. Berat
badan klien 68 kg. Berat badan dalam 2 bulan terakhir turun drastis menjadi 57
kg. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan
makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak
memiliki pantangan terhadap makanan apapun. Klien tidak pernah mengalami
operasi gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya mengkonsumsi nasi lembek,
sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena klien mual, tidak nafsu makan,
& klien tidak makan yang pedas & berminyak. Diet di rumah sakit adalah
diet rendah lemak hewani dan tinggi serat. Kebutuhan pemenuhan nutrisi dibantu
oleh keluarganya.
5. Cairan, elektrolit, dan asam basa
Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat
sakit, frekuensi minum klien + 2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak
elastis. Klien mendapat support IV Line jenis RL 20 tetes/menit
6. Oksigenasi
Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat
bernafas, irama teratur, klien tidak batuk, klien tidak merokok, klien tidak
terpasang oksigen.
7. Eliminasi fekal/bowel
Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari.
Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan,
dan tidak ada keluhan.
Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru
1x selama dirawat di RS, feses berwarna kehitaman, konsistensi keras, kadang
disertai darah merah segar, berbau anyir.
8. Eliminasi urin
Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami
perubahan pola berkemih. Klien tidak menggunakan kateter, kebutuhan pemenuhan
ADL dengan bantuan keluarga.
9. Sensori, persepsi, dan kognitif
Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang
menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif
5. Pemeriksaan
Fisik Head To Toe
a. Keadaan Umum
Kesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 110/90 mmHg,
Nadi 70x/menit, irama reguler kekuatan sedang, Respirasi 26x/menit, irama
regular, Suhu 36,50 C
b. Kepala : kulit kepala normal, tidak ada hematoma, lesi
atau kotor. Rambut mudah patah saat dicabut, hitam tanpa uban, dan bersih.
Mata : mata klien secara umum normal, bentuk simetris,
konjungtiva tampak anemis, sklera tidak ikterik, pupil dapat merespon terhadap
cahaya, palpebra normal, tidak ada oedema. Lensa mata normal, jernih, visus
mata kanan dan kiri normal. Tampak garis kehitaman pada kelopak mata klien
bagian bawah.
Hidung : Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi,
polip, epistaksis, gangguan indera pencium, atau secret.
Mulut : Mulut klien normal, dimana gigi klien normal, tidak ada lubang, dan tidak ada gigi
palsu. Bibir klien kering, tidak stomatitis, dan tidak sianosis. Gusi klien
berwarna merah, lidah klien tampak kotor.
Telinga : telinga klien simetris, bersih, dan tidak ada
gangguan pendengaran.
Leher : leher klien normal, tidak ada pembesaran thyroid,
tidak ada kaku kuduk, tidak ada hematoma, tida ada lesi.
Tenggorokan klien normal, tidak ada nyeri tekan, tidak
hipremis, dan tidak ada pembesaran tonsil.
c. Dada : bentuk dada klien normal
Pulmo : Inspeksi : pengembangan dada simetris. Palpasi :
Fremitus taktil kanan sama dengan kiri. Perkusi : pulmo kanan dan kiri sonor.
Auskultasi : vesikuler pada pulmo kanan dan kiri
Cor : Inspeksi: ictus cordis tidak nampak. Palpasi :
Ictus cordis teraba pada mid clavicula sic 5, Perkusi : menunjukkan batas
jantung normal.
Auskultasi : Bunyi jantung I (SI) di ruang intercosta V
sebelah kiri, Bunyi jantung II (SII) di ruang intercosta II sebelah kanan,
Bunyi jantung III (SIII) tidak ada, murmur tidak ada.
d. Abdomen : inspeksi : bentuk agak cembung. Palpasi :
adanya nyeri tekan pada perut bawah. Auskultasi :
peristaltik permenit.
e. Genetalia : Laki-laki : normal, tidak ada perdarahan.
f. Rektum : Normal, tidak ada hemoroid, tidak ada
prolaps, dan tidak ada tumor.
g. Ekstremitas :
- atas : Kekuatan otot ka/ki : 6/6, ROM ka/ki :
aktif/aktif
- bawah : kekuatan otot ka/ki: 6/6, ROM ka/ki :
aktif/aktif
Psiko sosio budaya dan spiritual :
Psikologis :
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah
gelisah. Cara mengatasi gelisahnya klien dihibur keluarga. Dukungan yang
diberikan oleh keluarga sangat baik, keluarga memberikan semangat kepada klien
agar klien selalu berdo’a supaya cepat sembuh.
Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah
istirahat di rumah. Klien juga mengatakan sedikit cemas dengan penyakitnya.
Klien takut akan perubahan status kesehatannya.
Sosial :
Aktivitas atau peran di masyarakat adalah sebagai anggota
RT 5 Kalirejo. Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah lingkungan yang
kotor. Cara mengatasinya dengan melakukan kegiatan kerja bakti.
Budaya :
Budaya yang diikuti klien adalah budaya jawa. Kebudayaan
yang dianut tidak merugikan kesehatannya.
Spiritual :
Aktivitas ibadah sehari-hari sholat 5 waktu. Kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan adalah yasinan. Keyakinan klien tentang masalah
kesehatan yang sekarang sedang dialami : klien yakin akan dirinya pasti sembuh.
6. Pemeriksaan
Penunjang
Tes Diagnostik : (05 Mei 2012)
Hematologi
|
Hasil
|
Nilai Normal
|
Interpretasi
|
Hb
|
11,5
|
12-18 g/dL
|
Turun
|
Ht/PVC
|
42
|
40-52%
|
Normal
|
Leukosit
|
7.000
|
4.000-10.000 /uL
|
Normal
|
Trombosit
|
253.000
|
150.000-450.000 /uL
|
Normal
|
Masa protrombin
|
13.0
|
11.0-17.0 detik
|
Normal
|
Radiologi :
ü Foto colon ( Barium Enema)
ü Colonoscopy
7. Terapi Medis
·
Bed rest
·
IVFD RL 20
tetes/menit
·
Th/oral :
·
Th/inj :
·
Kemoterapi
·
Leukovorin
·
5-FU,
Levamisol, Leuvocorin
·
Pembedahan /
Laparaskop
3.2 Proses Keperawatan
ANALISA DATA
Nama Klien : Tn.
A No.
Register : 123
Umur :
35 tahun Diagnosa
Medis : Ca. Colon
Ruang Rawat :
Paviliun Asri 3 Alamat
: Kalirejo
TGL/JAM
|
DATA FOKUS
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
05/05/12
08.00 WIB
|
DS :
-
Klien mengatakan perutnya sangat sakit bagian bawah
-
Klien mengatakan perutnya bertambah sakit saat bergerak
-
Klien mengatakan nyeri hilang timbul
DO :
-
Klien tampak meringis kesakitan
-
Klien tampak gelisah
-
Skala nyeri klien 8
-
Klien tampak tidak nyaman
dengan perutnya
|
Nyeri akut
|
Obstruksi tumor pada usus
dengan kemungkinan menekan organ yang lain
|
06/05/12
13.00 WIB
|
DS :
-
Klien mengatakan nyeri pada
daerah yang di insisi
-
Klien mengatakan tubuhnya masih lemah
DDO :
-
Klien tampak lemah
-
Klien tampak menahan nyeri
-
Ekspresi wajah klien cemberut
-
Tampak kemerahan pada daerah
bekas operasi
|
Nyeri akut
|
Agen cedera fisik (insisi
pembedahan)
|
06/05/12
13.30 WIB
|
DS :
-
Klien mengatakan gatal pada
daerah yang di insisi
-
Keluarga klien mengatakan badan
klien hangat
DO :
-
Daerah pembedahan tampak masih
baru dan terfiksasi
-
Leukosit : 15.000 /Ul
-
Suhu : 37,5 C
|
Risiko infeksi
|
Tindakan invasif, insisi post
pembedahan
|
06/05/12
14.00 WIB
06/05/12
15.00 WIB
|
DS
-
Klien mengatakan punggungnya
terasa panas
-
Klien mengatakan susah bergerak
-
Klien mengatakan tidak mampu
beraktifitas secara mandiri
DDO :
-
Klien terlihat berbaring di
tempat tidur
-
Klien tampak terpasang kateter
-
Aktifitas klien terlihat
dibantu keluarga
-
Klien tampak lemah
-
Tampak adanya luka insisi pada
perut klien
DDS :
-
Klien mengatakan tidak nafsu
makan
-
Klien mengatakan tubuhnya lemas
-
Keluarga klien mengatakan klien
belum memakan apapun pasca operasi
-
Klien mengatakan lidahnya
terasa pahit
DDO :
-
Klien tampak lemas
-
Bibir klien tampak kering &
pucat
-
BB turun + 11 kg selama
sakit
|
Intoleransi aktifitas
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
|
Kelemahan fisik
Ketidakmampuan untuk mencerna
makanan
|
Diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul (NANDA):
v Pre Operasi
Nyeri akut b.d
obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan organ yang lain
v Post Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (insisi pembedahan)
2. Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post pembedahan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
untuk mencerna makanan
3.3 Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kanker kolon diperoleh
data sebagai berikut sbb:
ü Aktivitas/istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan
tidak nyaman pada abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu
dilakukan pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur.
ü Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja.
Kebiasaan: perubahan pada tekanan darah.
ü Integritas
ego
Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran)
dan cara mengatasi stress ( misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/ spiritual)
Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya,
alopesia, lesi, cacat, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus
asa, tidak mampu, tidak merasakan, rasa bersalah, kehilangan.
Tanda : Kontrol, depresi.
Menyangkal, menarik diri, marah.
ü Eliminasi
Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi
perubahan pada defekasi pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian.
Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan
cara pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan yang
menyertainya. Apakah kebiasaan di rumah sakit sama dengan di rumah.
Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan
pemeriksaan fisik dengan observasi adanya distensi abdomen, massa akibat
timbunan faeces.
Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat
metastase, asites, pembesaran kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan
supra klavikula, pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar perut, dan
colok dubur.
ü Makanan/cairan
Gejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari,
seberapa banyak dan komposisi setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu
makanan, ada keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu
hati sehingga menyebabkan berat badan menurun.
Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema
ü Neurosensori
Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang
beraktivitas, banyak tidur sehingga sirkulasi darah ke otak tidak lancar.
ü Nyeri/kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi
misalnya ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses
penyakit)
ü Pernapasan
Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan
seorang perokok).
Pemajanan asbes
ü Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
Pemajanan matahari lama/berlehihan.
Tanda: Demam.
Ruam ku1it, ulserasi
ü Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan
perubahan pada tingkat kepuasan. Multigravida lebih besar
dari usia 30 tahun
Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas
seksual dini, herpes genital.
ü Interaksi
sosial
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
ü Riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau bantuan)
Masalah tentang fungsi/ tanggungjawab peran
penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau
bibi dengan kanker payudara
Sisi primer: penyakit primer, tangga ditemukan
didiagnosis
Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila
tidak ada, riwayat alamiah dari primer akan memberikan informasi penting untuk
mencari metastatik.
ü Riwayat
pengobatan
Pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker
dan pengobatan yang diberikan.
3.4 Diagnosa Prioritas
1. Nyeri akut b.d obstruksi tumor pada usus dengan
kemungkinan menekan organ yang lain
Kami mengambil diagnosa ini
sebagai diagnosa utama karena didasarkan pada keluhan utama klien yaitu
mengalami nyeri perut. Pada kasus ini, nyeri abdomen tersebut karena adanya
obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan organ yang lain. Hal ini
jika tidak segera ditangani akan berakibat fatal pada klien.
2. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (insisi
pembedahan)
Nyeri disebabkan
karena adanya insisi post pembedahan. Nyeri yang dirasakan oleh klien dalam
kasus ini sangat hebat yaitu skala 8 yang menyebabkan klien kesulitan dalam
melakukan aktifitas dan istirahat.
3. Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post
pembedahan
Resiko infeksi pada
klien disebabkan karena adanya luka heacting pasca operasi. Pada kasus tersebut
luka pada perut klien mengalami gatal dan kemerahan, dimana hal tersebut
merupakan tanda terjadinya infeksi.
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
Intoleransi aktifitas
terjadi karena adanya luka insisi post operasi menyebabkan diskontuinitas
jaringan sehingga fungsinya terganggu. Pada kasus klien mengalami luka insisi
sehingga kesulitan dalam beraktifitas. Klien mengatakan apabila bergerak
perutnya terasa amat nyeri, sehingga aktifitas klien perlu dibantu baik oleh
keluarga maupun perawat.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Ketidakseimbangan
nutrisi pada klien terjadi karena fungsi digestif klien belum berfungsi secara
optimal pasca operasi, sehingga klien belum mampu mencerna makanan dengan baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di colon. Kanker kolon merupakan
penyakit yang bukan sembarangan namun bukan pula penyakit yang tidak bisa
disembuhkan.Kanker kolon adalah penyebab kedua kematian
di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998). Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit
ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Kanker usus
bila dideteksi dan ditangani dengan cepat maka peluang untuk sembuh total pun
akan semakin besar peluangnya. Pembedahan adalah satu-satunya cara
untuk mengubah kanker kolon.
Dari kasus diagnosa keperawatan yang muncul di antaranya
:
v Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d
obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan organ yang lain
v Post Operasi
1. Nyeri akut b.d agen
cedera fisik (insisi pembedahan)
2. Risiko infeksi b.d tindakan
invasif, insisi post pembedahan
3. Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan fisik
4. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mencerna makanan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
& Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
Sjamsuhidayat & wong,2005, Buku ajar ilmu bedah, EGC , Jakarta
Suyono,dkk, 2001, Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi 3, Balai penercit FKUI, Jakarta.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
Sjamsuhidayat & wong,2005, Buku ajar ilmu bedah, EGC , Jakarta
Suyono,dkk, 2001, Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi 3, Balai penercit FKUI, Jakarta.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar